05. Run away

704 114 36
                                    

   Hampir satu jam, Juna terlambat berangkat ke kantor, padahal sang asisten mengatakan jika jam 9 pagi nanti ada pertemuan dengan Kolega dari Jepang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


   Hampir satu jam, Juna terlambat berangkat ke kantor, padahal sang asisten mengatakan jika jam 9 pagi nanti ada pertemuan dengan Kolega dari Jepang. Juna memang sudah siap, namun keberangkatannya urung ketika sepupu arogannya datang lagi ke rumah sang nenek, mau tak mau Juna harus lebih dulu berada di rumah.

Sejujurnya, Juna lelah jika harus mendengarkan celotehan Vyan yang  berulang kali menginginkan hal yang Juna tak setujui. Tentu saja, hal yang sama saat perdebatan terakhir mereka. Vyan si pria kurang waras itu ingin menikahi Khanza, dan kedatangannya kali ini lebih gila lagi, Juna dibuat tak bisa berkata apa-apa.

Vyan mengakui semunya. . Vyan juga terang-terangan tentang ketakutannya. Ia merasa ingin mati saja jika Khanza menjauh darinya, terlebih lagi gadis itu terasa sekali memperlihatkan kebenciannya.

“Khanza itu adikmu, dia cucu perempuan satu-satunya di keluarga Kusuma.” perempuan 87 tahun itu menatap Vyan tak percaya, wajah rentanya menyiratkan penuh kekecewaan setelah apa yang Vyan akui di hadapan nenek dan Juna. “Bagaimana bisa ini terjadi? Seharusnya kau melindunginya, bukan merusak masa depannya.”

Vyan mendesah berat, ia meraih tangan renta sang nenek lalu mengusapnya lembut. “Maafkan aku, nek. Aku tau perbuatanku salah, tapi semua diluar kendali. Maka dari itu, aku datang kemari agar nenek memberiku restu. Aku takut Khanza hamil.”

Sang nenek tak merespons, namun pandangannya beralih pada Juna yang duduk di sofa seberang dengan kepala menunduk meremas menautkan kedua tangannya sendiri. Agaknya laki-laki itu tengah menahan amarah yang perlahan menguasai, telinganya terasa panas setelah mendengar pengakuan menjijikan Vyan-yang mengatakan jika dirinya sudah melecehkan adik manisnya.

Vyan paham jika sepupunya itu teramat menyayangi Khanza. Maka tidak heran jika Juna pun ikut kecewa padanya. Tapi lagi-lagi Vyan seakan tak peduli dengan yang apa yang terjadi, semua yang di lakukannya adalah cara agar Khanza bisa menjadi milik Vyan seutuhnya.

“Jun,” suara sang nenek terdengar lemah. “Nenek tidak bisa mengambil keputusan secepat itu untuk menyetujui keinginanmu, Yan. . Nenek harus dengar usul dari Juna juga.”

Vyan melepas tangan neneknya, ia menatap lurus kearah Juna.

“Aku hanya butuh persetujuan dari nenek. Aku tak meminta usul dari siapa pun termasuk dari dia.” ucapan Vyan seketika menarik atensi Juna hingga mengangkat kepalanya, menatap Vyan dengan tajam bak seorang musuh yang siap membantai. “Aku tulus mencintainya,” imbuh Vyan.

“Menjijikan!” Juna dari sana melempar tatapan tak bersahabat. Pria itu bangun dengan kedua tangan yang sengaja dimasukan ke dalam saku celana. “Kau sungguh kehilangan akal sehat, Yan. Bagaimana bisa kau melakukan hal sekeji itu pada Khanza!” Juna menggeram jengkel di akhir ucapannya, tangannya  beralih menyugar surai ke belakang. Sangat jelas kekecewaan kini tersemat pada raut wajahnya. Tidak dapat Juna bayangkan, bagaimana menderitanya gadis itu setelah menerima pelecehan dari kakaknya.

𝐁𝐑𝐎𝐓𝐇𝐄𝐑 𝐒𝐇𝐈𝐓 [𝐌]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang