22. Purpose

79 16 36
                                    

       Vivian memutuskan pulang ke Ruko yang selama ini ia dan suami tinggali, ia datang bermaksud mengambil anaknya dengan syarat Vivian menyerahkan segepok uang dengan jumlah tak sedikit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

       Vivian memutuskan pulang ke Ruko yang selama ini ia dan suami tinggali, ia datang bermaksud mengambil anaknya dengan syarat Vivian menyerahkan segepok uang dengan jumlah tak sedikit. Vivian tidak serta merta memberikan semua uang tersebut kepada sang suami. Berangkat dari Kost, Vivian sudah lebih dulu menyisakan sebagian hasil kerjanya dengan tujuan biaya keberlangsungan hidup ia dan putranya.

Namun, suami Vivian menghitung jumlahnya ternyata masih kurang dari perjanjian, sedangkan dua orang penagih hutang sudah sejak pagi berada di Ruko tersebut menunggu uang dari Vivian. Merasa dibohongi, pria gempal itu menjambak Vivian yang kala itu tengah menggendong sang putra. Vivian ditampar dan dipukul hingga tubuh kecil digendongan Vivian juga ikut terpukul oleh tangan pedas suaminya, itu semua berlangsung dihadapan dua penagih. Penganiayaan itu sempat dilerai oleh salah satu penagih, merasa iba ia bahkan memberi waktu satu minggu ke depan untuk melunasi semua hutang beserta bunganya.

Sungguh malang nasib Vivian, setelah kepergian dua orang tersebut ia kembali di pukul, diseret masuk dan menenggelamkan kepala Vivian masuk ke bathtub yang penuh dengan air bekas mandi. Vivian hampir terbunuh jika saja tak ada orang yang datang, tepat saat Vivian di ambang kematian seorang wanita mampir ke Ruko, wanita itu ialah Bibi dari Suami Vivian yang setiap hari datang guna mengantarkan sarapan dan makan siang untuk putra Vivian—beliau tau kalau keadaan rumah tangga sang ponakan sedang tidak baik-baik saja.

Suami Vivian melepaskannya, ia keluar dengan maksud menemui bibinya, ia juga takut kalau ketahuan telah menyiksa sang istri. Cukup lama di luar Ruko, hal tersebut Vivian gunakan untuk mencari bantuan kepada orang yang bisa menolongnya saat itu juga.

Beruntung ponsel barunya tidak diketahui sang suami, Vivian berlari ke lantai dua dan menghubungi beberapa temannya, tetapi tidak ada satu pun dari mereka menerima panggilan tersebut. Hingga Vivian membuka chatt paling bawah, di mana obrolannya dengan Vyandra—ketika pria itu meminta Vivian pergi ke salon untuk menemani dirinya pergi Dinner bersama keluarga besarnya.

Vivian ragu untuk menghubungi Vyandra, tetapi keadaan yang genting memaksanya melakukan itu. Dengan tangan gemetar ia akhirnya mengirimkan pesan kepada Vyandra dan berharap pria itu segera membacanya, Vivian tidak ingin menelefon dengan keadaan kacau seperti itu, sudah bisa dipastikan suaranya tidak akan jelas terdengar.

Satu yang Vivian pikirkan saat itu, ia harus membawa pergi putranya.

Vivian buru-buru beranjak ke kamarnya, membuka lemari hendak mengemasi barang-barang milik anaknya, namun belum sempat lemari terbuka sebuah tangan menarik paksa surai panjangnya sehingga mengakibatkan Vivian ambruk ke lantai cukup keras, ponsel ditangannya pun ikut terjatuh.

Mata pria itu seketika mengarah pada layar ponsel yang tak sengaja menyala, keduanya berebut meraih ponsel lebih dulu. Vivian mendorong tubuh gempal suaminya, ujung kakinya menendang ponsel tersebut agar menjauh. Namun lagi-lagi Vivian kalah, tubuh rampingnya ditekan cukup keras dengan lutut sang suami yang menekuk tepat di atas perutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 16 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐁𝐑𝐎𝐓𝐇𝐄𝐑 𝐒𝐇𝐈𝐓 [𝐌]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang