Prolog

2K 157 12
                                    

Rintik hujan mulai berjatuhan, tanpa didahului gerimis kecil. Taman yang semula ramai, perlahan sepi ditinggal pengunjungnya. Orang-orang berlarian untuk meneduh atau bahkan pulang.

Senja berjalan santai menyusuri jalanan kecil di tengah taman perumahannya yang lumayan luas. Ia sudah berputar-putar taman ini lebih dari sepuluh menit, sebelum hujan mengguyur permukaan tanah.

Lapangan basket yang tadi dipakai sekumpulan anak SMP juga sudah basah sepenuhnya. Senja mengambil bola basket di bawah ring. Memainkannya sendirian, tidak ada ekspresi apapun di wajahnya. Mata yang biasanya berbinar itu redup, seakan seluruh sinarnya direnggut.

Dari depan taman sana, seorang pemuda dengan kemeja putih yang terlihat berantakan berjalan mendekat. Menatap lurus pada Senja yang tengah mendribble bola basket asal.

"Senja."

Yang dipanggil menoleh, membiarkan bolanya menggelinding jauh darinya.

"Senja, ayo ikut."

Senja tidak bergerak, tidak juga menjawab, hanya menatap Davin dengan pandangan kosongnya. Yang lebih tua berjalan mendekat, menarik tangan dingin itu untuk meninggalkan hujan yang semakin deras.

"Dunia emang jahat sama Senja. Tapi, Davin ada di sini nemenin Senja."

Keduanya berdiri di bawah pohon beringin yang daunnya cukup banyak, untuk menghalau mereka dari hujan. Davin bersandar di batang pohon, menatap pada langit sore yang tertutup awan hitam. Senja berdiri di sebelahnya, masih dengan jiwanya yang seperti tidak ada di sana.

"Besok kita pukul Arka ya? Senja tenang aja,  Davin udah jago boxing kok."

Bohong. Davin bahkan tidak pernah mencoba boxing sekalipun.

Ponsel Davin berbunyi, si empunya berdecak malas mengambil ponselnya di saku celana. Ia agak sedikit kesusahan mengusap layar karena basah. Nama Pras tertera di sana.

"Lo udah ketemu Senja?"

"Iya, udah."

"Ke sini vin, pulang..."

Davin menegakkan tubuhnya, perasaannya tidak enak mendengar suara Pras yang tidak seceria biasanya. "Kenapa? Kesitu kemana?"

"Lo tau kemana Senja harus pulang."

Ponselnya terjatuh, Davin membiarkan punggungnya menabrak batang pohon di belakangnya dengan keras. Tangannya gemetaran.

"Kalo itu terjadi, Senja harus pulang."

Itu pesan Afkar satu jam yang lalu, sebelum ia pergi mencari sahabat bayi besarnya. Senja masih berdiri kaku, tidak menatap sedikitpun pada Davin yang meluruh ke tanah. Menangis untuk Senja.

Senja kesayangannya.

"Davin, kenapa hujan renggut cahaya sore yang selalu gue suka."

Davin terdiam, menahan isakannya. Ia menatap pada Senja yang melihat langit, kekosongan yang ingin sekali Davin sembuhkan.

"Davin, ayo pulang."

🌇 S E N J A 🌇


Halo, aku mau bilang beberapa hal.

1. Maaf banget kalo gaya penulisannya beda sama Sirkel B, contoh : Gua diganti gue.

2. Main chara cuma Senja, jadi bakal fokus sama Senja.

3. Kalo ada kritik atau saran sampein ya!

Thank you!

Fyi. Prolognya ga terkait sama chapter setelah ini. Kalian bakal nemuin bagian ini nanti, jadi ikutin terus ya!

Crepuscule [JJK] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang