Senja baru saja membuka pintu rumahnya saat Pras turun dari motornya yang di parkir asal di depan garasi rumah. Baju anak itu setengah basah menerobos hujan.
Pras berlari menghampirinya yang kini tengah memakai jas hujan.
"Loh mau kemana sen?"
"Kafe, kerja."
"Hah? Bukannya jam tujuh malem? Ini masih jam tengah empat."
Senja memakai helmnya dengan sedikit kesulitan karna jasnya ikut melorot ke belakang. "Gue nambah jam kerja, jadi 8 jam sekarang." Jawabnya setelah helmnya terpasang sempurna. "Lo ngapain kesini?"
Pras menunjuk halaman depan dengan tidak jelas. "Itu.. anu gue keujanan.."
Senja mengangguk lambat, menunggu Pras menjawab dengan jelas.
"Ujan air." Lanjut Pras masih dengan tidak jelas.
Senja tertawa, mengambil kunci motor dari saku jaket di balik jas hujannya. "Ujan ya air, ga jelas lo. Gue mau berangkat, lo jaga rumah gue kalo gitu. Tapi kalo mau balik, kunci gue gojekin ya ke kafe baru, tar gue chat alamatnya. Kunci cadangan ada di kak Geo kan?"
Pras mengangguk-angguk dan mempersilahkan Senja pergi. Setelah motor Senja keluar gerbang, Pras mengambil payung di ruang tamu dan memakainya untuk berjalan ke depan menutup pintu gerbang.
"Bego banget gue. Lagian Senja kenapa berasa berubah luar dalem anjir, kan kagok."
Pras mengembalikan payung ke tempatnya, dia harus segera mandi sebelum masuk angin. Langkahnya terhenti saat melewati ruang tengah. Pras melebarkan mata kaget, pandangannya menyusuri seluruh ruangan.
Setelahnya, dia berlari ke arah tangga dan melewati setiap dua anak tangga sekaligus. Ia masuk ke kamar Senja dan lagi, Pras tercengang dengan apa yang di lihatnya.
"Senja, lo ngapain?"
Merasa badannya sudah kedinginan, Pras bergegas mengambil baju Senja di lemari dan memasuki kamar mandi. Dia akan mandi air hangat sore ini.
Pras keluar kamar mandi dengan sudah berganti pakaian, rambut basahnya ia keringkan dengan handuk.
"Telfon Davin." Ucapnya pelan.
Setelah menemukan ponselnya di tas, Pras mencari kolom chat Davin dan memanggilnya. Tidak lama, panggilannya terjawab.
"Apa?"
"Lo lagi ngapain?"
"Packing baju buat besok gue. Sini dong bantuin."
Pras sempat ingin bertanya untuk apa Davin packing baju, sebelum akhirnya ia mengingat besok Davin mulai perjalanan ke bali bersama klubnya.
"Gue lagi di rumah Senja. Vin, Senja udah sejauh itu."
"Sejauh itu?"
"Gue ngga nemuin satu pun foto di ruang keluarga. Di kamarnya pun foto kita sama tante Rain ga ada. Dia cuma ninggalin satu foto, foto dia sendirian."
"Astaga.." Terdengar helaan nafas berat Davin disana.
"Vin, kita harus gimana?"
Hening beberapa detik, lalu suara serak Davin kembali terdengar dengan lebih tenang.
"Biarin dia lakuin apapun yang dia mau, selagi itu bukan hal yang berbahaya. Kalo kita larang dia sekarang, yang ada dia malah semakin jauh dari kita, Pras. Kebahagiaan terbesarnya udah ngga ada, dia ada diambang batas. Sampe waktu dimana dia capek lari, gue bakal narik dia balik."
Pras terdiam, dia kurang setuju dengan keputusan Davin. Tapi, barangkali Davin memang benar. Jika Senja menjauh seperti Arka, maka akan semakin rumit.
Kebahagiaan utama dalam hidup Senja adalah kedua orangtuanya. Keluarganya yang hangat sejak ia kecil menghilang dalam waktu singkat. Sekarang adalah momen terparahnya.
"Dia juga perlu nuntasin rasa penasarannya, pencarian akan dirinya sendiri. Senja bener, gue ngga bisa maksain buat selalu nuntun dia."
Davin yang protektif bahkan sudah memberi kelonggarannya pada Senja. Pras menghela nafas, benar-benar bukan ini yang dia inginkan. "Kalo gitu, gue bakal berusaha nahan diri. Tapi, kenapa baru sekarang Senja berubah? Apa yang terjadi pas libur dua hari kemaren?"
"Gue juga mikirin ini, gue pikir karna dia sempet ketemu bokapnya. Tapi lo bilang ga jadi. Senja berubah sejak itu kan."
Pras mengusak rambutnya frustasi. "Hadeh pusing gue."
"Ntar kita bahas lain kali. Ini Senja nya mana?"
"Dia nambah jam kerja, udah berangkat. Yaudah gue matiin ya, mau ngeringin rambut."
"Iya."
Klik.
Pras melihat sekeliling dan menemukan hair dryer di meja belajar Senja. Ia sedikit terkesiap melihat ponsel Senja juga tergeletak disana. "Lah bocah, hapenya ketinggalan."
Pras duduk di kursi, meraih hair dryer dan mulai mengeringkan rambut basahnya.
Ponsel Senja menyala, Pras menilik notif bar di layar kunci. Lagi-lagi Pras harus dibuat kaget melihat apa yang ada di layar. Notif chat dari beberapa cewek.
"Sejak kapan Senja berani chatan sama cewek?"
Pras meringis, "Senja beneran ga beres."
■ S E N J A ■
Senja memasuki kamarnya dengan langkah lunglai seperti biasanya saat ia pulang. Kali ini dia sampai jam dua belas lebih sedikit. Lampu kamarnya sudah mati, tapi seseorang di kasurnya masih asik bermain ponsel dan bersandar di kepala ranjang.
"Baru balik?"
Senja hanya mengangguk menanggapi pertanyaan retorik Pras. Dia berjalan ke arah lemari dan mengambil bajunya. Mandi singkat mungkin saja bisa menghilangkan sedikit lelahnya.
Lima belas menit kemudian, Senja sudah kembali. Dia menarik selimut dan tidur di samping Pras.
"Gamau ngecek ponsel lo?" Tanya Pras tiba-tiba.
Senja membuka mata, mengingat ponselnya tertinggal. "Oh iya ketinggalan, ga penting. Gue ngantuk, jangan ngajak ngobrol."
"Hem."
Pras menoleh ke samping, pada wajah Senja yang hanya sedikit terlihat dari remangnya cahaya kamar. Anak itu kelelahan, Pras bisa merasakannya.
'Lo beneran agak beda sekarang, gue harus apa?'
Berapa kali pun ia bertanya, Pras hanya akan tetap berjalan sesuai dengan apa yang Davin katakan. Mereka tidak akan menekan Senja.
'Kalo gue dari awal udah begini jadi udah biasa. Tapi liat lo jadi kaya gue, rasanya aneh.'
Pras menghela nafas panjang, menidurkan dirinya. Ngga ada yang bisa gue lakuin. Batinnya sebelum benar-benar mulai terlelap.
Senja membuka mata, tau bahwa dirinya kini menjadi beban pikiran teman-temannya. Senja menggigit bibirnya, saat bayangan mama mulai kembali.
'Stop sedih Senja, jangan inget. Ayo tidur.'
"Maaf, mama." Bisiknya pelan saat kantuk hampir merebut seluruh kesadarannya.
■ S E N J A ■
Maaf kalo ngga sesuai ekspektasi🙆🏻♀️ semoga bisa sabar ngikutin alurnya ya! Makasih banyak🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
Crepuscule [JJK] ✔
FanfictionCrepuscule (n.) the time from when the sun begins to set to the onset of total darkness. Mama bilang, Senja dilahirkan sesaat setelah matahari terbenam, menyisakan cahaya merah yang kemudian hilang diantara kegelapan. Mama bilang, Senja adalah milik...