Bolos

474 96 2
                                    

Senja menuruni tangga rumahnya dengan penampilan lebih segar, ia baru selesai mandi dan membiarkan rambutnya masih setengah basah. Perutnya sudah lapar untuk menunda makan dan sekedar mengeringkan rambut.

Davin ada di rumah sekarang, saat Senja pulang tadi, anak itu tengah memasak dan menyuruhnya segera mandi. Masakan Davin mungkin tidak seenak Geo atau Arka, tapi masih lebih baik dari masakan Afkar. Yang sebenarnya, lebih baik Afkar tidak memasak kalau kata yang lain.

Pokoknya, jauhkan Afkar dari dapur kecuali ada yang menemani.

Davin tersenyum lebar, menghidangkan di meja makan ayam goreng mentega yang baru saja selesai ia masak.

"Silahkan tuan muda." Katanya dengan setengah badan membungkuk, membuat Senja tertawa dan duduk di kursi yang Davin tarik.

"Terimakasih." Ujarnya dengan formal.

Davin ikut tertawa, ia menarik kursi di sebelah Senja dan mengangkat piring kosongnya, meminta Senja mengambilkan nasi.

"Pras ngga kesini?" Tanya Senja disela mengambil nasi.

"Lagi main dia, akhir-akhir ini lagi sering sama temen SMP nya."

Senja menoleh pada Davin, menyipit menatap sahabatnya yang tengah mempersiapkan sendok dan garpu. "Hoo, cemburu lo?" Tanyanya setengah meledek.

"Dikit sih, tapi ya udah. Dia kan butuh sosialisasi sama yang lain juga. Apalagi dia stress jadwal latian dancenya padet."

Senja menyuap nasi dan ayamnya, tersenyum saat merasakan enaknya masakan Davin. Sudah meningkat, pikirnya.

"Iya, begitupun lo." Davin menoleh, ia tidak terlalu mengerti apa yang Senja maksud. "Temen lo banyak kan? Gue tau kok. Lo boleh pergi sama siapapun. Ngga perlu selalu ke gue. Lo butuh nyenengin diri sendiri juga."

Senja benar, hari ini bahkan ia menolak pergi dengan teman-temannya karena ingin bersama Senja. Secara tidak sadar, ia selalu ingin menemui Senja. Memastikan sahabatnya baik-baik saja.

"Iya, besok gue majn sama mereka kok."

Mereka mengobrol ringan hingga selesai makan dan membereskan alat makan. Senja mengikuti Davin duduk di kursi teras, menatap langit malam yang sedikit tertutup awan hitam.

"Bintangnya ngga keliat." Komentar Davin setelah mendongak ke atas. Anak itu menaruh ponselnya di meja. "Gue ambil gitar dulu bentar."

Senja merogoh kantong celananya setelah Davin masuk ke dalam. Memukul ringan kepalanya saat sadar tidak ada rokok di sana. "Kan di saku celana tadi bego."

Dua kaleng kopi dingin dan satu toples cookies kering, mereka bawa saat keluar tadi. Senja memilih memakan cookiesnya, sepertinya dia sudah sedikit kecanduan rokok.

Tidak apa sih, lagipula tanpa yang lain tau, Geo sudah memberinya izin untuk merokok. Meski ia agak sedikit malu setelah ditertawai Joss.

Ponsel Davin bergetar dan menyala, menampilkan dua notifikasi chat di lockscreen yang tidak sengaja Senja baca.

"Haha lucu banget." Kekehnya setelah beberapa saat terdiam.

Fokusnya kini beralih pada foto apa yang Davin gunakan sebagai lockscreen. Foto mereka bertujuh tengah duduk.

Senja, merindukan Arka.

■ S E N J A ■

Cherry berhenti di tepi danau, di belakang Ica atau Duma yang tidak sedikitpun bergerak untuk menyambutnya datang.

"Gue udah tau apa yang lo lakuin." Cherry memulai, tidak menyadari bahu sepupunya menegang.

"Ica- ah Adwina, biarin gue gantiin kakak gue buat jagain lo. Biarin gue bilang ke orang tua gue gimana jahatnya bokap lo. Lo keponakan mereka juga Adwina. Lo berhak dapet perlindungan dari kita.

Crepuscule [JJK] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang