#8

67 5 0
                                    

Deru rintik hujan yang lebat, suara angin yang membawa hujan menjadi bernada. Menenangkan, hanya mendengar suara hujan. Malam itu, bintang tek menampakkan cahayanya begitupun bulan. Rahel merasakan tubuhnya sangat lelah. Rahel memejamkan matanya, ia harus mencoba agar baik-baik saja. Esok adalah hari penting untuk Alfy karna besok adalah pertandingan basket Al.

____

Rahel telah siap untuk pergi kepertandingan sahabatnya. Membuka pintu rumah, seketika matanya memanas melihat mamanya diantar oleh laki-laki yang ia lihat kala itu. Rahel meremas jemarinya dengan kuat, perasaannya kembali hancur. Ia mendekat kearah mamanya

"Jadi gini kerjaan mama dikantor, pulang dianter sama laki-laki nggak tau diri ini. Udah puas mama bikin aku hancur kek gini!!" tanpa mendengar jawaban mamanya, rahel menuju garasi dan pergi begitu saja.

Argghhhhhh......!!!

Rahel membawa motornya dengan kecepatan yang tak biasanya, mengikuti amarahnya yang mulai meluap tak mampu ia kondisikan.

BRAKKKKKK......!!!!

___

Rahel tersadar, kedua matanya memandang ruangan yang serba putih, kepalanya terasa pusing. Ditangan sebelah kanannya terpasang infus. Ia masih tak faham apa yang terjadi dan mengapa kini dirinya berada diruangan ini.

Deret pintu terbuka, ia memandangi lelaki yang datang kedalam ruangannya. "Lo udah sadar hel?" Tanya lelaki yang masuk keruangan rahel. Rahel membulatkan matanya menatap lelaki yang baru saja masuk kedalam ruangan itu.

"Bagas? Gue dimana gas? kenapa gue disini?..." ujar rahel, yang masih tak mengerti, ia mencoba mengingat tapi kepalanya terasa sangat pusing. Hingga membuatnya harus memegangi kepalanya. Bagas mendekat kearah rahel mencoba menenangkan rahel, "udah-udah jangan banyak tanya, lo istirahat dulu" bagas meraih gelas yang berisi air putih dimeja, membantu rahel untuk minum.

"Ini minum dulu" Rahel menurut, tak banyak respon lain yang rahel tunjukan. Kepalanya masih sangat pusing jika harus mengingat lebih dalam.

"Gue kenaa..." belum saja rahel mengucapkan kata, bagas sudah lebih dulu menghentikannya. "udah jangan ngomong dulu, lo baru sadar sekarang istirahat" mengusap kepala rahel sangat hati-hati.

"Gue pinjem bentar heandphone lo" meraih ponsel rahel diatas meja, berjalan keluar.

"Gass..." bagas menoleh, menghentikan langkahnya.

"Kenapa hel"

"Tolong jangan kasih tau mama gue ya, gue mohon" wajahnya meredup. Membuat bagas harus mengurungkan niatnya.

"Iyaa hel" bagas mengangguk mengiyakan permohonan rahel. Bagas keluar ruangan, mencari nama dikontak rahel siapa yang harus ia hubungi. Akhirnya bagas menemukan nama "Afy Malik" kontak yang sering rahel hubungi. Bagas langsung menghubungi kontak tersebut.

___

Drtttttttt...

"Hallo kenapa hel? Gue lagi latihan bentar lagi pertandingan gue mulai" Al mengangkat ponselnya yang berdering

"Gue bagas, gue mau kasih tau kalau rahel kecelakaan dan dia sekarang dirumah sakit"

"KIRIM ALAMTNYA SEKARANG!"

Mendengar kalimat yang keluar dari ponselnya, al langsung bergegas. Perasaannya sangat kacau, ia sangat khawatir pada rahel. Ia meninggalkan teman-teman basketnya, berlari begitu saja meraih jaket dan tasnya. Sedangkan teman-temannya menatap al heran, apa yang sebenarnya membuat seorang alfy malik panik bukan main. Teman-temannya sudah coba menahannya karna pertandingannya akan segera dimulai. Sedangkan Al adalah kapten basket dalam timnya, hal ini tentu pilihan yang berat untuk Al.

Setelah sampai di Rumah Sakit al langsung mencari ruangan rahel. Jantungnya berdetak lebih cepat dari sebelumnya.

Deret pintu terbuka.

Al langsung mendekat, menatap sahabatnya dari ujung kaki hingga kepala.

Wajah panik al tak bisa disembunyikan, rahel hanya menatap al "Lo kenapa hel, mana yang sakit?!"

"Alfy? Kok lo kesini, harusnya lo dilapangan al ini pertandingan penting buat lo"

"Lo lebih penting dari pertandingan itu hel"

"Al, gue nggak papa kok" rahel menyentuh tangan Alfy.

"Gue kan udah pernah bilang, kalo mau pergi bilang gue. Kan bisa gue anter! Dan jangan gegabah sama emosi lo!!"

"Maaff, gue...."

"Gue nggak mau lo kenapa-napa hel, harusnya lo bilang sama gue. Kalo lo kenapa-kenapa gue ngerasa gagal jadi sahabat lo!! Lo jangan egois" Kekhawatiran Alfy membuatnya marah saat melihat kondisi rahel.

Bahkan alfy sampai tak menghiraukan keberadaan Bagas yang sedari tadi didalam ruangan itu. Meski kini fikiran al sangat kacau harus meninggalkan pertandingan penting baginya yang sudah ia persiapkan jauh-jauh hari sebelumnya.

"Gue cuman nggak mau nyusahin lo terus al, sama masalah-masalah gue. Gue juga tau lo punya kesibukan lain bukan cuman gue!! Lo harusnya nggak ninggalin pertandingan lo buat kesini al lo salahh!!!" nada suara rahel sedikit keras, ia lalu menunduk.

"LO SAMA SEKALI NGGAK PERNAH NYUSAHIN GUE, KITA SAHABATAN UDAH LAMA HEL. LO TAU GIMANA KACAUNYA PERASAAN GUE SEKARANG LIAT LO KEK GINI!! GUE NGERASA NGGAK BERGUNA, NGGAK BISA JAGAIN LO!! NGGAK USAH MIKIRIN PERTANDINGAN GUE!"

Al sangat marah kepada dirinya sendiri. Tanpa sadar air mata rahel mengalir begitu saja.

"Mafff" ujar rahel sangat pelan. Al mengusap air mata rahel.

"Yaudah sekarang lo istirahat biar cepet sembuh" mengusap kepala rahel penuh arti.

***

"Sorry al, gue nggak tau harus hubungin siapa tadi, rahel pesen ke gue buat ngga kasih tau mamanya" ujar bagas kepada al.

"Nggak papa gas, makasihhh yaa lo udah jagain Rahel"

"Iyaa sama-sama, gue juga bakal jagain rahel kok, Kalo gitu gue pamit dulu ya ada urusan bentar. Nanti gue balik kesini" ucap bagas

"Iyaa gas, sekali lagi makasihh banyak yaa..." menepuk pundak bagas.

Bagas berjalan pergi, di lain sisi alfy hanya menatap punggung bagas yang semakin menghilang. Ia kembali masuk keruangan menemani rahel.

"Al?.."

"Hmm"

"Maaff" ucap rahel sembari menatap al yang kini duduk disamping ranjangnya. "gara-gara gue lo jadi ngga ikut tanding basket" rahel meneruskan kalimatnya.

"udah deh nggak usah mulai lagi, lo nggak usah mikirin apapun sekarang. Yang penting gue sekarang disini buat jagain lo. Cepet sembuh lo jangan manja"

"Ihhh alfyy--_--"






YAUDAH EMANG GEMESH BGT SAMA AL HAHA.... NEXT

ANALOGI GARIS WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang