17. Hospital I

228 28 85
                                    

Hallow bebep-nim,
Aku kembali dengan kata maaf 🙏🏻 karena sudah meninggalkan cerita ini cukup lama😭
Mohon di maafkan ya, aku harap masih ada yang menunggu cerita ini sampai ending.

Jujur, aku takut memulai nya lagi. Sebab akan ada banyaknya perubahan pada jalan cerita yang sebelumnya🥺
Terlalu lama hilang, stuck gitu aja. Ide yang ada ikutan lupa😭🙏🏻

Namun aku tetap akan terus berusaha, biar cerita ini menemukan akhir yang memuaskan, dan untuk Para siders, tolong kerja samanya ya. Jika ingin story ini kelar. Mulai sekarang tinggalkan vote dan komen. Bila perlu follow juga akun ini. Sebagai bentuk kalian menghargai karyaku. Terima kasih..💜


     Satu minggu kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu minggu kemudian.

Khanza masih sering berinteraksi dengan Robi lewat via chatt, ikut serta memantau perkembangan Jeonathan selama masa pemulihan. Ya, pada akhirnya Khanza hanya bisa pasrah, menunggu waktu yang akan menjelaskan segalanya.

Kejadian akhir pekan lalu, berputar lagi pada ingatannya. Malam di mana Robi datang dan menemukan Khanza di hunian Sang Kakak, hingga berakhir ketika pemuda itu terburu-buru pamit membuat Khanza memaku di tempat sembari menatap kepergian Robi yang semakin jauh dari pandangannya.

Pemuda itu membawa motor besarnya dengan kecepatan tinggi, seolah di kejar waktu yang akan habis tanpa bisa di negosiasi lagi.

Bahkan, masih ia ingat dengan jelas juga sesuatu yang diutarakan Robi kepada sang kakak—Dokter Agustaf.

"Sangat sulit meloloskan Nathan dari lingkaran Vyandra, meskipun kenyataan berkata bahwa Nathan tidak tahu menahu tentang persembunyian Khanza, tetap tidak akan mengubah keadaan, hidup Nathan akan terus terusik sebelum Vyandra puas melihat Nathan kehilangan nyawa nya."

Sudah gila!

Vyandra bajingan gila!

Air mata Khanza meluruh jatuh. Kapan sebenarnya sakit hati ini akan berakhir? Khanza sempat berpikir, jika penderitaannya akan berakhir kala dirinya dinyatakan hilang, dan secara tidak langsung dapat terlepas dari permainan gila kakaknya. Dalam hati Khanza bahkan ingin meneruskan pendidikannya, memulai semuanya tanpa ada segala kerisauan yang Vyandra hadirkan.

Tetapi apa? Faktanya, sangat diluar nalar.

Merasa kehilangan boneka kesayangannya, Vyandra menggila, membuat keadaan semakin kacau, menciptakan kobaran api kian membesar, melibatkan semua orang yang Vyandra rasa terus mempersulit dirinya menemukan Khanza.

Khanza menarik napas pelan, tersadar dari lamunan yang membawa pikirannya terbang. "Saya lelah, Dok." Pekik Khanza. Sepasang maniknya menatap lurus pada benda elektronik di depan sana.

Pria yang berdiri tak jauh dari jarak Khanza kini bergerak semakin dekat. Seragam dinas seorang Dokter masih melekat pada tubuhnya, kacamata bening bahkan masih bertengger pada batang hidung bangir pria tampan itu. Ya, Agustaf baru saja tiba di kediamannya kurang dari sepuluh menit yang lalu.

𝐁𝐑𝐎𝐓𝐇𝐄𝐑 𝐒𝐇𝐈𝐓 [𝐌]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang