#11

77 6 0
                                    


Kita dilahirkan bukan hanya untuk menyesali apa yang telah terjadi, bukan untuk menjadi pecundang, pengecut atau bahkan menjadi orang yang selalu menyalahkan keadaan dan takdir. Dunia bukan hanya perihal untuk bersenang-senang, tertawa dan bahagia. Tapi dunia mengajarkan kita menjadi manusia yang kuat, menjadi manusia yang tak pantang menyerah dan bahkan menjadi manusia yang mampu bersyukur atas segala hal yang terjadi.

Kepedihan yang datang, menyisakan pelik yang membekas seperti goresan luka yang sulit pulih seperti sedia kala. Tapi hal baik yang dapat kita ambil adalah kita menjadi manusia seutuhnya, yang mampu memberi senyuman hangat meski goresan itu belum mengering, mampu bangkit dan menjadi manusia kuat yang dibentuk oleh semesta.

Lukamu adalah penguat.

Harapanmu adalah penyemangat.

Terjangan itu adalah bukti bahwa kamu bisa melewatinya.

Jangan mau dikalahkan oleh LIFE PROBLEM !! I know you can do it .

"Jangan sedih lagi ya cantik! Gue selalu ada buat lo. Gak ada manusia di dunia ini yang nggak punya masalah hidup. Gue yakin Tuhan kasih masalah ini ke lo karna dia tau kalau lo bisa ngelewatin ini semua, karna lo salah satu manusia pilihan yang kuat" mengusap air mata Rahel, dan tersenyum.

Rahel mulai mengangkat kepalanya perlahan, menatap wajah Alfy yang berada tepat di hadapannya. Membiarkan jari jemari Al menghapus air matanya yang berjatuhkan. Perlahan kalimat yang keluar dari mulut Alfy membuat Rahel merasakan ketenangan.

Menarik nafas....

Tersenyum.

Seolah cuaca yang sebelumnya gelap menjadi menemukan sinar yang mampu menghangatkan.

Rahel, memang selalu mendapatkan perlakuan yang membuatnya seolah merasa tak dihargai. Sejak dulu sang Mama tak pernah memuji atau hanya sekedar berkata hal yang menyenangkan hati Rahel. Yang selalu ia dapatkan adalah Mamanya selalu membandingkan Rahel dengan orang lain, hal apapun yang Rahel lakukan selalu terlihat salah, bahkan Mamanya selalu mengatakan Rahel tidak becus, hal itu membuat keluarga Rahel menganggap dirinya seperti itu bahkan kadang dibuat seperti sebuah lelucon oleh Mamanya saat bercerita tentang Rahel kepada keluarga ataupun teman-teman Mamanya, meski Rahel selalu berfikir positif namun tetap saja hal itu membuat hatinya terluka.

Hal itulah yang membuat Rahel tak suka berkumpul dengan keluarganya, karna ada saja waktu dimana dia akan menjadi bahan ejekan.

Terkadang hal-hal sepele seperti itu dapat memberikan luka yang tak mampu disadari banyak orang. Hati memanglah perasa paling pekat, sulit dibohongi.

"Makasih Al, emang cuman lo yang paling ngertiin gue!!"

"Yaudah tidur besok kuliah pagi kan lo?"

Mengangguk

"Gue disini sampek lo tidur, nanti gue balik kalau lo udah tidur"

Terjaga hingga larut malam, demi menemani Rahel sahabatnya tertidur. Alfy menyiapkan beberapa buku kuliah milik Rahel untuk esok. Memasang alarm dijam wekker milik Rahel, setelah semuanya sudah ia siapkan Alfy meninggalkan Rahel dan beranjak pulang kerumah.

PLISSS INI CARI DIMANA YANG KAYAK ALFY GINI!!!

***

"Kak, gue berangkat"

"Iya, hati-hati Al"

_____

Hari pertama kekampus setelah kecelakaan dengan suasana yang berbeda, tempat yang sedikit asing baginya. Yang tetap harus ia paksakan untuk mampu berada disana. Membuka kedua mata, disambut awan abu dengan udara dingin yang datang pagi ini.

Kringggggg...kringggggg...kringgggg!!!

Rahel membuka mata mendengar jam wekkernya berbunyi, ia mulai beranjak dari ranjang dengan langkah sangat gontai, bola matanya berputar melihat setiap sudut kamar kossan yang berbeda dengan kamar yang biasa menyambut pagi harinya, tak ada lagi pajangan-pajangan aneh yang tertempel di dinding ruangan, polos dan asing. Ia melihat tas dan buku-bukunya yang sudah siap diatas meja, Rahel tersenyum kelu. Ia bersiap dengan sangat malas, bak tak ada satupun energi ditubuhnya. Tak ada polesan make up kali ini, rambut yang dikuncir kudanya pun tak seperti biasanya.

Ia menatap layar ponselnya, memastikan. Dan harapnya pun hilang seketika, ia berharap Mamanya akan mencarinya atau mencoba menghubungi Rahel, namun saat Rahel membuka ponsel tak ada satupun notif dari sang Mama.

Beberapa menit kemudian terdengar suara mobil didepan halaman kossannya, tentu saja itu Alfy yang akan menjemput sahabatnya pagi ini.

Al mengetuk pintu, dan terdengar suara Rahel dari bilik pintu dengan nada yang sama seperti kemarin

"Masuk" ujarnya

Al masuk dengan hati-hati karna suara Rahel yang masih sama seperti kemarin pertanda tak baik baginya yang membuat Al harus ekstra hati-hati.

"Hel lo udah si....aa...." terkejud melihat penampilan Rahel yang sedikit lusuh, meski sama sekali tak mengurangi kecantikannya, namun tetap saja ini terasa aneh tak seperti Rahel yang biasanya.

"Lo sakit?" tanya Al

"Nggak"

Al mencoba memahami kondisinya kali ini, Al benar-benar mengerti.

Alfy tak banyak menanyakan apapun kepada sahabatnya.

"Yaudah yuk berangkat"

"Hm" jawabnya dingin.

Mereka berdua masuk kedalam mobil menuju ke kampus, suasana dingin membuat keadaan didalam mobil semakin tak beraturan, keduanya bungkam.

Mereka sampai diparkiran mobil dekat dengan jurusan Rahel

"Gue mau ketemu Pak Sastro dulu ya bentar ada janji, Kalau butuh apa-apa hubungin gue ya. Lo gak papa kan?"

"Hmm, gue masuk duluan"

Al menatap Rahel dari parkiran mobil, melihat sahabatnya dengan kondisi yang sangat kacau. Namun Al tau dia butuh waktu untuk menerima semuanya, nggak mudah gitu aja. Al menatap punggung Rahel hingga tak lagi terlihat oleh kedua matanya. Al sangat khawatir, andai saja pagi ini dia tak ada janji dengan Pak Sastro, dia tak akan membiarkan sahabatnya berjalan sendirian hingga kelas. Meski jarak kelas Rahel dengan parkiran tak begitu jauh namun tetap saja Alfy sangat khawatir.

Al kembali masuk kedalam mobil untuk menemui Pak Sastro, dia menghubungi Kanaya memintanya untuk menjaga Rahel selama dia harus menemui Pak Sastro.

Perasaan Al benar-benar khawatir namun kali ini perjanjiannya dengan Pak Sastro sama sekali tidak bisa dia batalkan ataupun dia tunda.

____

"Lo udah makan? Gue beliin makan bentar ya kekantin?" Tanya Kanaya kepada Rahel yang sedari tadi hanya duduk diam menaruh kepalanya di atas meja selama jam kuliah berlangsung.

"Gak usah, gak laper" sedikit mengangkat kepalanya

"Muka lo pucet gitu lo sakit? Ke UKS aja yuk buruan"

Kali ini tak ada jawaban, Rahel diam saja dan tak berkata apapun ia menuruti Kanaya yang mulai memopong Rahel untuk berjalan ke UKS.

"Lo istirahat disini, gue ambilin air putih dulu"

Muka Rahel benar-benar terlihat pucat, badannya sangat lemas.

Ponsel Rahel berdering...




NEXT........

ANALOGI GARIS WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang