Huhu lalala annyeong👋
3 bulan berlalu.
Ajakan Agustaf kala itu, nyatanya bukan sekedar bualan kalimat penenang semata. Menawarkan Khanza agar ikut dirinya, kini benar terjadi adanya.
Setelah cukup mempertimbangkan segala konsekuensinya, Agustaf membawa Khanza mendiami rumah yang ia beli sejak dua tahun lalu. Ya, Agustaf memang sudah hidup terpisah dari keluarganya semenjak Sekolah Menengah Atas. Hanya sesekali pulang, berkumpul dalam satu acara atau makan bersama keluarga. Tidak adanya suatu moment tertentu saja, Agustaf akan tetap pulang jika memang ia ingin atau pun sang ibu membutuhkan dirinya.
Tentang Khanza yang sekarang hidup dengannya sementara waktu, tentu tak seorangpun yang tahu, tanpa terkecuali. Bahkan Agustaf masih berpegang teguh untuk merahasiakan Khanza dari Juna, padahal sudah beberapa kali setiap kali mereka bertemu, Khanza tidak luput dari obrolan mereka. Agustaf pikir, masih menunggu beberapa waktu ke depan. Entahlah, ia pun tidak mungkin membiarkan Khanza selamanya ada di rumahnya.
Seperti manusia pada umumnya. Setiap orang butuh bersosialisasi, tinggal menunggu Khanza memberanikan diri keluar tanpa seseorang di sampingnya.
Sejak pagi buta, Khanza menyibukan diri di halaman belakang. Di sana terdapat lahan tanah kosong, 8×5 meter. Cukup luas bagi Khanza memulai diri bercocok tanam dengan sayur pilihannya. Agustaf tidak pernah memaksa, bahkan pernah bilang agar Khanza melanjutkan sekolahnya. Hanya saja, Khanza masih enggan. Ia lebih memilih menutup diri dan sibuk dengan kegiatan barunya.
buru-buru keluar kamar dengan kedua tangan bergerak cepat menguncir rambut yang mulai memanjang menutupi punggungnya. Ia langkahkan kakinya menyambut kepulangan Agustaf dari luar, berhenti di samping pintu bagasi Khanza menoleh pada Agustaf yang baru turun dari mobilnya.
"Kamu tahu ya, kalau saya pulang bawa sesuatu?" Agustaf bertanya sebelum tangan kirinya membuka full bagasi mobil.
Lekas saja Khanza mengangguk, tidak lupa senyumnya ia tampilkan hingga deretan giginya terlihat oleh Agustaf. Satu hal yang Agustaf suka, wajah ceria Khanza. "Tentu tahu. Kan' Dokter sendiri yang bilang, kalau hari ini Dokter ingin belanja sesuatu." Ya, Khanza masih ingat ucapan itu.
"Good girl."
Khanza dengan sigap membawa masuk semua belanjaan tersebut, mengikuti langkah sang Dokter dari belakang lantas Khanza bertanya.
"Dokter, kamar dekat tangga boleh saya bersihkan juga?"
Agustaf berhenti, kemudian melirik ke atas tepat pada daun pintu kamar yang Khanza maksud.
"Ah kamar itu, kebetulan sekali. Jika tidak merepotkanmu tolong bersihkan. Besok adikku akan datang kemari." Khanza menganggukan kepala pelan. "Harus kau ingat satu hal, kamu bukan pembantu di rumah ini, jika kau segan tidak perlu kau lakukan." Imbuh Agustaf lalu melanjutkan langkah menuju ruangan lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐁𝐑𝐎𝐓𝐇𝐄𝐑 𝐒𝐇𝐈𝐓 [𝐌]
Fanfiction𝐕𝐲𝐚𝐧𝐝𝐫𝐚, 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐤𝐚𝐤𝐚𝐤 𝐝𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐚𝐣𝐢𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐰𝐚𝐤𝐭𝐮 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐚𝐚𝐧. #1 -Kimtaehyungbts [12/05/2022] #1 -Wattpadhits [07/08/2022] #1 -Vyan [09/12/2022] #1 -Kakak [23/05/2023] Started; 13 Januar...