Hai🥖
Kelima guru tersebut langsung menghentikan pemberkelahian Adelard dan Agus. Bu Berta, bu Arni, bu Evi, pak Sugi dan pak Yono. Nama kelima guru itu."Hebat, hebat! Ada peningkatan ya, Adelard!" sahut Berta diiringi tepuk tangan.
"Adelard kenapa begini lagi? Hmm-hmm ..." tanya Evi tidak menyangka sembari mengikat kedua tangan Adelard menggunakan tali.
Bu Evi merupakan guru wali kelas Adelard yang juga termasuk sahabat bunda Adelard. Evi juga sangat menyayangi anak dari sahabatnya itu, ia tidak bisa memarahi atau kasar kepada Adelard, melihat Adelard yang sekarang saja membuatnya teringat kepada sahabatnya itu. Kondisi hidup Adelard yang bisa di bilang tidak terurus sejak kematian bundanya. Evi tidak tahu harus berbuat apa.
"UDAH MERASA KEREN KALIAN HAH? KEREN!!!" teriak Yono sambil melotot ke arah Adelard dan Agus.
Adelard berdengus kesal dan menatap tajam wajah Agus yang benar-benar sudah babak belur itu.
"Nanti kedepannya pakai jurus ya Adelard? Kayak Rasengan, kame kameha, jurus-jurus Naruto, biar jadi Hokage. Buat ulah saja terus kau ini!" sembur Sugi.
"TERUS KENAPA KALIAN TIDAK HENTIKAN MEREKA BERKELAHI? HAH?" seru Berta, "PERGI KALIAN SEMUA, MASUK KELAS! CUMA JADI PENONTON SAJA!" sambung Berta. Dan semua siswa maupun siswi berhamburan meninggalkan tempat itu, hanya tersisa Derga, Arvan, Edo dan Dasha. Namun Dasha yang panik langsung menghampiri Agus dengan lebam dan darah di area wajah, tangan dan area lainnya.
"Kak Agus, duh ... kak Agus?" panggil Dasha gelisah sembari menatap wajah Agus yang sudah tidak sanggup membuka mata. Di sisi lain Adelard yang melihat tingkah Dasha yang perhatian pada Agus membuat Adelard makin panas, ia menggigit kuat bibirnya.
"Aw sakit!" jerit Adelard sengaja sambil memberontak berusaha melepaskan ikatan tali di tangannya.
"Udah! Nggak usah drama lagi kamu, Adelard!" bentak Berta.
"Ibu-ibu bacot." decak Adelard pelan.
"APA KAMU BILANG?!" bentak Berta kesal.
"Udah-udah Adelard, nggak boleh gitu," tutur Evi, "nah kalo gitu, Derga, Edo bareng Arvan bawa Adelard ke ruang BK ya!" sambung Evi.
"Baik bu!" balas mereka kompak dan langsung merangkul tubuh Adelard dan pergi dari situ.
"Terus kamu perempuan sendiri, pacarnya Agus, nak?" tanya Evi sembari menghampiri Agus yang sudah bersama Dasha dan bu Arni yang berusaha membangkitkan tubuh Agus.
"BUKAN!" teriak Adelard dari jauh sambil melirik tajam ke arah mereka. Ia memang masih sesekali melirik ke arah mereka. Lebih tepatnya memantau Dasha.
"SUDAH! DIAM KAMU, ADELARD!" teriak Berta melirik tajam balik wajah Adelard.
"Sudah-sudah, bu guru-bu guru ayo kita bawa Agus ke ruang UKS untuk di obati, setelah itu bawa Agus ke BK juga agar kita langsung mewawancarai mereka berdua." pinta Yono.
😵💫😵💫😵💫
Beberapa saat kemudian Agus telah selesai di obati dan luka-luka di wajahnya di plester, banyak sekali lebam di wajah Agus usai berkelahi dengan Adelard. Sedangkan Adelard hanya sedikit lebam di rahang akibat pukulan sekali dari Agus dan bibir bawah Adelard berdarah karena ulahnya sendiri menggigit-gigit bibirnya saat kesal tadi.
Kemudian Adelard dan Agus di bawa ke ruang BK bersama dengan Derga, Edo, Arvan dan Dasha yang juga di perintahkan menjadi saksi saat melihat pemberkelahian Adelard dan Agus.
"Ngapain kalian tadi, hah?!" tanya guru berkacamata, bibir berwarna merah tebal dan berbadan besar. Ya dia Bu Berta.
Tidak ada jawaban dari Adelard dan juga Agus. Adelard hanya fokus melirik wajah Dasha tajam, sedangkan Agus hanya menatap nyamuk yang mencium hidungnya itu.
"JAWAB!!!" seru Berta memukul meja di hadapannya, membuat mereka terkejut, apalagi Dasha yang membulatkan matanya sempurna.
"Ngapain gue tadi?" tanya datar Adelard pada ketiga temannya, Derga, Edo dan Arvan. Adelard berusaha mengingat-ingat tapi ia lupa. Jadi Adelard memutuskan untuk tidak mengingat-ingat lagi.
"A-anu bu, berantem!" balas singkat Derga.
"Hmmm, UDAH BERANI NGEJAWAB YA!" bentak Berta sambil memukul lagi meja di hadapannya.
"Kan ibu maksa kita ja-jawab," ujar Agus terbata-bata.
"Diam! Agus, kamu di sini sebagai osis harus jadi teladan! Udah berkelahi, berani ngejawab lagi!" pekik Berta.
"I-ibu, pms ya? Hati-hati bu, nanti darah tinggi ibu naik lho!" sela Edo.
"Diam kamu Edo!" bentak Berta.
"Bu, tadi hanya salah paham kecil saja, dan Adelard memukul di bagian yang mungkin tidak terlalu berbahaya. Tetapi Adelard memukul dan menendang hampir enam kali. Sedangkan Agus memukul sekali, tetapi di bagian rahang, yang lumayan berbahaya. Karena rahang bisa membuat gigi orang yang mengenainya copot. Sedangkan Adelard yang memukul di dekat hidung hanya menyebabkan keluarnya cairan lengket, berupa ingus." jelas Arvan.
"Apakah benar begitu?" tanya Berta meyakinkan.
"Nggak buk, saya hanya menebak." balas Arvan.
"GILA KAMU YA ARVAN!" kesal Berta.
"Saya cuma mencairkan suasana bu, biar nggak beku." ungkap Arvan.
"Nggak ada yang bener kalian semua!" pekik Berta, "Adelard kamu lagi, biang keroknya! Cepat jelaskan kejadian tadi! Bukannya jelaskan malah lirik-lirikan sama adik kelas kamu ini. Atau jangan-jangan kalian berkelahi karna adik kelas kalian ini?!" tebak Berta.
Seketika mata mereka membulat sempurna.
"Kenapa? Benar kata ibu? Adelard dan Agus, kalian rebutin gadis ini?" tanya Berta lagi.
"NGGAK!"
See guys💗 huhu, gimana part ini?
Komen-komen
KAMU SEDANG MEMBACA
DADELARD (END)
Teen Fiction"Denger ya! Apapun yang gue inginkan itu hak gue dan itu adalah kewajiban lo buat menuhin perintah gue!" tegas Adelard. "Harus?" tanya Dasha. "Harus!" balas singkat Adelard. _____________________________________ Cover : Pinterest Jangan copy my sto...