Matahari dan Senja

547 110 4
                                    

Udara masih terlalu dingin sekarang, Senja terpaksa masuk pagi-pagi buta untuk mencari ponselnya yang kemarin sore tertinggal. Sudah berlalu beberapa hari semenjak kecelakaan kecilnya dan Geo, sekarang kakinya sudah pulih.

Tadi, Senja ke rumah mang Ading dan meminta kunci kelasnya, sayangnya dia lupa tidak meminta kunci gerbang. Jadilah Senja terpaksa memarkirkan motornya di depan gerbang dan memanjat gerbang untuk masuk.

Ia berlari kecil menyusuri koridor menuju ruang kelasnya, cuitan burung gereja menemani larinya. Senja meremang saat mendengar isakan seseorang sesaat setelah ia memelankan jalannya.

"Demi, ini udah pagi masa ada setan." Lirihnya dengan mata membulat antara merinding dan sedikit takut.

Suara isakan itu semakin terdengar di dekat belokan lorong antara ke ruang lab dan koridor lurus ke area kelas 12 IPA. Senja menelan ludah kasar, meyakinkan diri bahwa itu bukan hantu.

"Den Senja!"

Senja menoleh seketika dengan jantung berdebar kuat, mang Ading tersenyum di ujung koridor, berjalan cepat menenteng banyak kunci. Bukan itu yang membuat Senja bingung saat ini, tapi, suara tangisan yang tidak lagi terdengar.

"Mang kok udah dateng?" Tanyanya sesaat setelah mang Ading tiba.

"Kasian den Senja sendirian. Gimana? Ponselnya ada?"

"Belum pak, saya baru mau ke kel-"

Senja membulatkan mata, seseorang berlari melewatinya dan mang Ading. Penampilannya terlihat berantakan bahkan dari jauh. Senja berlari mengikuti setelah mendapat sikutan dari mang Ading.

"Hei!"

Gadis itu masih berlari hingga keluar gerbang dan memasuki mobil hitam yang terparkir di sisi jalan.

Senja mengernyit, mobil itu sudah ada di sana sejak ia datang. Ia segera meraih ponsel dan mencari nama Cherry di kontak. karena gadis yang ia lihat tadi, ia yakin itu Cherry.

"Halo, kenapa?"

"Cherry?"

"Apa sih?" Setelahnya, Cherry terdengar menguap disana.

"Lo.. dimana?"

"Hah? Gua baru bangun dan gua di kamar. Kenapa? Ada sesuatu? Kak Geo? Kak Geo kenapa?"

Senja tersenyum kecil, sejenak lupa akan gadis yang berlari tadi. "Ngga ada. Lu mandi sana, baunya ampe sini."

"Sialan lo Sen-"

Senja mematikan panggilan, tidak membiarkan Cherry mengomelinya. Ia kembali melihat ke arah jalanan di depannya. Suara Cherry terdengar biasa saja, tidak seperti habis menangis.

"Bukan Cherry, tapi siapa?"

■ S E N J A ■

"Nja, lo suka Cherry ya?"

Senja mendelik, ia menoleh pada Davin dan menendang kakinya kelewat kencang. "Gua ngga kaya lo ya! Jatuh cinta tiap hari, cih."

"Itu namanya bukan jatuh hati, tapi tertarik Senja. Beda tau."

"Kayanya cewe di Nusa Bangsa, lu tertarikin semua." Pras menyela, mencibir perkataan Davin barusan. Di tempatnya, Senja tertawa menang.

"Ish, ngga temen lo berdua."

"Siapa yang mau jadi temen lo?" Pras mengatakannya dengan ekspresi datar.

Crepuscule [JJK] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang