Seminggu telah berlalu semenjak pembicaraan terakhir Sirkel B di rumah. Arka meminta waktu untuk berbicara pada ibunya nanti, Senja memahami bagaimana perasaan Arka, itu mengapa ia menerima keputusan sahabatnya.
"Makan yang banyak mas Senja."
Senja tertawa pelan. "Makasih Mbak Tina." Katanya pelan.
Ngomong-ngomong masalah asisten rumah tangga. ART yang eyangnya pekerjakan di awal bulan yang lalu harus keluar tepat di hari pertamanya kerja, bukan karena Daniar lagi, tapi suaminya terkena musibah hingga memutuskan keluar dan tidak jadi bekerja.
Lima hari lalu, akhirnya eyang menemukan pekerja baru, mbak Tina namanya. Senja cukup nyaman bersama mbak Tina yang ramah dan tidak kaku. Usianya baru menginjak tiga puluh tahunan awal. Masih lumayan muda.
Setelah selesai sarapan, Senja bergegas menuju sekolah. Semenjak berdamai dengan Arka, luka di hatinya sedikit demi sedikit terobati. Dia memang tidak bisa melupakan apa yang telah Arka lakukan, tapi Senja sudah memaafkan sepenuhnya.
Apalagi, Arka juga sempat berjuang untuknya sendirian. Begitupun sekarang. Anak itu tengah mempersiapkan diri melawan dunianya, Daniar.
Senja tersenyum pada Cherry yang memarkirkan motor tidak jauh dari motornya. Gadis itu memeluknya singkat setelah mereka keluar parkiran.
"Berseri mulu muka lo, kenapa?"
Cherry tertawa-tawa, menarik Senja agar cepat sampai koridor yang sepi. Tidak perduli siswi di parkiran yang mulai berbisik-bisik karena ulahnya memeluk Senja.
"Adwina balik hari ini, dia mau minta maaf sama lo." Cherry menghentikan langkahnya dan menahan Senja untuk ikut berhenti. "Gue tau, dia udah jahat banget sama lo. Dan lo bahkan masih ajak dia jalan pas udah tau, gue mau makasih banget sama lo."
"Semenjak bolos sama lo hari itu, jujur gue masih kaget sama hal satu ini." Lihatnya pada Senja sebelum melanjutkan. "Dia ngga masuk sekolah dan dibawa nyokap gue jalan-jalan ke lombok, healing. Disini bokap gue ngurusin bokap setannya dia dan tante Daniar biar ngga nyentuh Ica--hrr Adwina lagi."
Mata Cherry sudah mulai mendung yang Senja kipasi dengan tangannya. "Udah-udah, masih pagi ngiris bawang mulu lo."
Cherry terkekeh, memeluk Senja sekali lagi dan mengucapkan terimakasih sebelum berlari dari sana.
"Buset, Cherry kenapa clingy banget akhir-akhir ini."
Tidak, Cherry tidak menyukai Senja kok. Hatinya masih milik Geo sepenuhnya. Meskipun gadis berambut pendek itu sempat menjadi secret admirer tetangganya sendiri yang pernah ia ceritakan pada Leon. Senja sudah mengetahui fakta ini setelah berbaikan dengan Cherry.
Senja bersiul senang, suasana hatinya semakin baik sekarang. Apa yang Cherry katakan benar, ia memang mendengar pembicaraan Cherry dan Adwina di danau.
Hari itu, Senja hampir ketahuan anggota osis merokok di belakang. Karena tidak sempat lagi memanjat gerbang, Senja berlari ke barat dan memanjat pohon beringin. Hingga akhirnya ia malas turun dan merokok disana.
Tidak lama, Adwina datang disusul Cherry. Senja ingin turun saat mendengar pembicaraan dua anak itu, tapi ia urungkan saat mendengar namanya.
Setelah cukup untuk membuatnya menarik kesimpulan, Senja pelan-pelan turun agar dua gadis itu tidak mendengarnya. Dia lalu berlari dengan berusaha menahan suara langkahnya saat dirasa Cherry akan mengakhiri pembicaraan.
Dengan berusaha tetap cool, Senja bersandar pada gerbang dan pura-pura tidak mendengar apapun.
Setidaknya, pembicaraan dua gadis itu membuat ia semakin dekat dengan kebenaran yang Arka sembunyikan hingga membuatnya berani membohongi Davin dengan meminjam ponselnya pada hari-hari setelahnya.
"Oi."
Davin merangkul bahunya, tersenyum lebar saat membalas sapaan beberapa siswi yang berpapasan dengan mereka. Pemuda satu itu memberikan dua kotak susu pisang yang Senja terima dengan senang hati.
"Woo beli dimana?"
"Mampir mini market tadi, sekalian beli permen." Davin menghentikan langkah mereka saat sudah mencapai pintu kelas. "Mau liat tim dance sekolah kita ngga hari ini?"
Senja menimang, ia ada kerjaan sih. Tapi mungkin bisa menukar jam dengan Agra atau Joss. "Oke deh, jam 4 sore kan?"
"Yap."
"Senja.."
Davin dan Senja menoleh, mendapati Adwina yang berdiri kaku di depan mereka. Mengerti jika Adwina ingin berbicara hanya pada Senja, Davin mengusak rambut Senja pelan dan berlalu memasuki kelas.
"Jangan disini, ayo ikutin gue."
Adwina menurut, mengikuti langkah lebar Senja. Hingga akhirnya mereka berhenti di depan ruang lab lantai satu yang sepi.
Senja bersandar di dinding, menatap lurus Adwina yang sedikit salah tingkah ditatap intens begitu.
"Gue minta maaf."
Senja bisa mendengar getar dalam suara lembut itu, meski tidak tega, Senja tetap ingin mempertegas Adwina. "Maaf buat apa?" Katanya dengan suara datar, sedikit melukai hati Adwina.
"Minta maaf buat semua yang gue lakuin. Maaf karena gue bantuin tante Daniar, maaf karena pas kita bolos bareng, gue diem aja dan ngga jujur."
Senja menghela nafas, dia tidak tega beneran melihat air mata Adwina sudah berkumpul di pelupuk. "Iya, gue maafin kok. Lo hebat udah ngumpulin keberanian buat minta maaf dan mengakui kesalahan."
Adwina bisa melihat kebanggaan dalam tatapan Senja. Pemuda yang disukainya ini, bangga padanya karena sudah berani mengakui kesalahan.
Cherry benar, dia mencintai orang yang luar biasa.
"Makasih banyak, Senja."
Senja mengusak rambut Adwina, mengangguk sekali dan pamit pergi lebih dulu. Senja rasa dia ketularan Davin yang hobinya mengusak rambut.
"Lo.. baik banget Senja." Lirih Adwina yang masih setia menatap punggung Senja.
■ S E N J A ■
Second lead di cerita ini kan Arka, tapi banyakan Davin yang dapet part ngga sih? 😂
Gomen🙇🏻♀️
Oke update terakhir hari ini, maaf kalo ngga sesuai ekspektasi. beberapa part lagi udah ending🤒🤒🤒
KAMU SEDANG MEMBACA
Crepuscule [JJK] ✔
FanficCrepuscule (n.) the time from when the sun begins to set to the onset of total darkness. Mama bilang, Senja dilahirkan sesaat setelah matahari terbenam, menyisakan cahaya merah yang kemudian hilang diantara kegelapan. Mama bilang, Senja adalah milik...