#23

53 4 0
                                    

Selamat membaca capther 23, semoga betah untuk singgah dalam cerita ini ya <3

Let's go...

.

.

.

Alfy yang sejak tadi tak berhenti memperhatikan gerak-gerik Bagas yang kini tengah duduk bersama Rahel di meja Bittersweet, memperhatikan secara detail setiap hal yang dilakukan Bagas. Sembari mencari tau siapa orang yang sudah berusaha mencelakakan Rahel di toilet dan membawa ponselnya.

Hal ini tentu membuat Alfy semakin khawatir dengan Rahel sahabatnya, ia bahkan tak akan membiarkan Rahel pergi kemanapun sendirian.

"Maaf ya Bagas, gue kesini sama Alfy. Soalnya dia khawatir kalo gue pergi sendirian"
"Iya nggak papa kok Hel, ada hal yang pengen gue tanyain ke lo"

"Tentang apa?" tanya Rahel, dengan mengira-ngira pertanyaan yang ingin Bagas tanyakan kepadanya.
"Tentang pernyataan perasaan gue ke lo, gue cuman butuh jawaban dari lo Hel."

Seketika Rahel membulatkan matanya, kalimat yang keluar dari mulut Bagas berhasil menarik perhatian Rahel pun Alfy yang duduk di meja lain yang cukup dekat dengan mereka berdua duduk. Namun saat itu juga Alfy seolah tengah sibuk dengan ponselnya. Ia tak ingin menganggu perbincangan antara Rahel dan Bagas.

Alfy memilih pergi beranjak dari tempat duduknya sekarang. Membiarkan Rahel dan Bagas berbincang. Rahel berhak memilih apa yang ia inginkan.

"Gue pergi bentar, kalo urusan lo sama Bagas udah kelar telpon gue nanti gue yang jemput." SEND.

Alfy keluar dari Bittersweet~

Sebelum berangkat ke Bittersweet, Alfy memberikan ponsel kepada Rahel. Tentu saja Alfy tau ponsel sangat penting bagi Rahel, pun Alfy yang kini selalu bisa memantau keberadaan Rahel dari ponsel yang ia berikan kepada Rahel.

"Hmm... sebelum gue jawab, gue pengen nanya sesuatu juga ke lo Gas. Ada hal yang gue pengen tau langsung dari lo. Ya mungkin ini keliatan agak lancang, tapi gue pikir gue perlu tau lo lebih dalam lagi" Ujar Rahel.

"Lo mau tanya apa?"
"Waktu itu gue sempet liat lo mabok di club, akhirnya gue bantu lo masuk mobil. Saat itu lo mabok parah, dan gak lama Kara dateng dia bilang buat gue jauhin lo karna dia tau lo. Jujur gue nggak ngerti sebenernya kenapa" Jelas Rahel.

"Rahel,,, gue minta maaf. Karna selama ini gue nggak banyak cerita tentang hidup gue ke lo. Maaf juga atas kejadian itu, saat itu gue nggak bisa kendaliin emosi gue, akhirnya gue pergi ke club gue mabok, gue lampiasin semua kemarahan gue. Gue emang nggak sebaik yang lo pikir Hel."

Rahel meraih tangan Bagas di atas meja, menggenggamnya. "It's okey" Ucapnya.

"Kara itu adek gue Hel" Lanjut Bagas.

Rahel terdiam, ia terkejut dengan pernyataan yang di katakana oleh Bagas. Bahwa Kara adalah adik dari Bagas. Kenapa selama ini dia tidak tau tentang hal ini.

"Gue tinggal sama nyokap, dan bokap sama Kara. Gue sama bokap nggak pernah bisa akur. Bokap,,,selingkuh dan ninggalin nyokap. Gue benci sama bokap gue karna dari dulu dia selalu kasar sama nyokap. Dan lebih milih selingkuhannya." Bagas sesekali menghela nafas, Rahel memperhatikan raut wajah Bagas yang seketika berubah.

"Maaf ya..." Ucap Rahel tak enak hati.
"Nggak papa Hel, lo juga perlu tau buruknya gue. Mungkin memang bener kata lo, kita kenal juga belom terlalu lama bahkan belom saling tau satu sama lain. Tapi lo berhasil buat gue sayang sama lo" Ujar Bagas penuh makna sembari menatap kedua mata Rahel.

"Sebenernya hidup kita gak jauh berbeda, gue tau di posisi lo nggak mudah. Tapi lo harus inget, semua yang udah terjadi pasti ada hikmahnya dan sekarang lo bisa jadi orang yang kuat sampe detik ini. Gue yakin nyokap lo bangga sama lo, begitupun gue. Pround of you Bagas."

ANALOGI GARIS WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang