Epilog

995 109 6
                                    

Mei, 20xx (delapan bulan kemudian)

Senja dan Davin berjalan beriringan memasuki pelataran rumah minimalis dua lantai di depan mereka. Rumah yang nyaman untuk ditinggali keluarga kecil.

Rumah milik Daniar.

Kakak-kakak yang lain sedang sibuk kuliah, sedangkan Pras ada acara keluarga. Jadilah hanya mereka berdua yang kesini.

"Pagi tante."

Daniar tersenyum lebar menyambut dua tamunya, wanita itu menyuruh Davin dan Senja duduk lalu bergegas masuk ke ruang tengah. Tidak lama, seorang asisten rumah tangga membawakan Senja dan Davin minuman dan cemilan, disusul Daniar yang menggendong bayi.

"Ada kakak Senja sama kakak Davin disini." Daniar menirukan suara anak kecil membuat Senja tersenyum dan Davin terkekeh.

"Halo kakak, aku Edrea. Salam kenal ya."

Senja mendekat, mencium pipi merah adik kecilnya. "Halo Edrea, salam kenal juga cantik."

Davin tidak mau kalah, anak itu berpindah duduk di sisi Daniar yang lain dan menoel pipi memerah Edrea. "Kakak Davin disini, Edrea emess."

"Nama panjangnya siapa tante?" Tanya Senja penasaran.

"Edrea Leta Nagendra."

Daniar tersenyum, menyadari Senja yang sedikit terkesiap saat mendengar nama belakangnya digunakan Edrea juga.

Perlahan, senyum Senja kembali, mengusap pipi gembil kesayangan barunya.

Mereka berdua menghabiskan waktu hampir tiga jam melihat Edrea. Mulai dari saat Edrea terbangun karena buang air besar, hingga Edrea mandi sore.

Tepat pukul empat, Senja dan Davin pamit. Mereka akan berkunjung ke makan Raina sekarang.

Senja yang membawa mobil kali ini, membawa Davin ke toko bunga langganan mamanya dan membeli banyak bunga lily. Bunga kesukaan mama.

Butuh waktu setengah jam lebih untuk mereka sampai di area pemakaman.

"Mama, Senja dateng."

Keduanya mulai berdoa, dengan cara berbeda tentu saja mengingat keyakinan mereka yang juga berbeda.

Senja mengusap nisan mamanya, menceritakan apa yang baru saja dilakukannya dan Davin. Terkekeh sendiri saat merasa ceritanya lucu.

Hal itu, tidak luput dari Davin yang terus menatapnya.

Keduanya memutuskan untuk pulang setelah hari mulai malam. Davin yang menyetir, membuat Senja cemberut.

"Cemberut mulu, direkrut jadi bebek lo lama-lama."

Senja menendang kaki Davin kesal. Tapi tidak lama senyumnya kembali mengembang saat mengingat liburannya besok.

"Temenin gue beli baju pantai ayo! Gue udah ngga punya kayanya."

"Nggih, den Senja."

Senja tertawa kecil mendengar panggilan meledek Davin.

Besok, mereka memutuskan ke Bali bersama-sama. Lebih tepatnya anggota crepuscule ditambah Giska, Jea, dan Audrey untuk menemani Cherry agar tidak perempuan sendiri.

Senja sudah dimasukkan grup chat crepuscule sejak anak itu mengaku september tahun lalu itu.

Padahal dirinya sudah tidak apa-apa, tapi nama grupnya tidak dirubah.

Kata Joss, biar saja. Estetik.

Senja menarik foto sirkel B yang Davin simpan di dashboard mobilnya. "Kenapa disini?"

Davin menoleh, melihat foto yang Senja tunjukkan. "Oh abis cetak kemaren, ketinggalan disitu."

"Sekarang kita malah aktifnya di grup chat crepuscule." Kekeh Senja mengingat keseharian mereka.

Davin mengangguk. "Ho'oh, makin banyak aja isi sirkel kita." Dia tidak keberatan kok, malah jadi rame ada Rean, Joss, Agra, dan Cherry.

Senja menerawang foto ditangannya sekali lagi. "Besok liburan, kita foto yang khusus crepuscule ya. Pengen gue pajang."

Menghentikan mobilnya karena lampu merah, Davin meraih kepala Senja dan mengusak rambutnya gemas. "Iya bayiii, tenang aja ntar gue minta yang lain."

Senja tertawa kecil, lagi. Ia banyak tertawa hari ini.

"Sekarang bintangnya gue nambah satu."

"Bintang?" Tanya Davin tidak mengerti.

"Dulu gue pernah bilang ke mama, kalo gue ngrasa sepi setiap liat senja. Karena bakal ada gelap setelah terang. Tapi, mama bilang ada bintang dan bulan yang nemenin malam." Senja menjeda, menatap satu persatu wajah di foto yang ia pegang. "Bintang itu udah nambah satu, Edrea."

Davin mengerti sekarang, ia tersenyum teduh, menjalankan kembali mobilnya. "Gue bintang apa nja? Sirius ya, yang terang?" Tanyanya dengan percaya diri.

"Hmmm no no no."

Senja menaruh fotonya, ia menghadap Davin dan tersenyum jahil melihat Davin cemberut. "Lo Draco. Rasi bintang kesukaan gue karena namanya dipake buat karakter favorit gue juga di Harry Potter."

Pipi Davin memerah hingga telinga, membuat Senja tertawa terbahak-bahak.

"Diem."

"Jelek banget salting."

"Diem njaaaa."

"Hahahaha"

Senja berharap, bintang dan bulannya akan tetap menemaninya di kegelapan sampai akhir nanti.

🌅 C R E P U S C U L E 🌅

Terimakasih banyak udah nemenin Senja disini!

Crepuscule [JJK] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang