Senja tertawa saat mbak Tina meledeknya akan berkencan gara-gara Senja heboh meminta pendapat tentang kemeja yang akan dikenakannya untuk makan malam nanti.
Setelah mbak Tina keluar, ia memeriksa kemejanya sekali lagi dan tersenyum puas. Cukup bagus untuknya.
Senja juga tidak mengerti kenapa bisa terlalu semangat seperti ini. Yang jelas, ia sudah mengakui kalau merindukan papa. Senja tidak ingin membohongi perasaannya lagi.
Dia akan menuntut penjelasan papa setelah semuanya berakhir. Sekalipun tidak berpisah dengan Daniar nantinya, Senja ingin agar wanita itu tidak berbuat hal buruk lagi padanya atau papa.
Ponselnya berbunyi, Senja mengangkat panggilan video dari Davin.
"Wei apenih."
Davin memicingkan matanya, lalu tersenyum jahil. "Jiahh makan malam sama Arka udah berasa mau ngedate aje lo."
"Hahaha, jangan gitu vin. Senja kan kaga tau rasanya ngedate." Terdengar suara Pras menyahut.
"Sialan, gue biasa aja kok ih!"
Davin tertawa, tambah meledek Senja dengan mengatakan 'utututut' yang membuat Senja semakin keki.
"Gue matiin nih!"
"Elah ambekan ni bayi. Bentar dulu, gue mau mastiin lo baik, lo oke. Gue ngga tau kenapa lo bisa segampang itu udah maafin bapak lo. Ya ga heran sih, Arka aja lo maafin cepet banget. Pokoknya, lo tetep harus jaga diri, gimanapun ada emaknya Arka yang rada-rada."
Senja terkekeh, "iya tenang aja. Ya udah gue mau siap-siap dulu. Thanks! Jangan lupa makan."
"Idih geli gue." Ringis Davin yang tidak Senja hiraukan dan memilih mengakhiri panggilan.
Senja tidak sabar bertemu papa kembali.
■ S E N J A ■
Arka mempersiapkan dengan baik makan malam kali ini, ia sadar akan ada pertikaian nantinya. Meski dia sadar dia harus kembali mengkhianati seseorang. Tapi, kali ini saja dia ingin membuat pertemuan papanya dengan Senja berjalan baik meski hanya pada saat makan.
Karena setelahnya, entah apa yang akan terjadi. Mungkin jauh lebih buruk dari yang kemarin.
'Di tengah-tengah harusnya tempat paling aman. Tapi gue ada di jembatan, yang kalo patah, pasti yang ditengah tetep kena setelahnya. Sekalipun patahnya di satu sisi.'
Arka melihat ruang bersantai di lantai dua rumahnya yang ia sulap menjadi ruang makan ini sudah seratus persen sempurna. Dia memilih lantai dua karena lebih luas dibanding ruang makan. Juga ada jendela besar di sisi depan, setidaknya sedikit membuat rileks.
Asisten rumah tangganya datang bersama Senja yang tersenyum manis mengenakan kemeja semi formal. Padahal ini makan malam biasa, tapi entah mengapa mereka melakukannya dengan serius.
Keduanya saling menatap dan tertawa bersama kemudian. Arka menarik kursi untuk Senja duduki, lalu menarik kursi di sebelahnya untuk diri sendiri.
"Gue nervous."
Arka terkekeh lalu menepuk bahu Senja, berusaha menenangkan. Tatapannya beralih menjadi sendu, andai dia bisa lebih lama seperti.
"Papa mana?"
Arka tersenyum, merapikan poni Senja yang sedikit berantakan, pasti karena helm yang digunakannya. Padahal sudah serapih ini, tapi anakan kelinci malah menggunakan helm. Begitulah kira-kira gerutuan Arka dalam hati.
"Masih di kamar mereka, di lantai satu. Bentar lagi juga kesini."
Benar saja, Daniar dan Fajar datang dengan pakaian semi formal yang mereka kenakan. Sesuai request Arka.
"Senja, apa kabar jagoan papa?"
"Baik, pa."
Senja tersenyum canggung, berdiri membalas sapaan papanya dan membiarkan si papa memeluknya erat. Cukup lama, sampai deheman Daniar membuat pelukan keduanya terlepas.
"Hello, dear. Selamat datang."
Daniar memberikan pelukan singkat pada Senja yang berusaha mati-matian menahan kekesalannya. Pintar sekali bermain ekspresi wanita satu ini.
Dunia Arka benar-benar memuakkan untuk Senja.
Mereka makan malam dengan tenang, membahas kesana kemari tentang berbagai hal. Lebih banyak Fajar yang menanyai apa saja kegiatan Senja akhir-akhir ini. Bahkan sampai pada baju saja laki-laki itu tanyakan.
Arka tertawa sejak tadi, dia bisa tahu papanya juga nervous berhadapan dengan anak kandungnya sendiri dalam suasana yang baik setelah sekian lama.
Setelah makan malam selesai, Arka bisa merasakan tatapan ibunya yang menuntut. Ia tau, sebentar lagi, dunianya akan kembali seperti neraka.
"Papa, ada yang mau Arka sampein."
Senja mengelap bibirnya dengan tisu, menunggu saat-saat seperti ini. Dia melirik pada Daniar yang tersenyum padanya. Sayangnya Senja terlalu muak untuk membalas.
"Kenapa ka? Arka butuh sesuatu?"
Arka meremas jemarinya sendiri di atas pahanya dibawah meja. Dia harus mengatakan ini, mau tidak mau.
"Arka bakal punya adek, ibu ngasih tau Arka kemaren." Dalam satu tarikan nafas Arka mengucapkannya.
Hening, hanya denting sendok Daniar pada piring tartnya yang terdengar. Senja menatap Arka tidak percaya, pun dengan sang papa.
Daniar tersenyum penuh kemenangan saat pandangan Senja beralih padanya.
"Saya menang."
Daniar mengucapkannya tanpa suara, tapi Senja masih jelas membaca gerak bibirnya.
Gelap, rasanya semuanya kembali gelap seperti dulu. Apa Arka benar-benar tidak punya hati dan mengkhianatinya?
■ S E N J A ■

KAMU SEDANG MEMBACA
Crepuscule [JJK] ✔
फैनफिक्शनCrepuscule (n.) the time from when the sun begins to set to the onset of total darkness. Mama bilang, Senja dilahirkan sesaat setelah matahari terbenam, menyisakan cahaya merah yang kemudian hilang diantara kegelapan. Mama bilang, Senja adalah milik...