Jangan lupa buat kalian semua untuk vote dan komen guys. Selamat menikmati
.
.
.
.
.
.Lea dan Frangky baru saja pulang dari sekolah. Lea merebahkan tubuhnya di sofa, memejamkan mata sejenak mengurangi rasa lelahnya. Sejak ada Nita , Lea jadi sering begadang. Nita serius rewel, tidur juga suka gelisah. Maka dari itu kea juga ikut begadang.
Dirumah sedang tidak ada orang. Richard pergi urusan di luar kota, Lena sudah tinggal di apartemen sendiri sambil mengurus kafe yang baru dibukanya sebulan lalu, Rani sedang membawa Nita jalan-jalan, dan Rina sedang ada tugas kuliah. Tersisa hanya bi Anum dan mereka berdua.
Frangky yang melihat Lea kelelahan. Dengan inisiatif sendiri mengambil minuman di dapur. Frangky membuat jus Alpukat kesukaan Lea. Dengan ragu-ragu Frangky menghampiri Lea. Tangannya bergetar takut, takut Lea akan menyiramnya lagi seperti kuah super semalam.
"Ehm Lea aku buatin kamu minum". Frangky meletakkan gelas itu diatas meja tepat di hadapan Lea.
Lea membuka matanya melirik gelas yang berisi jus Alpukat. Membuat tenggorokannya kering, dengan terpaksa Lea meminumnya. Di karenakan dirinya juga haus, jadi dengan berat hati dia meminumnya.
Frangky yang melihat itu tersenyum senang. Usahanya membuat minuman untuk Lea tidak sia-sia.
"Oh iya, setelah gue kembali kesini Lo sakit kan?". Tanya Lea
Frangky terdiam, senyumannya luntur. Kepalanya tertunduk, dipikirannya berkecamuk banyak hal. Takut jika Lea tahu dia depresi, Lea akan meninggalkannya.
"JAWAB!".
Frangky terkejut dengan tergesa-gesa dia mengangguk. Tubuhnya sudah bergetar, jari-jarinya bertautan, air matanya sudah keluar.
Lea tertawa sarkastik, bertepuk tangan melihat Frangky. "Sakit apa Lo?". Tanya Lea setelah berhenti tertawa. Kini nada bicaranya terdengar sangat dingin.
Frangky menggeleng kan kepalanya. Bahunya bergetar, air matanya terus menerus turun.
Lea mendecih sinis. Didekatkan tubuhnya dengan Frangky. Dijambak rambut Frangky hingga kepalanya melihat ke atas.
"Hiksss sakit hiks ampun Lea hiks". Mohon Frangky
"JAWAB GUE FRANGKY!, LO SAKIT APA!". Teriak Lea di wajah Frangky.
Awalnya Frangky tak menjawab. Membuat Lea semakin marah, dengan kuat dia semakin menarik rambut Frangky. Hingga Frangky berteriak kesakitan.
"A aa aaku depresi Lea hiks, Aku hikss gak bisa kayak dulu lagi hikss, maaf Lea hiks sakitt". Dengan terbata-bata Frangky menjelaskan
Lea tertawa senang, dilepaskannya tarikan pada rambut Frangky. Inilah yang Lea suka, melihat Frangky menderita. Dulu Frangky bisa melakukan apa saja padanya. Namun sekarang pria itu tak lebih dari pria lemah.
Teman-temannya yang lain juga sudah mengetahui penyakit Frangky. Keluarganya pun juga sudah mengetahui, cuman seluruh sekolah belum mengetahui. Karena sekolah itu milik papahnya, jadi mereka merahasiakannya. Dengan alasan Frangky ada urusan diluar negeri.
"Lo gak lupakan, sama hukuman yang gue bilang disekolah tadi?". Tanya Lea sinis
Frangky menggeleng, kedua tangannya menyatu memohon kepada Lea. " Ampun Lea hikss,aku minta maaf hiks, aku nggak akan ngulangin lagi hiks". Frangky menangis tersedu-sedu memohon kepada Lea.
"Apa?? Apa Lo bilang ampun?. Dulu gue mohon ampun sama Lo, pernah Lo dengerin? Pernah? JAWAB!". bentak Lea
Frangky hanya bisa menjawab dengan tangisannya. Tangisan begitu pilu. Bi Anum yang mendengar hanya bisa melihat, tak mampu berbuat apa-apa. Jika dia ikut campur maka dia akan kehilanganmu pekerjaannya. Dengan berat hati Bi Anum pergi dari tempat itu, sebelum Lea melihatnya.
Lea menarik tangan Frangky kasar. Sampai Frangky tertatih-tatih mengikuti langkah Lea.
"Lea jangan hikss".
Lea tak menggubris ucapan Frangky. Sampai dikamar Lea mengunci pintunya. Dihempaskannya Frangky dilantai. Lea mengambil sesuatu yang ada di lemari, yang di belinya tanpa tau seorang pun.
Sebuah cambukan yang panjangnya 60 cm. Berkulit hitam yang jika mengenai kulit bisa terasa sangat perih.
Frangky yang melihat itu terkejut bukan main. Frangky berusaha mundur saat Lea mendekatinya. "Ja jangan hiks ampun hiks Lea jangan hiks, itu sangat sakit hiks".
Pernah waktu Frangky dibawah kerumah sakit. Dia mengamuk dan menghancurkan segala barang yang ada di dekatnya. Hingga seseorang mencambukinya dan menyetrumnya agar diam. Akhirnya Frangky trauma dengan kejadian itu. Kedua orangtuanya sangat marah dengan kelakuan mereka. Ternyata mereka adalah dokter gadungan. Sampai keduanya tertangkap dan di penjara selama 10 tahun.
Lea mengelus cambuknya dan menatap Frangky. Wajahnya dibuat seperti orang kasihan, tetapi sebenarnya wajahnya lebih kearah menghina. "Buka baju Lo!".
Frangky menggeleng keras. Kedua tangannya memeluk dirinya. "Jangan Lea hiks ampun, aku minta maaf hiks, gak akan gitu lagi hiks ampun Lea hiks hiks hiks".
Plak
Plak
Dua tamparan pada pipi Frangky. Dengan paksa Lea membuka baju Frangky hingga menyisakan baju putih dalamnya.
"Jangan Lea hiks hiks hiks, ampun,ampun ampun hiks".
"Lo mau gue pergi dan tinggalin Lo lagi?". Ancam Lea
Frangky menangis pilu dan menggeleng. Dia tak mau dicambuk, tetapi tidak mau juga ditinggalkan. "Jangan tinggalin aku lagi hiks, kamu ca cambuk a aaku aja hiks hiks". Pasrah Frangky
CTAS
"AKH"
CTASS
CTASS
"SAKIIT, HIKS SAKIT, AMPUN HIKS".
Teriakan demi teriakan keluar dari mulut Frangky. Bi Anum yang berbeda diluar hanya bisa menangis. Tangisan dan permohonan ampun Frangky pada Lea. Semakin membuatnya semakin menangis.
Lea membuang cambuknya lalu menatap Frangky yang tergeletak tak berdaya. Tangisan sangat-sangat pilu. Tubuh dan tangannya sudah dipenuhi luka-luka.
"Bi Anum!, Bi Anum". Teriak Lea memanggil Bi Anum.
"Ya non".
"Urus dia, aku mau pergi". Ucap Lea
Frangky berteriak histeris. "LEA
JANGAN PERGI HIKS LEAAA".bi Anum memeluk tubuh Frangky. Sedetik kemudian Frangky tak sadarkan diri. Dengan susah payah Bi Anum meletakkannya di atas tempat tidur dan mengobatinya.
.
.
.
.
..
.
.
.
.
.Jangan lupa buat vote dan komen
Bye guys
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not The First
Teen FictionKhatalea Mecan Rendrasa sigadis lugu, saat dirinya dipertemukan dengan Frangky Lois Aditjaya. Frangky telah merebut makohta yang selama ini dijaga Lea. Lalu mereka dijodohkan akibat perbuatan Frangky. Akankah Lea bertahan, dengan segala sikap Frang...