Dia tersenyum untuk menutup luka, tertawa untuk menyamarkan duka pura-pura bahagia untuk menahan air mata.
Namanya Raihan Rajendra Dean, anak laki-laki dengan segala kesakitan yang dia rasa sendiri tanpa mau satupun orang ketahui.
Raihan ingin memb...
Nama tokoh, latar tempat, waktu, kejadian, peristiwa, semua yang ada didalam cerita ini adalah fiksi!
_Sarang Rindu_
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•Tersenyumlah karena bahagia, bukan untuk terlihat bahagia•
_Sarang Rindu_
36. Mental Bunuh Diri
_Sarang Rindu_
"Sut!"
Sean yang ada didekat Sekala menoleh, Sekala melirik ke arah Raihan yang ternyata tertidur. Mungkin anak itu lelah karena menangis.
"Bantuin gue, buru!"
Sean mengangguk, dengan pelan menidurkan Raihan ke kasur. Sean menatap dengan intens setiap inci wajah sahabat kecilnya, Raihan ingin dia perlakukan layaknya orang dewasa tapi Sean terlalu keras kepala.
"Kal, lihat, deh."
Sekala memfokuskan pandangan ke arah yang sama dengan Sean, anak itu dapat melihat memar yang terdapat di tangan sahabat kecilnya.
"Bocil gue sesakit itu, ya? Tapi kok nih anak pinter banget nyembunyiin dari kita? Belajar akting darimana?"
Sekala menghela nafas kasar, dia menarik Sean menjauh dari Raihan. Temannya itu sepertinya butuh udara segar, jadi dia memutuskan untuk membawanya ke taman rumah sakit namun ditolak mentah-mentah.
"Sampai kapan kita harus nyembunyiin ini dari Nakula sama Aletha?" celetuk Dimas sebelum menyeruput kopi pesanannya.
Dirinya, Kanigara, Yonatan dan Liam sedang ada di kantin rumah sakit. Memesan makanan untuk dibawa ke ruangan Raihan, tiga anak laki-laki itu menoleh menatap Dimas dengan tatapan susah di artikan.
"Sampai Raihan ngaku sendiri, kita nggak tahu kapan tapi gue punya felling itu sebentar lagi." balas Yonatan santai.
Kanigara menatap ketiga sahabatnya, pikiran anak itu berkelana entah kemana. Menerka apa yang akan terjadi di masa depan, mengingat bahwa sebentar lagi... tidak!
