08. Go home [M]

1.2K 119 50
                                    

Cieee tumben update😆😆
Warning 17+ selewatan⚠️

   Sepasang mata bak elang yang siap menerkam mangsa, sedikitpun tak beralih menatap nyalang dari gadis lemah di depan sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepasang mata bak elang yang siap menerkam mangsa, sedikitpun tak beralih menatap nyalang dari gadis lemah di depan sana. Tidak peduli, bagaimana ketakutan merajai sang jelita, bagaimana tak berdayanya tubuh yang tiap detik melangkah mundur, Vyan tetap pada arogansinya-membawa sang gadis kembali dalam keadaan apa pun.

Menutup pintu mobil keras, Vyan meloloskan dua kancing teratasnya di ikuti gerakan lain menggulung kemeja putih sebatas sikut.

Vyan berdiri kokoh di samping pintu mobil, mengamati pandangan Khanza yang justru mengarah pada ke dua kakinya. Senyum asimetris mulai tercipta, Vyan tau gadis itu tengah memikirkan luka akibat ulahnya.

"Kakiku tidak apa-apa. Tidak sakit, seberapa keras kau jepit menggunakan alat berat sekalipun, rasa sakit tidak akan aku rasakan dibanding kepergianmu, Za." Pekiknya. Lantas kaki kanan mulai mengawali langkahnya mendekat.

"Stop!" Intruksi Khanza. Vyan bahkan seketika diam. "Jangan mendekat. Aku tidak mau pulang." Sambungnya diiringi gelengan lirih kepalanya.

"Lalu ingin kemana? Katakan, Za. Kakak bisa membawamu, asal kita pergi bersama." Kini Vyan berbicara lembut, tatapannya berubah sendu. Benar-benar mengisyaratkan ketakutannya kehilangan Khanza.

"Aku mau pergi sendiri, hanya sendiri."

"Tidak! Tidak akan kubiarkan itu terjadi." Vyan melangkah kembali, lebih cepat hingga tak terbaca oleh Khanza. Dan dengan mudahnya, Vyan meraih pergelangan tangan Khanza lalu mendekapnya. Jelas, Khanza berontak. Sekuat tenaga berusaha meloloskan diri, namun Vyan teramat kuat ia tidak memberikan celah sedikitpun.

"Lepaskan aku."

"Tidak, Za!"

"Lepas, kak. Aku tidak mau pulang." berulang kali Khanza coba meloloskan diri, namun tetap sama, ia lelah hingga melemah dengan sendirinya.

Vyan merasakan tak ada perlawanan dari Khanza, mulai mengusap lembut surai Khanza. Memejamkan mata beberapa saat sembari merutuki segala kecerobohannya. "Maaf. Kakak tau, kata maaf saja tidak akan mengembalikan keadaan seperti sedia kala. Tapi, kakak hanya ingin Khanza tau, kakak sayang kamu, Za."

Khanza memilih diam, ia tak berniat menjawab kendati terdengar jelas ungkapan hati seorang Vyandra kepadanya. Khanza berat menerima. Baginya, Vyan bukan hanya sekedar pembohong melainkan pria berengsek. Begitu tega menghancurkan masa depan temannya.

Selagi Vyan masih bergumam dengan kalimatnya, Khanza kembali memutar otak. Mencari celah agar dirinya bisa lepas dari Vyan, memikirkan cara bagaimana dirinya cepat-cepat bertemu Nathan tanpa diketahui Vyan.

Beberapa saat bergelung dengan pikiran, suara motor terdengar mendekat. Motor itu berhenti tak jauh dari mobil Vyan.

Sang pemilik motor turun tanpa melepas penutup kepala. Keadaan yang mulai gelap tidak membuat Khanza tak mengenali siapa orang itu, jelas ia tau. Itu temannya, orang yang membantunya.

𝐁𝐑𝐎𝐓𝐇𝐄𝐑 𝐒𝐇𝐈𝐓 [𝐌]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang