Alfy menemani Rahel seharian di Rumah Sakit, bahkan ia rela meninggalkan pertandingan basketnya demi Rahel sahabatnya. Alfy tau sahabatnya ini sedang butuh dirinya, karna memang sejak dulu hanya Alfy yang tau persis dengan Rahel, hanya dialah yang faham dengan sifat Rahel melebihi orangtuanya sendiri.
"Al?"
"Hmm"
"Balik sana!"
"Apaan sih lo ngusir gue" ujar al merasa kesal dengan rahel yang menyuruhnya pulang.
"Bukan gitu bego, lo dari tadi disini jagain gue pasti capek, gue sendiri nggak papa kok berani" meyakinkan alfy.
"Lo bisa nggak sih nggak usah berisik mulu" berbalik arah menatap rahel dengan tatapan tajam.
"Yaudah kalo nggak mau terserah lo" dengan ekspresi wajah yang kesal bibirnya maju beberapa cm terlihat menggemaskan.
Al hanya diam dan asik memainkan ponselnya sendiri membiarkan Rahel yang mengoceh.
Dreeeettttt....
Pintu ruangan Rahel perlahan terbuka, membuat kedua pasang mata menatap pintu itu secara bersamaan.
Ternyata kali ini yang datang bukanlah Suster ataupun Dokter, namun dua wanita cantik yang salah satunya yaitu wanita yang sangat mengagumi Al. Mereka berdua berjalan masuk mendekati Rahel. Yappss mereka berdua adalah Kara dan Kanaya.
"Yaampun Hel kok bisa gini sih, ini sakit banget ya? Hel beneran ini?" tanya wanita cantic yang masuk kedalam ruangan itu. Menyerbu Rahel dengan beberapa pertanyaan dan membawa pastel ditangannya.
Rahel menatapnya dengan wajah heran, sembari tersenyum kecil melihat reaksi Kara. Berbeda dengan Kanaya yang hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat kondisi Rahel sekarang.
"Tenang-tenang ratu boba baik-baik saja hihihi" ujar Rahel.
"Untung nggak dead lo kecambahh!!!" sahut Kanaya teman yang cukup akrab dengannya dikelas.
"Eh yaampun mulut, gue tu lagi uji adrenalin tau nana sayang haha"
"Idihh belagak!!" balas Kanaya dengan menepuk luka dibagian pelipis Rahel, yang membuatnya menyernyit merasakan sedikit sakit.
"Sakit oncomm!!!"
Kanaya hanya tertawa melihat Rahel yang memegangi pelipisnya, begitupun dengan Kara.
"Eh Ra, btw kok lo bisa kesini sama Kanaya si? Nemu dimana lo?" Tanya Rahel yang sebenarnya dari tadi penasaran mengapa mereka berdua bisa datang bersamaan.
"Hahaa,, gue belom sempet cerita ya ke lo. Kalo kanaya ini tetangga gue, jadi kebetulan Papa beli rumah disamping rumah Kanaya, jadi kita kenal deh" jawab Kara mulai menceritakan.
"Astagaaaa emang bener ya dunia ini selebar daun kelor" memegangi jidatnya dan menggeleng-gelengkan kepala.
"Iisshhh bego" sahut Kanaya.
Di lain sisi Al masih sibuk dengan ponselnya, tanpa menghiraukan perbincangan mereka bertiga. Kanaya berjalan mendekat kearah Alfy, membisikan sesuatu. Hingga akhirnya mereka berdua berjalan keluar ruangan.
"Mau kemana lorang?" tanya Rahel
"Ada urusan orang gede, anak kecil nggak boleh tau" ujar Kanaya sembari berjalan keluar
"Hehh jangan-jangan lorang diem-diem mau kencan gelap yaa" ujar Rahel ngacok.
Alfy dan Kanaya meninggalkan ruangan rahel.
Kara hanya menatap kepergian Al dan Kanaya, Karapun tak mengerti urusan mereka berdua. Meski sejak tadi jantung Kara berdebar saat melihat lelaki yang dia sukai sejak dulu.
"Hel mereka ada hubungan apa?"
"Haaa??" Rahel sedikit tersentak mendengar pertanyaan Kara kepadanya
"Haaha yaampun Ra, lo nggak tau kalo mereka berdua udah mau nikah?" Rahel malah mencoba menas-manasi Kara dengan jawabannya yang sama sekali meracau.
"WHATTT?!!! Serius hel kok bisa"
"Bhahah gue becanda Ra, syok banget lo" Rahel tertawa melihat reaksi Kara saat mendengar pernyataannya.
"Gak lucu Hel issshhh awas aja lo" menyipitkan kedua matannya kearah Rahel.
"Mereka gak ada apa-apa tenang aja, kalaupun iya pasti Al cerita ke gue"
Jawaban itu setidaknya membuat hati Kara sedikit lega.
"Oyaa gue beli minum kedepan bentar ya, haus banget nih gue. Lo gak papa kan gue tinggal bentar?"
"Iya selow aja"
Kara meninggalkan ruangan berjalan keluar mencari air minum.
Rahel meraih ponselnya disamping ranjangnya tepat dimeja, dia membuka ponselnya dan melihat ada banyak panggilan tak terjawab dari sang Mama. Perasaannya mulai tak menentu, gemetar yang hebat masih terasa jika ia harus mengingat kejadian tadi pagi. Rasanya Rahel benar-benar tak ingin lagi menemui mamanya.
Ia sudah memberitahu Al bahwa Rahel tak ingin tinggal bersama Mama nya lagi, Rahel ingin kos sendiri saja. Alfy sudah menasehati Rahel, namun Al juga tidak bisa melarang Rahel. Ia tau ini bukanlah hal mudah yang mampu Rahel terima begitu saja.
Kini Rahel sering melamun, pikirannya mengambang, dia mulai malas melakukan banyak hal. Bahkan mulai tak peduli dengan sekitar, ternyata hal itu memberikan efek buruk untuk Rahel, sifatnya yang dulu mulai berubah menjadi sangat acuh dan dingin. Bahkan dia sangat tak peduli dengan dirinya sendiri.
MAAF YA TEMEN-TEMEN KALAU MASIH BANYAK KURANGNYA, MAAF JUGA JARANG BANGET PUBLISH NYA. TERIMAKASIH YANG TETAP MAU SETIA MEMBACA CERITA AKU YANG SANGAT BIASA SAJA, TERIMAKASIH YANG SUDAH SELALU SUPPORT AKU UNTUK TERUS MERANGKAI KATA DAN CERITA.
LUV U MORE!
KAMU SEDANG MEMBACA
ANALOGI GARIS WAKTU
RomanceManusia hanya bisa menjalani apa yang terjadi dalam hidup. Mengisahkan banyak kisah, menunjukan banyak tantangan, membentuk emosi , tangis dan tawa yang terbentuk karna keadaan. Kisahnya tak bisa ditebak, datangnya bisa kapan saja. Hilangnyapun sama...