Arka yang berbeda

538 111 9
                                    

Pras menatap kilau merah matahari yang sebentar lagi akan mencapai ujung barat dan tenggelam. Ia terdiam sejak tadi, bahkan saat teman-temannya sudah berkumpul di ruang tengah apartemen miliknya. Hanya Davin dan Senja yang belum datang. Arka yang memanggil mereka semua ke sini untuk membicarakan sesuatu.

'Lo berdua kemana?'

Ponselnya berbunyi, Pras berjalan ke balkon dan mengangkat panggilan telepon dari Davin. Matanya membulat saat menyadari Davin yang meneleponnya.

"Lo kemana aja kampret."

"Diem dulu, gua capek rasanya." Suara Davin terdengar begitu lelah. "Gua sedih banget liat Senja bengong dari siang. Lo kesini ya, kasih tau yang lain juga. Tante Raina koma, Pras. Rs. Kenanga."

Panggilan terputus, Pras menatap ponselnya linglung. Koma... Berusaha meraih kembali kesadarannya, Pras bergegas ke ruang tengah, dia harus segera memberi tahu yang lain dan ke rumah sakit.

"Nyokap lu mau nikah.. dua minggu lagi?"

Jalan Pras terhenti, dia menatap kaget pada Rama yang barusan bertanya pada Arka. Pandangannya beralih pada Arka, pemuda itu terlihat sangat bahagia dengan wajah berserinya.

"Iya." Angguk Arka antusias.

Rasanya Pras semakin linglung, bukan ini yang ingin ia dengar. Anggaplah dirinya jahat, tapi membayangkan bagaimana hancurnya Senja, Pras merasakan sakitnya juga.

"Sama.. om Fajar?" Tanya Rama lagi dengan ragu.

"Iya, sama papa."

Ngga, ngga gini Arka.

Semua orang terdiam, membuat Arka mengernyit. Sebelum ia kembali bersuara, Pras sudah lebih dulu menepuk bahunya pelan.

"Kita ke rumah sakit sekarang, tante Raina koma. Senja sama Davin disana."

Geo, Rama, dan Afkar berdiri dengan cepat, menatap tidak percaya pada Pras. "Kenapa bisa?" tanya Rama sesaat setelah memakai jaketnya yang tersampir di lengan kursi.

"Gue ngga tau, ayo cepet."

Pras berlari ke kamarnya mengambil kunci motor, sedangkan yang lain sudah lebih dulu keluar terkecuali Arka. Bahkan Arka masih duduk saat Pras keluar kamarnya dan hanya memberi kode pada Arka untuk bergegas.

"Kenapa.." Arka menatap lorong menuju pintu keluar. "Harusnya ini hari bahagia gue."

Dengan cepat ia menyambar kunci motornya di meja dan berlari ke arah pintu, memakai sepatu lalu keluar. Perasaannya tidak karuan sekarang, ia berdiri di sebelah Geo menunggu lift terbuka. Tangannya meraih ponsel saat benda pipih itu tidak berhenti berdering.

Arka membulatkan mata, panggilan dari ibu yang sangat jarang ia dapatkan. "Halo, bu?" Arka masih mendengarkan perkataan ibunya saat Geo menariknya memasuki lift.

"Papa lagi ada acara, jadi ngga bisa anterin ibu ke wo. Arka mau temenin ibu ngga?"

Arka tersenyum lebar, senyum yang membuat Pras tidak percaya. Bahkan disaat semua orang tegang, anak itu masih bisa tersenyum.

"Iya bu, Arka kesana sekarang. Tunggu okay?"

Arka menatap semua temannya saat panggilan terputus. Ia berdehem saat mendapati situasi panas diantara mereka. "Gue ada urusan, besok hari minggu gue jenguk tante Rain."

Pintu lift terbuka, Arka menyerobot keluar lebih dulu dan berlari meninggalkan yang lain. Pras terkekeh jengkel, menendang tembok di depannya setelah keluar.

"Brengsek. Sejak kapan dia ngga peduli sama Senja?"

Afkar yang masih tidak percaya dengan apa yang terjadi, menarik Pras maju agar tidak menghalangi jalan orang yang lewat.

"Baru kali ini." Geo menatap punggung Arka yang masih terlihat di ujung lobi. "Baru kali ini dia begitu kan?"

■ S E N J A ■

Crepuscule [JJK] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang