Waiter Manis

479 90 6
                                    

Seperti yang Joss katakan tadi pagi, beberapa waitress secara terang-terangan menggoda Senja. Tapi anak itu hanya tersenyum dan kembali bekerja.

Agra mencebik malas, seingatnya dulu ada yang bilang padanya kalau Senja itu tipe orang yang tidak mau dekat-dekat dengan lawan jenis selain pada teman terdekatnya sendiri atau karena urusan. Tapi itu sama sekali tidak terlihat sekarang.

'Terus buat apa gue jagain dia, Joss. Mending tidur anjir.'

Agra duduk di depan dapur, mengipasi dirinya sendiri dengan nampan yang dibawa. Hari ini harusnya ia libur, tapi si sahabat bodohnya malah memintanya mengambil shift untuk Senja.

Di depan pintu dapur yang berjarak lumayan jauh darinya, lagi-lagi ia melihat seorang waitress yang tidak dikenalinya sengaja memblok jalan Senja dan tertawa-tawa kemudian setelah mengatakan Senja manis.

Agra masih setia melihat Senja yang kini mematung sendirian, hingga si pemuda bergigi kelinci itu bergeser merapat ke tembok dan mengusap dadanya sendiri.

"Gila, kenapa agresif-agresif bener waitress nih kafe."

'Oalah bangsat, jadi dari tadi dia cuma sok cool.'

Agra menyipit, semangatnya meningkat drastis. 'Sekarang, mari jalankan misi jauhin Senja dari mbak-mbak ganjen.'

Kafe ini terletak tidak jauh dari salah satu universitas. Banyak pekerjanya yang merupakan anak kuliahan yang mengambil part time. Agra sudah menandai tiga waitress yang sejak ia datang hobi mengganggu Senja. Kalau dilihat, Agra rasa mereka sama dengannya, anak kuliahan.

"Agra! Lo bisa nyanyi kan? Bisa gantiin Erlio nyanyi disini ngga? Dia tiba-tiba demam ga bisa dateng."

'Ya elah ada aja halangan'

"Berapa lagu?" Tanyanya setengah tidak ikhlas.

"Gue gatau, tanya anggota band nya aja. Sekarang ganti baju lo lagi."

Senja yang sejak tadi masih di posisinya terdiam kaget, hanya melihat dua orang itu dalam diam. Dia tidak tahu ada Agra tengah duduk di sana.

Setelah kepergian manajer, Agra hanya tersenyum melihatnya dan berjalan ke area loker, mengganti bajunya kembali.

"Senja, ngapain masih disini? Banyak yang dateng tuh di depan."

Menghembuskan nafas panjang, Senja menepuk kedua pipinya kemudian, berusaha mendapatkan kesadarannya kembali. Ia berbalik dan bergegas kembali ke depan, sayangnya tubuh seseorang membuatnya jatuh ke lantai.

"Aw, sshh pegel pinggang gue."

Senja menoleh mendengar suara si penabrak, Joss masih duduk di sana dan mengelus pinggangnya yang terbentur tempat tanaman besar.

"Loh Joss? Sorry-sorry." Senja bergegas bangun, ia juga membantu Joss untuk berdiri.

Senja melihat pada jam tangannya, masih jam setengah delapan lebih sedikit. "Kok udah balik? Kata lo kelas ampe jam 8."

"Iya, dosennya ada urusan jadi ngga nyampe full. Udah sana lo ke depan, rame tuh. Gue mau ganti baju."

Senja menggaruk pipinya yang tidak gatal, bingung melihat tingkah Joss yang kini sudah pergi dari hadapannya. Ia tau sih ini kafe milik sahabat Agra. Tapi dua orang itu benar-benar seenaknya datang dan pergi. Terlebih, Joss bahkan bilang setengah gajinya untuk salah satu waiters disini yang tengah kesusahan keuangan.

Semudah itu untuk seorang Joss, padahal baru tadi pagi ia dan waiters yang dibantunya saling mengenal.

"Ya emang orang kaya sih." Bisiknya pelan.

Agra berlari lari pintu dapur dan melewatinya, entah anak itu tidak sadar ada dirinya atau memang terburu-buru naik ke atas stage kecil di ujung ruang.

Senja baru akan berbalik saat seorang waitress lagi-lagi sengaja menggodanya dengan menyentuh bahunya pelan.

"Semangat Senja."

Bulu kuduknya merinding saat waitress tadi memberikan wink untuknya.

'Demi Tuhan, gue baru ngalamin di goda cewe ampe segininya. INI KAFE SARANG MANUSIA FLIRTY APA GIMANA ANJER'

Senja bergidig, ia melangkah cepat ke depan dan lagi-lagi harus dibuat tercengang melihat siapa yang tengah memasuki pintu kafe. Pemuda itu tersenyum padanya dan bergabung duduk dengan yang lain, atau lebih tepatnya dengan lima pemuda lainnya.

Dan mereka, menatapnya dengan senyum menyebalkan. Kecuali dua orang yang menatapnya datar. Satu terkesan tidak perduli dan satu lagi terlihat marah.

'Mati gue, dari mana mereka tau gue disini.'

"Mas Agra! Request lagu matahari terbenam dong buat mas-mas waiter manis disana."

Suara tawa dari meja itu membuat Senja ingin mengubur enam pemuda disana sekarang juga.

"Oke. tes tes, lagu spesial buat mas-mas waiter manis yang masih bengong di depan kasir." Agra berdehem, ia mulai bernyanyi tanpa iringan musik.

"Matahari terbenam.. Hari mulai malam.."

'Bangsat, Agra bangsat'

Kekehan terdengar dari sampingnya, Joss menyenggol lengannya pelan. "Ayo balik kerja mas waiter manis. Gue mau ke meja ujung mbak-mbak cakep. Lo ke enam orang bengal disana."

Bukan hanya enam orang disana yang ingin Senja kubur, tapi Joss dan Agra juga.

'SIALANNNNN. MALU BANGET GUE JANCUK BERHENTI NYANYI LO AGRA. PRASS, RAMA, REAN, GUE TANDAIN LU BERTIGA.'

■ S E N J A ■

Rean

Rean

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Crepuscule [JJK] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang