"Lo yakin dia disini?"
Rama bertanya memastikan, pemuda tampan itu merapikan rambutnya setelah melepas helm. Ia mengikuti yang lain masuk ke dalam.
Pras mengangguk yakin. "Bener, gue udah mastiin dan liat juga ada Senja."
Afkar dan Geo berjalan paling depan diikuti Rama, Pras di belakang mereka berusaha menyeret Davin yang masih saja terlihat marah.
"Simpen dulu marahnya elah, ayo masuk buru."
Bunyi lonceng diatas pintu menyambut mereka, Geo meneliti sekitar untuk mencari tempat yang pas. Bertepatan dengan itu, lonceng kembali berbunyi. Pras yang masih membelakangi pintu maju ke depan dan menoleh sekilas. Matanya sedikit melebar dengan bibir yang juga sedikit terbuka, dia hampir memanggil seseorang yang baru masuk tadi namun ia urungkan dan hanya membalas senyumannya sekilas.
Itu Joss teman Agra, seingat Pras.
"Pras, ayo."
Rama menepuk bahunya, membawanya mengikuti yang lain ke meja paling dekat dengan stage kecil.
"Rean jadi kesini kaga?"
Afkar mengangguk, ia menyamankan duduknya. "Bentar lagi juga nyampe."
Lima pemuda itu mulai menoleh kesana-kemari mencari keberadaan Senja. Geo bahkan menolak saat seorang waitress datang dan bilang akan memesan sebentar lagi. Hingga kelimanya kompak melihat pada pemuda yang berhenti di dekat meja mereka.
Agra ada di sana, dengan mata membulat karena kaget. Kesadarannya baru kembali setelah seseorang dari stage memanggilnya untuk naik.
"Pantes Agra ngga bales chat gue, dia disini juga sama Senja."
"Itu Rean."
"Itu Senja."
Rama dan Pras mengatakannya bersamaan. Dari arah pintu, Rean tersenyum pada Senja, sedikit terkekeh sebenarnya. Pemuda jangkung satu itu menghampiri kelima temannya dan bergabung di sana. Mengikuti yang lain menoleh pada Senja yang masih terdiam.
Pras tersenyum miring, smirk yang tidak sengaja Rama lihat dan membuatnya berpikir ide jahil apa yang terlintas di pikiran temannya satu ini.
Pras melihat ke arah stage kecil di dekat mereka, ia menatap pada Agra yang masih mengatur gitarnya. "Mas Agra!" Panggilnya cukup kencang. "Request lagu matahari terbenam dong buat mas-mas waiter manis disana." Tunjuknya pada Senja yang masih terdiam.
"Oke." Agra tersenyum, ia menatap Senja dengan senyum jahilnya. "Tes tes, lagu spesial buat mas-mas waiter manis yang masih bengong di depan kasir."
Pras, Rama, dan Rean tertawa keras, dan bertambah setelah mendengar jawaban Agra yang membuat wajah Senja memerah. Afkar dan Geo hanya terkekeh, sedangkan Davin tidak berekspresi apapun dan sibuk memperhatikan Senja.
Hingga seorang pemuda yang mereka kenali sebagai teman Agra menghampiri Senja, mereka berbincang sekilas dan mulai berjalan ke arah meja mereka.
Joss berbelok ke arah yang berbeda, sedangkan Senja masih dengan wajah memerahnya menghampiri meja enam pemuda yang ingin ia kubur. Senyum manis berusaha ia berikan.
Geo memberi isyarat pada Pras untuk berhenti menganggu pekerjaan Senja dan memesan menu sebagaimana mestinya.
"Yah, ga asik." Bisik Pras malas.
Tentu saja itu terdengar mereka yang ada di meja, termasuk Senja yang gatal ingin menimpuk kepala Pras dengan tangannya sendiri.
Senja beralih menatap Davin yang tengah menyebut pesanannya. Hanya pemuda itu yang masih belum tersenyum padanya. Senja membungkukan kepalanya sopan setelah semuanya selesai dan berlalu dari sana.
Dengan perasaan yang tidak bisa dia gambarkan.
Setelah beberapa lama, Joss dan Senja datang membawa minuman untuk mereka. Senja terburu kembali ke belakang terlebih dulu. Tatapan Davin masih terpaku pada Senja-nya bahkan saat pemuda itu terlihat digoda oleh seorang perempuan.
Davin menyipit, melihat tidak suka pada perempuan cantik itu.
Joss yang melihatnya terkekeh, "dia emang suka godain Senja."
Semua perhatian kini teralih pada perempuan yang kini sedang melayani meja di ujung. Davin mendengus malas, "bahkan pas jam kerja begini?"
"Iya. Lo tenang aja, gue sama Agra bakal ngomong ke Daisy kok. Dia pasti bisa handle karyawannya."
"Oh ya." Lanjut Joss yang kini merogoh saku celananya. Menaruh dua permen lolipop di meja. "Kasih ke Senja, dia ngga jago ngerokok."
Joss terkekeh, membuat yang lain tersenyum kecil. Membenarkan perkataan Joss.
"Panggilan kepada mas waiter yang lagi ngobrol sama pelanggan." Suara Agra dari atas stage mengintrupsi mereka.
Joss dan Davin menoleh bersamaan ke arah stage, dimana Agra tengah menatap keduanya. Joss menunjuk dirinya sendiri, "gue?" tanyanya tanpa suara.
"Iya lo, sini ke stage gantiin gue nyanyi."
Rama mengernyit bingung melihat keduanya yang kini sudah berpindah tempat. "Mereka kerjanya gimana anjir, kok bisa seenak itu ganti gantian."
"Ga usah bingung kalo itu Agra." Pras menjawab setelah menyesap cappucinonya.
Agra berjalan mendekat, menarik satu kursi dari meja kosong sebelah dan menaruhnya tepat di antara Rean dan Afkar.
"Waduh yan, santai santai liatin guenya."
Rean berdecak, "masih dendam gue liat lo." Katanya yang hanya dibalas tawa Agra.
Suara indah Joss sempat membuat mereka terdiam sebentar, terpaku dengan kelembutannya.
Agra menepuk kecil meja untuk mendapatkan kembali atensi semua orang yang ada di sana.
"Pertama, sorry gue ngga bales chat lo kar. Kalian ngga usah khawatir, Senja tidur di tempat Joss semalem. Cuma dia sering ngigo aja pas tidur manggilin mamanya."
Kini, Agra memberikan atensinya pada Davin yang masih terdiam, cowok itu menatap serius. "Lo yang keliatan paling marah, Vin. Gue harap sih bisa ditahan dulu. Senja kayanya lagi ga baik juga kan."
Plak
"Aaakh. Kak Daisy lo ngapain mukul gue?!"
Daisy, yang tidak disadari kehadirannya, berkacak pinggang, menatap sebal ke arah pekerjanya yang malah duduk manis. "Gue kesini mau mastiin lo sama Joss ngga buat keributan, eh beneran bikin ribut kan lo anjir. Balik kerja lo!"
Agra misuh-misuh, ia kembali ke tempatnya tadi dan mengusir Joss yang baru selesai bernyanyi.
Daisy menatap enam pelanggannya dengan senyum manis yang terpatri. "Waduh, ketemu nih Senjanya?" Tanyanya sedikit menggoda.
"Iya nih kak, makasih loh ngga ngasih tau."
Daisy tertawa mendengar jawaban Pras. Ia mempersilahkan keenam pemuda yang beberapa tahun lebih muda darinya itu untuk menikmati malam mereka, lalu pamit pergi ke belakang.
Pras, Afkar dan Geo memang sempat menemui Daisy siang tadi untuk menanyai Senja yang jelas tidak mendapat jawaban.
Itu kenapa mereka mencari sendiri dimana Senja. Tidak sulit untuk menemukan kafe milik Daisy yang lain karena memang masih sedikit, tiga tempat.
Terlebih namanya agak norak menurut Geo, First love cafe. Jadi tidak sulit mencarinya.
Davin mengambil permen yang Joss berikan, ia menatap permen itu dan beralih menatap Senja yang kebetulan lewat.
Agra benar, dia harus sedikit menahan amarahnya.
'Happy sweet seventeen, Nja.'
■ S E N J A ■
chapter selanjutnya bakal ketemu Arka, ada yang kangen Arka ngga?

KAMU SEDANG MEMBACA
Crepuscule [JJK] ✔
FanfictionCrepuscule (n.) the time from when the sun begins to set to the onset of total darkness. Mama bilang, Senja dilahirkan sesaat setelah matahari terbenam, menyisakan cahaya merah yang kemudian hilang diantara kegelapan. Mama bilang, Senja adalah milik...