02. Lost control [M]

1.8K 157 21
                                    

     Ada dua risiko yang berdampak pada Khanza jika Vyan nekad membuka semua rahasia keluarga Kusuma selama ini, Vyan tahu itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada dua risiko yang berdampak pada Khanza jika Vyan nekad membuka semua rahasia keluarga Kusuma selama ini, Vyan tahu itu. Masalahnya Vyan memikirkan Khanza, tersirat kekhawatiran jikalau adik yang dicintainya belum siap menerima keadaan, terlebih lagi saat nanti Vyan menyatakan perasaannya. Teramat sulit diterima, Vyan takut Khanza justru memilih pergi menjauh darinya.

Sejak perdebatan dua minggu lalu dengan Juna, Vyan membatasi Juna betemu Khanza. Seakan tahu apa yang akan Juna lakukan jika Khanza bersama sepupunya. Juna bisa lebih cepat satu langkah mempengaruhi Khanza agar berhati-hati terhadap Vyan.

Di sini, ia sadar kesalahannya. Tetapi perasaannya tak dapat lagi ditepis. Vyan tetap akan menghalalkan segala cara agar Khanza tetap bersamanya-sekalipun harus merusak lebih dulu apa yang Khanza jaga.

Menatap pigura lama, Vyan tersenyum. Ia rindu pada dua sosok yang menyayanginya, ia juga benci sebab meningkari janji pada mendiang kedua orang tuanya. Vyan mendapat kepercayaan sekaligus berjanji akan terus menyayangi Khanza layaknya saudara kandung, namun lambat laun ia seolah lupa akan janji yang ia ucapkan.

"Tidak seharusnya cinta itu hadir, tidak seharusnya aku merusak banyak gadis demi terhindar menyentuhnya. Aku salah, aku benar-benar minta maaf pada kalian. Aku mengecewakan kalian." Vyan bangkit dari kursi, tanganya membawa pigura sembari terus mengikuti langkahnya. "Sekarang dia tumbuh menjadi gadis cantik, bahkan sempurna dimataku. Aku memandangnya lain, bukan sebagai adik. Aku ingin lebih dari seorang kakak dan adik. Aku ingin memilikinya ayah, ibu." Langkah Vyan terhenti, pandangannya beralih ke arah luar jendala. Sepersekon kemudian matanya melebar setelah menangkap Khanza berjalan keluar dari pakarangan rumah.

"Za!" Panggilan Vyan yang lantang rupanya terdengar oleh Khanza. Gadis itu menoleh keatas tepat di arah kamar Vyan, tangannya melambai-lambai. "Tunggu di situ. Jangan pergi!" Vyan menginterupsi, lantas berlari keluar kamar mengejar adiknya.

Butuh dua menit Khanza menunggu, hingga sosok Vyan menghampirinya.

"Mau kemana?"

"Ke rumah teman, ada tugas."

"Teman siapa?"

"Nathan. Kakak gak bakal tahu,"

Vyan mengernyitkan kening. "Nathan? Namanya seperti laki-laki."

"Iya, dia laki-laki. Kami satu kelas, satu sekompok juga." Jawaban Khanza membuat Vyan melotot, dengan cepat mencekal pergelangan tangan adiknya. "Kak. . Kak Vyan kenapa?"

"Za, kamu satu kelompok sama dia? Apa dia berbuat sesuatu padamu?"

"Ti-tidak. Kak lepas, sakit tanganku." Vyan tidak mengindahkan ucapan Khanza, ia sibuk dengan isi kepalanya sendiri. "Kak. Lepas!" Cekalannya sedikit melonggar.

Vyan mengurai. "Kakak antar kamu, kalau begitu." Ia berbalik, melangkah dari sana.

Dan pada akhirnya, Khanza tetaplah Khanza. Adik yang patuh pada ucapan Vyan, ia tidak menolak ataupun sekedsr menggeleng jika Vyan sudah memerintah. Seperti yang terjadi sekarang, gadis itu diantar sang kakak menuju kediaman Jeonathan, meskipun Khanza sudah menjelaskan jikalau hubungan keduanya hanya sebatas teman, tidak menggoyahkan Vyan untuk tidak berpikir macam-macam.

𝐁𝐑𝐎𝐓𝐇𝐄𝐑 𝐒𝐇𝐈𝐓 [𝐌]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang