Setelah cukup lama berbincang, Rahel dan Bagas beranjak dari bittersweet rahel berjalan disamping bagas. Mengatur langkahnya agar tetap sejajar dengan pria yang membuat hatinya berdegup tak beraturan.
"kita mau kemana gas?" bertanya pada bagas yang menuju kearah mobil yang terparkir tak jauh dari bittersweet.
"ayo naek, gue mau ajak lo kesuatu tempat" membukakan pintu mobil untuk rahel.
Rahel hanya mengangguk menuruti bagas, dan kemudian masuk kedalam mobil.
Saat dalam perjalanan, rahel sesekali mencuri pandang untuk melihat bagas, yang mengemudikan mobil disampingnya. Jantungnya tetap tak bisa ia kondisikan, bahkan rahel takut jika orang yang berada disampingnya ini bisa mendengar detak jantungnya yang begitu cepat."ya Tuhan jantung gue mau copot rasanya" ucapnya dalam hati. Terjadi keheningan di antara mereka berdua, hingga pada akhirnya bagas membuka suara untuk memecah keheningan itu.
"Rahel?" ucap bagas, sembari menoleh kearah rahel. "kenapa gas?" jawabnya santai, dengan sebisa mungkin menyembunyikan kegugupannya saat berada dekat dengan laki-laki yang mampu membius hatinya.
"Gapapa sih mastiin aja yang disamping gue rahel atau bukan"
"lah gimana sih maksud lo?" rahel menatapnya bingung, tak mengerti apa maksud dari perkataan bagas barusan.
"Abisnya cantik banget kayak bidadari" bagas menggombali rahel.
Bagas mengembangkan senyuman dipipinya sehingga tergambar jelas wajah tampannya.
"Nah mampus kan gue mau pingsan kalo ini" ucapnya dalam hati, saat mendengar pernyataan yang keluar dari mulut bagas barusan rasanya tak ada sedikitpun oksigen, membuat jantungnya semakin berdegup kencang bak pembalap handal.
Pernyataan itu berhasil membuat wanita berlesung pipi ini salah tingkah.
"ihh apa sih gas" Tersenyum, lalu memalingkan wajahnya kearah kaca mobil memegangi pipinya yang berubah menjadi merah merona, sembari menarik nafasnya dalam-dalam. Agar bagas tak dapat melihat dirinya saat sedang salah tingkah.
"Lucu banget si hel kalo lagi salting"
Meski telah memalingkan wajahnya, tetap saja bagas bisa melihat gerak-gerik rahel yang begitu lucu, tak bisa diam.
"iih siapa yang salting, gue biasa aja kok" mengerutkan dagunya dan memanyunkan bibirnya.
Bagas hanya tertawa melihat tingkah wanita disampingnya ini, benar-benar menggemaskan.
Bagas memutar lagu bitterlove- ardhito pramono didalam mobil.
Tanpa sadar mereka berdua ikut mengalunkan lagu bitterlove bersama. Menikmati disetiap alunannya.
There is bitter in everyday
But then I feel it
That you would be the only one
Sometimes it doesn't have to be so sure
The sweetest love can be so hard to fine.
"loh suka juga sama lagu ini?" ucap bagas pada rahel, setelah menyadari bahwa mereka berdua bersenandung bersama.
"ini lagu favorite gue gas" mereka terkekeh setelah menyadari bahwa mereka berdua memiliki lagu kesukaan yang sama.
Mereka terlihat sangat menikmati lagu itu dan bahkan senyuman sepanjang perjalan tergambar jelas pada wajah keduanya.
Lekungan bulan sabit dibibir rahel masih tetap ia tunjukan, seakan mewakili rasa yang ada dalam hatinya. Rahel sangat bahagia.
Berada didekatmu membuat hariku menjadi berwarna~
Bagas mengajak rahel pergi ke sebuah panti asuhan, mengajaknya untuk bertemu dengan anak-anak yang ada disana. Selama dipanti rahel belajar banyak hal bahkan pelajaran hidup yang luar biasa. Rasa kekagumannya dengan bagas bertambah 99% , dia takjub bukan main saat bagas mulai mengajari anak-anak panti bahkan menyanyikan lagu untuk mereka.
Setelah cukup lama mereka dipanti, bagas mengantar rahel pulang.
Tuhan mempertemukan, bahkan memperkenalkan dua manusia yang berbeda tentu memiliki alasan. ~
Perihal jatuh hati, tentu tak butuh alasan yang pasti. Maka jangan tanya mengapa aku bisa jatuh hati padamu!
Disisi lain alfy sedang berlatih bersama tim basket kampusnya, yang salah satu dari mereka ada Brian dan Dino teman alfy sejak awal masuk kuliah.
"Kalian harus tunjukin kemampuan kalian semaksimal mungkin ya, inget semua taktik permainan yang udah kita latih barusan. Jaga kesehatan kalian, bapak tinggal dulu"
Pak sastro beranjak meninggalkan lapangan basket, diikuti oleh beberapa anak-anak lainnya. Tersisa alfy dan kedua temannya itu dino dan brian.
Mereka bertiga duduk dilapangan meluruskan otot-otot kakinya, dengan mengelapi keringat yang mengalir ditubuhnya.
Alfy memasang earphone pada telinganya menyetel lagu favoritnya.
"al lo beneran nggak mau balik sekarang?" dino memastikan kembali pada al.
"Nggak deh, gue masih pengen disini"
"awas lo diculik sama tante-tante al" ucap brian
"mending tante-tante, lah kalo mbak kunti gimana?" sahut dino mulai ngacok
"Eh jangan-jangan lo mau ketemuan sama mbak lala ya biar besok gratis otak-otak"
Alfy hanya menggeleng-gelengkan kepalanya memperhatikan ocehan kedua temannya yang mulai meracau.
"Brisik, udah sana lorang balik" usir al pada kedua temannya ini
"Iya gue juga mau ketemuan sama pujaan hati gue"
"Jomblo aja sok punya pujaan hati lo cireng" ucap alfy dan dino serempak
Brian dan dino beranjak pergi meninggalkan alfy sendirian dilapangan basket kampusnya.
____
Alfy menatap langit, yang kini cahayanya pun mulai meredup. Melihat cahaya jingga yang hampir tenggelam, indah. Namun kata orang senja suka pergi begitu saja saat dua pasang mata tangah menikmati keindahannya.
Setiap manusia memiliki cara bahagianya masing-masing~
Al beranjak pergi untuk pulang kerumahnya, karna memang kali ini senja sudah benar-benar hilang dari pandangan.
Nanti capter ke 5 bakal aku kasih cast yaa teman-temann...
Jadi tetep enjoyyy!!
KAMU SEDANG MEMBACA
ANALOGI GARIS WAKTU
RomanceManusia hanya bisa menjalani apa yang terjadi dalam hidup. Mengisahkan banyak kisah, menunjukan banyak tantangan, membentuk emosi , tangis dan tawa yang terbentuk karna keadaan. Kisahnya tak bisa ditebak, datangnya bisa kapan saja. Hilangnyapun sama...