Dia tersenyum untuk menutup luka, tertawa untuk menyamarkan duka pura-pura bahagia untuk menahan air mata.
Namanya Raihan Rajendra Dean, anak laki-laki dengan segala kesakitan yang dia rasa sendiri tanpa mau satupun orang ketahui.
Raihan ingin memb...
Oke author udah mutusin gimana nasib ini stroy yang update'nya gak jelas!
Jadi author udah mutusin kalau setiap ada bias author yang ultah baru update:))))
Bersyukurlah karena author seroang mulfand jadi ya mayan lah heheh...
Sebelum baca jangan lupa vote'nya!
Share juga cerita ini ke yang lain....
Semoga suka sama chapterya...
Happy reading!
_Sarang Rindu_
Semua tokoh, tempat, waktu, kejadian, semua peristiwa dalam cerita ini adalah fiksi!
_Sarang Rindu_
17. Seterang Cahaya Matahari.
_Sarang Rindu_
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•Menangislah sampai lelah tapi jangan sampai menyerah. Bila perlu ambil beberapa saat dan beristirahatlah•
_Sarang Rindu_
"Gue merasa detak jantung gue gak normal, gue jadi sering sesak nafas dan dada kiri gue juga suka sakit pake banget."
"Awalnya gua ngira kalau gua cuma kecapean... tapi ternyata Tuhan nggak cukup kasih gue hemofilia dan blood disorder aja."
Yonatan menghela nafas getir, dia tidak bisa menghilangkan bayang-bayang Raihan yang terlihat sangat tidak berdaya saat menceritakan kisah pilunya.
"Tuhan terlalu sayang sama lo, Han. Dia tahu lo anak yang kuat..."
"Samchon vonis gue kena gagal jantung... kongestif."
Anak bermata abu itu mengacak rambutnya frustasi, dia masih tidak percaya bahwa Raihan-----anak laki-laki yang dia kenal ceria, berkepribadian cerah, selalu tertawa ternyata menyimpan luka yang dalam dan hidupnya penuh dengan pilu.
"Lo akan selalu bareng sama gue dan yang lain, Han. Karena gua akan cegah Tuhan ambil lo... gue gak akan rela." gumam Yonatan dengan kedua tangan terkepal kuat.
Michelle menatap sendu adiknya yang terlelap tidur, entah karena lelah atau pengaruh obat.
"Adik kamu hebat, Hel. Dia bisa bertahan sejauh ini."
Michelle mengembuskan nafas pelan, tangannya dengan lembut mengelus pipi adiknya yang pucat.
