15 | peringatan

4.4K 182 1
                                    

Hai🍞


Di sisi lain Adelard yang baru tiba di kelasnya sudah di sambut oleh keempat temannya.

"Delard lo makin ganteng aja!" goda Derga sembari menyenggol bahu Adelard.

"Iya nih, gocap dong Lard, kita kere nih!" sambung Dio menaik turunkan alisnya.

"Gue emang udah ganteng dari janin." seru Adelard sembari meraih bangkunya dan kemudian duduk.

"Pasti perut mama lo warna-warni, Lard!" tebak Edo.

"Kok bisa, Do?" tanya Arvan penasaran.

"Berwarna-warni seperti isi dompet Adelard yang ramah dan kemudian loncat ke tangan kita semua. Haha ...." ujar Edo sembari memperlihatkan gigi putihnya itu.

"Ya-ya gue traktir kalian," ujar Adelard sembari membuka resleting tasnya dan mengambil beberapa uang berwarna merah dan memberikan satu per satu ke temannya.

"Hehe thanks Lard! Lo yang terbaik pokoknya!" sahut Dio.

"Iya deh, paling muach deh!" sambung Derga.

"Apaan sih lo jadi bencong gini Der!" ketus Adelard.

"Kesambet apa lo Derga?" tanya Arvan.

"Nggak woy, gue cuma becanda!" elak Derga.

"Udah-udah, siapa yang mau nitip? Gue mau beli sekarang," potong Edo.

"Gue mau roti tambah toping BonCabe level 50 Max End." pinta Adelard. Adelard memang sangat suka pedas, sampai-sampai roti pun harus bertoping pedas, sudah menjadi hal biasa di antaranya dan teman-temannya.

"Gue seperti biasa, Do!" sambung Dio.

"Gue juga Do!" sambung Derga.

"Siap! Apan ikut gue yok!" ajak Edo.

"Oke." balas singkat Arvan.

Arvan dan Edo pun beranjak meninggalkan kelas untuk membeli makanan mereka dan lainnya.

"Eh Lard, lo pacaran ya sama adik kelas anu itu?" tanya Derga penasaran.

"Iya nih, lo kalo jadian nggak bilang-bilang anjir. Tapi bukannya lo nggak suka cewek ya?" sambung Dio.

"Gak." balas singkat Adelard.

"Masa sih anjir? Lo aja baru kali ini gue liat lo deket cewek, pasti ada apa-apa kan?" tanya Derga lagi.

"Atau jangan-jangan lo suka sama tu bocah?" sambung Dio penasaran.

"Gak lah anjir!" elak Adelard, "dia cuma bahan doang," sambung Adelard sembari tersenyum smirk.

"Ha, gila lo Lard?" tanya kompak Derga dan Dio.

"Tu adik kelas bukannya yang deket sama Delard?" ujar Arvan yang tiba-tiba sudah berada di pintu bersama Edo.

"Iya itu! Lard cewek lo sama ketua osis tuh!" sahut Edo.

Adelard yang mendengar perkataan Edo langsung menendang keras meja di depannya dan melempar tasnya kasar. Entah kenapa emosinya memuncak kali ini.

"ANJ--G!!!" teriak Adelard murka, ia langsung pergi meninggalkan kelasnya itu dengan kepalan tangan. Sedangkan ke empat temannya terkejut melihat Adelard yang barusan.

"Woy yang lain awasin Adelard woy, dia marah besar tuh!" ujar Dio, "anjir mana cewek gue bacot, minta telepon mulu!" sambung Dio.

"Duh Adelard, tu anak baru aja mau niat pensi udah mulai lagi!" ujar kesal Derga sembari beranjak pergi dan menyusul Adelard. Edo dan Arvan pun ikut menyusul sedangkan Dio masih harus menjawab telepon dari sang pacar.

🧪🧪🧪

Adelard dengan kemarahan yang memuncak datang ke arah Agus dan Dasha yang sedang mengobrol asik. Kemudian Adelard langsung menarik kerah Agus dan memberinya pukulan yang sangat kuat ke arah wajah Agus.

Bugh bugh bugh

Tinjuan Adelard hingga beberapa kali mengenai wajah Agus tersebut. Dasha yang melihatnya terkejut dan ingin menghentikan tangan Adelard namun di halang oleh Derga. Derga menarik bahu Dasha untuk menghindari Adelard dan Agus yang sedang berkelahi itu.

Agus tidak berdaya dan tersungkur, ia tidak bisa menahan pukulan Adelard, ia masih syok yang tiba-tiba mendapat pukulan keras dari Adelard.

"Kak Adelard!" teriak Dasha panik sembari berusaha melepaskan lengannya dari tangan Derga.

"Lo diem, Bahaya oy kalo lo ikut campur. Makin besar masalahnya nanti!" tekan Derga.

"Lard! K-kenapa? Gue salah ap-" tanya Agus terbata-bata.

Bugh bugh

Satu pukulan mendarat ke wajah Agus lagi, dan satu tendangan mengenai paha Agus.

"Aw!" jerit Agus memegang bibirnya yang mengeluarkan darah.

"LARD APA-APAAN LO HA? GUE SALAH APA WOY!" bentak Agus yang berusaha bangkit melawan Adelard.

"SIAL!" bentak Adelard yang langsung menarik kasar kerah Agus.

"KENAPA WOY!" seru Agus yang langsung mendaratkan pukulan ke wajah Adelard. Namun Adelard sedikit menghindar dan hanya terkena sedikit pukulan di rahang Adelard.

Bugh bugh bugh

Kesabaran Adelard sudah habis, ia meninju dan menendang berkali-kali wajah dan tubuh Agus hingga Agus tersungkur dan sudah tak berdaya. Semua mata tertuju pada mereka hingga lima guru datang menghampiri mereka.


DADELARD (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang