#13

107 6 0
                                    

Terkadang orang yang paling kita sayang, bahkan seseorang yang ingin kita banggakan, dengan segudang harapan, justru bisa berbalik menjadi yang paling menyakitkan. Mungkin ini memang jalan yang telah ditetapkan. Aku harus berjalan sendirian, dengan kaki tanpa alas, berjalan diatas tanaman berduri yang rimbun. Entah apa yang akan terjadi denganku selanjutnya, kali ini aku merasa sangat buruk. Biarkan sunyi kali ini yang menjadi saksi bisu perjalanan piluku.

***

"Gue udah terlalu banyak ngerepotin Al, rasanya gue gak bisa apa-apa kalau nggak ada dia" Rahel menarik nafas panjang...

Dia kali ini merasa cemas jika suatu saat nanti Alfy akan meninggalkan dirinya sama seperti keluarganya. Dalam hidupnya kini hanya Alfy yang selalu ada untuknya apapun keadaan Rahel.

Rahel menatap cermin dikamar kossannya, tersenyum tipis melihat dirinya yang sekarang. Seolah tak memiliki semangat dan harapan. Dia meraih ponselnya yang berdering.

"Hallo, kenapa Al?"

"Hallo hel, gue Bagas"

Rahel membulatkan mata saat mendengar suara dari ponselnya, ia mengira yang menghubunginya adalah Alfy, ia menatap layar ponselnya.

"Hmm sorry Gas, gue fikir Alfy"

"Iya nggak papa kok Hel, gimana kabar lo sekarang?"

"Alhamdulillah gue udah baikan kok"

"Syukurlah, sorry ya gue nggak bisa nemuin lo setelah hari itu, gue harus ke Jakarta nemuin nyokap gue"

" Iya nggak papa kok, makasih ya Gas lo udah bantuin gue waktu itu"

"Iya santai aja Hel, lo cepet sembuh ya. Nanti kalau lo ada waktu luang gue boleh ajak lo jalan kan?" ucap Bagas.

Rahel terdiam, matanya kini membulat sempurna. Tangannya menutup mulutnya yang terasa ingin berteriak kencang. Rahel mengembangkan senyuman diwajah cantiknya.

"Ummm.. boleh" ucapnya singkat

"Yaudah kalau gitu lo istirahat, cepet sembuh ya cantik daaa"

"Daaa" Sambungan terputus.

Rahel kembali tersenyum setelah mendapat panggilan dari Bagas, lelaki yang selalu berhasil membuat jantungnya berdetak cepat.

"OMG OMG!!! Bagas I'am coming!!...." Ucap Rahel penuh semangat.

"Tokkkk...tokkk..tokkk, Rahel?! woi..." Suara dibalik pintu Kos Rahel.

"Siapa sih malem-malem ganggu aja" dengus Rahel sedikit kesal.

Rahel berjalan membuka pintu dengan kesal. "Lama banget sih buka pintu doang, abis ngapain sih?" ujar Alfy yang langsung berjalan masuk. "Lo tu ganggu gue aja sih, ngapain coba kesini jam segini?" Rahel memasang wajah kesal.

"Bawel banget sih lo, nih makan" Al menyodorkan sebungkus nasi goreng legkap dengan es boba kesukaan Rahel. "Ishhh malem-malem mau buat gue gemuk ya lo" tapi dengan ligat Rahel langsung menarik plastik yang berisi nasi goreng dan boba.

"Dih!" Al hanya menggelengkan kepala melihat Rahel yang langsung meraih plastik itu dan langsung membukanya.

"Tapi nggak papa sih gemuk juga gue mah tetap gumushhh sekali layaknya boneka" Sahut Rahel sembari dengan cepat melahab nasi goreng dihadapannya. "Iya boneka monyet" Tegas Al.

"Alfy, minta maaf nggak?!" Suara Rahel terdengar lantang. Sedangkan Al hanya diam sembari merasa aneh dengan kelakuan sahabatnya ini. "Apaan sih?"

"Minta maaf buruan!"

"Kenapa gue harus minta maaf?"

"Monyet juga mahkluk hidup tau, kalau dia denger bisa sakit hati . Dia tetep mahkluk ciptaan Tuhan" Perjelas Rahel dengan nada serius. Alfy mendengus pelan "Iyaa maaf"

"Nah gitu dong, nggak boleh di ulang lagi ya anak pinter" Sembari mengelus pucuk kepala Alfy.

"Cihhh dasar cewek aneh"

Rahel tertawa saat melihat Alfy kesal, wajah cantiknya kini semakin terlihat jelas, matanya menyipit saat tertawa, membuat Rahel terlihat sangat manis.

Tanpa disadari, perasaan Alfy seketika sangat bahagia melihat sahabatnya ini bisa tertawa seperti yang ia lihat kali ini. Alfy mengembangkan senyum tipis diwajah tampannya. Ia menatap wajah Rahel yang tertawa, memperhatikan setiap sudut bagian tawanya.

***

Rahel membuka jendela kamar Kossannya, udara pagi ini sangat sejuk, yang berhasil membuat rambut Rahel bergerak menutupi bagian wajahnya. Ia menarik nafas panjang, menikmati suara deru angin. "Kadang semua hal pait juga harus di nggak apa-apain, I'ts okey Rahel. Nggak papa" Ucap Rahel lirih.

____

"Al jalan yuk bosen banget gue di kosan" Ucap Rahel di sambungan teleponnya.

"Lo kan baru keluar dari Rumah Sakit Rahel, butuh istirahat"

"Ya tapi gue tu bosen Al, butuh asupan juga tau. Ngeliat cowok-cowok ganteng gitu misalnya hihi"

"Lo ini emang bener-bener ya Hel"

"Ishh yaudah kalau nggak mau gue jalan sendiri aja!"

"Gue jalan sekarang"

"Yessss!! Lo emang sahabat gue paling mantap sekali brother. Gue siap-siap bye" Rahel mamatikan sambungan teleponnya.

Di lain sisi Alfy segera meraih kemeja berwarna hitam memasangkan ke tubuhnya, Al langsung bergegas menuju Kossan Rahel sahabatnya. "Kak Riri, gue jalan dulu ya" Ucap Al sembari berjalan keluar rumahnya.

"Nanti malem jangan lupa ajak Rahel makan malam dirumah ya Al" teriak Kak Riri.

"Siapp" sahut Alfy dengan menjalankan motornya.

___

Di atas motor, kedua tangan Rahel melingkar di pinggang Alfy. Suara burung-burung dan pohon yang tertiup anginpun seolah ikut menemani perjalanan mereka berdua pagi ini. Semesta seolah berpihak untuk membuat Rahel merasa lebih baik untuk menerima kenyataan hidupnya yang pelik.

"Al?"

"Hmm"

"Ajak gue ke Pantai ya plissss...." Rengek Rahel.

"Hmm" Alfy menuruti permintaan Rahel.

"Asikk, makasih ya Al" Rahel mempererat pegangannya ke tubuh Alfy.

Happy Reading All <3




ANALOGI GARIS WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang