Video

9K 58 0
                                    


Tuk... tuk.. tuk ....

Aku melangkahkan kaki memasuki sebuah ruang yang hampir penuh oleh manusia yang tak menghiraukan kehadiranku. Tak apa, ini sudah biasa terjadi yang harus kulakukan adalah duduk dibagian paling ujung di dekat jendela seolah kehadiran ku selalu nihil dikelas ini.

 Inilah alasan kenapa aku memilih untuk selalu datang siang, selain kondisi kelas yang sudah ramai, aku tak mau datang pertama disaat kelas masih terisi dua atau tiga anak dimana kondisi itu adalah kondisi canggung bagiku, saling diam atau mungkin hanya berbasa-basi dengan teman terdekat masing-masing. Bukannya tak ingin berteman dengan siapapun, ini tahun keduaku  menjadi seorang mahasiswa. Menjadi individu yang acuh adalah caraku menghapus luka dimasa SMA.

Flashback

"Le..... gilakkk, acaranya kemarin keren banget" kata Dian sembari merangkulku.

"Iya bener banget, tapi by the way kemaren lo kemana pas tengah malem" tanya Nindi curiga, diikuti raut Dian seolah menginterogasiku.

"Kapan?? Orang gue nya disana terus kok" jawabku berbasa-basi.

"Hidiiihhh, Leaaaa gausah sok nyembuyiin deh pas kemaren party sama anak-anak Sean nyariin lo tapi gak ada, dan......", belum sempat menyelesaikan pertanyaannya Nindi menyambar kalimat Dian. 

"Menghilangnya lo, sekaligus hilangnya seorang Gavin" aku terkejut mengetahui bahwa kedua sahabatku ini menyadari semalam aku kemana. Terlebih Sean kekasihku muncul ditengah pesta kelas yang aku adain ditaman rumahku. Padahal aku mengira dia tidak datang, sebab hingga pesta berakhir aku tidak bertemu atau bahkan menerima pesan dari Sean.

"Oh ya, Sean kemaren juga mukanya kek panik gitu, ada apa sih le?" belum sempat aku membalas ucapan Nindi, tiba-tiba terdengar dering pesan masuk.

Kling...kling...kling

Tak hanya milikku tetapi hampir satu kelas.

Aku membuka pesan grup dimana terdepat video yang langsung terunduh secara otomatis. Video terputar menampilkan dua manusia yang berciuman lalu video terpotong.

"Le..." Sahut Dian dan Nindi bersamaan.

Mataku begitu pedih melihat video yang terputar di handphone, kepala ku pening, aku bingung harus bagaimana. Belum sempat aku menghembuskan nafas satu pesan masuk lagi dari grup Chocolatos, yang isinya ada aku, Dian, Nindi, Meghan dan Sukma kedua teman ku yang lain itu berbeda kelas dengan kami.

Meghan :

Guys, kalian ngerti kan apa yang terjadi semalam gak nyangka banget gue sama kelakuan Lea.

Dahiku berkerut saat membaca pesan yang ada di grup tersebut. Entah mengapa aku justru tersenyum sengit membaca pesan itu. Dua detik kemudian pesan terhapus. Aku memandang wajah Nindi dan Dian yang merasa bersalah.

"Duh kenapa Meghan bodo banget sih bisa salah" ucap Nindi, yang langsung disenggol Dian seolah mengingatkan bahwa dia telah membocorkan sesuatu. Tak usah berlama-lama saat itu juga aku sadar sahabatku oh bukan teman-teman ku membuat grup dibelakang ku, tak heran bukankah hal ini sedang menjadi tren.

Nama seorang Allea yang dibangun dengan baik-baik selama hampir tiga tahun seolah runtuh begitu saja. Menjadi juara sekolah, sering menjadi perwakilan sekolah, menjadi role model para siswa lainnya dan selalu menjadi kesayangan para guru seolah dihancurkan oleh satu video yang mengubah judgment orang terhadapku.

Aku berusaha menenangkan diri, tepat saat itu Sean masuk ke kelas dan menatapku dengan datar, aku tau dia kecewa tetapi ia tetap meraih tangan ku dengan lembut dan membawaku keluar sembari menghindari tatapan anak-anak yang bertanya-tanya bernarkah ini Lea?.

....


EKSPETASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang