Sudah lima hari berlalu semenjak kecelakaan yang menimpa Raina. Wanita cantik itu masih belum membuka matanya dan menyapa anak semata wayangnya yang masih terus berusaha tegar.
Senja membawa bunga lily dan menaruhnya di vas bunga. Ia tersenyum kecil melihat betapa cantik bunga di depannya, seperti sang mama. Senja berbalik, menumpukkan punggungnya pada lemari kecil di belakangnya, menatap Raina yang masih tertidur damai.
Rasa sakit kembali mendera Senja, melihat luka-luka yang ibunya dapat. Wajahnya terkena pecahan kaca, kepalanya terbentur keras dan tangan kanannya mendapat luka panjang dan patah hingga harus mendapat penanganan serius. Luka yang di dapat karena benturan keras dari sisi kanan mobil setelah ditabrak mobil lain. Mobil yang dikemudikan kakak Cherry.
Tidak, Senja sama sekali tidak membenci Cherry ataupun kakaknya. Lagi pula ini murni kecelakaan. Kecelakaan beruntun akibat rem blong dari salah satu pengendara mobil yang Senja tidak tau siapa, dia tidak bisa mengingat saat polisi menjelaskan padanya. Hanya kakak Cherry nama yang Senja ingat, dan laki-laki itu sudah meninggal tiga hari yang lalu.
Cherry tengah berduka.
"Mama, bangun ya. Senja kangen."
Pintu kamar terbuka, Senja tersenyum menyambut dua sahabatnya. Pras berjalan cepat dan membawanya masuk ke dalam pelukan hangat, membiarkan kepala Senja bersandar di bahunya dan air mata yang sejak tadi ditahan meluruh di sana.
"Absen lagi?" Tanya Davin yang kini sibuk mengusap telapak tangan Raina.
"Iya, besok gua masuk."
Davin mengangguk mengerti, mencium tangan Raina penuh sayang seperti ibunya sendiri. Lagi pula Davin tidak bisa melakukan ini pada ibu kandungnya.
"Kita cuma mau nemuin lo bentar, nanti balik sekolah langsung kesini. Abang-abang yang lain juga ada berkas kampus yang mau diurus katanya."
Senja tersenyum, dia mengerti kesibukan calon mahasiswa. "Ya udah, gih berangkat."
Davin dan Pras menepuk bahu Senja bergantian, sekedar menyapa dengan gerak bahwa mereka akan selalu ada untuknya. Senja mengerti, sangat mengerti.
Bertepatan dengan mereka membuka pintu, Rean ada disana, membawa satu buket bunga di tangannya. Ketiganya berbasa-basi sebentar sebelum Davin dan Pras benar-benar keluar ruangan.
"Kok bisa kesini? Yang lain pada ke kampus."
Rean tertawa pelan dengan sodoran pertanyaan tiba-tiba dari Senja, ia menaruh bunga di samping vas bunga di belakang Senja berdiri. "Bentar, gua sapa tante Rain dulu." Katanya setelah berbalik dan berjalan pelan menuju brankar.
"Pagi tante cantik." Rean tersenyum kecil, dia memang baru bertemu Rain dua kali saat main ke rumah Senja dan saat menjemput Senja beberapa waktu lalu, tapi Rean merasakan hangat pada wanita di depannya. Raina wanita yang kuat, seseorang yang paling berharga untuk Senja.
"Maaf ya, Rean baru kesini lagi. Tante cepet bangun okay? Katanya mau ajarin Rean akuntansi."
Senja terkekeh, mendengarkan setiap kata yang Rean ucapkan untuk mamanya. Sangat menyenangkan sekaligus menghangatkan hatinya. Ia senang banyak yang menyayangi mama.
Rean memutar tubuh, menatap Senja yang pagi ini sudah lebih baik dari kemarin. "Gue udah urusin berkas-berkas kemaren. Abang-abang lo yang telat." Rean mengumpati dirinya sendiri saat tersadar ekspresi Senja berubah drastis mendengar kalimat terakhirnya.
Ia melupakan fakta bahwa yang lain sibuk menemani Senja kemarin-kemarin. Menghela nafas lelah, Rean berdiri dan menarik Senja keluar ruang rawat.
"Cari sarapan, belum sarapan kan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Crepuscule [JJK] ✔
FanfictionCrepuscule (n.) the time from when the sun begins to set to the onset of total darkness. Mama bilang, Senja dilahirkan sesaat setelah matahari terbenam, menyisakan cahaya merah yang kemudian hilang diantara kegelapan. Mama bilang, Senja adalah milik...