32 | kiss

4.6K 113 3
                                    

Haii guys welcome back, semoga udah pada tau kalo judul sebelumnya Poni di ubah jadi DADELARD ya. Karena ada beberapa alasan dan itu udah ku kasih tau di profil yaa.

Gue cuma berharap semoga kalian nggak ngerasa asing dan semoga terbiasa nanti dengan judul cerita ini yaitu "DADELARD"

Okey next buang basa basi mari kita next!!
Oiya btw logo judul DADELARD nyusul nanti yaa.

Happy reading♡

~ D A D E L A R D ~

Pagi hari yang begitu cerah, matahari sudah memperlihatkan cahaya. Gadis dengan kamar bernuansa ungu sedang tertidur lelap sambil memeluk bantal guling bak memeluk kekasih.

Ya, Dasha. Gadis itu jarang sekali kesiangan seperti saat ini. Kamarnya begitu berantakan tidak seperti biasanya. Bagaimana tidak kemarin malam ia telah menghadapi banyak hal yang terjadi hingga membuatnya tak tertidur karena hal itu.

Dreettt Drettt

Ponsel gadis itu tiba-tiba saja berdering tepat di samping ia tidur. Ia terbangun dan langsung meraih ponsel dengan masih dalam keadaan mengumpulkan nyawa.

Bukan alarm yang seperti ia pikirkan, tetapi telepon dari seseorang yaitu "Derga".

Ada hal apa yang membuat Derga meneleponnya pagi-pagi begini? Segera Dasha angkat siapa tahu penting, "halo kak?" sapa Dasha dengan suara pelannya.

"Halo Dasha, maaf ya gue ganggu pagi-pagi soalnya gue cuma mau minta maaf Delard udah ngerepotin lo tadi malem. Maaf ya dia emang manja anaknya kalo lagi sakit, sampe kemarin dia nggak mau lepas dari lo. Hehe,"

Dasha terkejut atas perkataan Derga yang sangat membuatnya tidak enak "ehh, nggak papa kok kak apasih? Lagian itu juga udah jadi kewajiban aku kok, hehe. Ini beneran nggak apa-apa sama sekali, maaf kak jadi ngerasa bersalah gini. Demi apa ..."

"Kewajiban?"

"Emm anu kak, maksud aku kasian juga kak Adelard dia demam gara-gara aku jadi aku merasa bersalah, emmm ..."

"Oh! Gitu haha kirain kenapa. Semenjak bunda Adelard tiada dia jadi bener-bener hilang semangat dan malas dalam apa-apa. Haha dahlah yah malah curhat. Oke udah dulu ya, ntar gue bisa mati kalau Adelard tau gue telepon lo. Yaudah gue tutup dulu ya?"

Dasha terkejut tak menyangka, ternyata ibu Adelard sudah tidak ada? Dasha pikir kedua orang tua Adelard tidak tinggal setempat dengan Adelard mungkin karena pekerjaan atau apa. Ternyata salah perkiraannya. Pantas saja sifat Adelard seperti itu, apakah dia benar-benar kesepian sampai menjadi cowok yang galak dan mengesalkan? Di sisi lain Dasha masih bertanya-tanya tentang keluarga Adelard dan ibunya. Dan di sisi lain Dasha merasa bersalah atas perbuatannya yang menganggap Adelard Titan menyeramkan, dan orang yang paling membuatnya kesal.

"Eumm yaudah kak, nggak papa kok hehe, kak Adelard keadaannya sekarang gimana?"

"Udah mulai membaik sih, ntar juga katanya dia bakal sekolah. Ohya udah ya gue mau berangkat sekolah soalnya udah mau jam tujuh. Bye."

"Oiya kak makasih informasinya, maaf ya kak aku udah ngerepotin gini ..."

"Eh ngerepotin apaan. Dah oke-oke. See you Dasha."

"Hehe oke kak bye-bye!"

🌹🌹🌹

Dasha sudah siap untuk berangkat ke sekolah gadis itu duduk di teras rumahnya sembari menunggu Gesya yang mungkin akan melewati rumahnya dan ia akan nebeng sama sahabatnya itu.

Selang beberapa menit, Gesya tidak pernah muncul di hadapan gadis itu, wajahnya begitu panik. Bagaimana tidak ini sudah pukul tujuh lewat. Tiba-tiba saja tak ada angin tak ada hujan malah terdengar suara motor yang tak asing di telinga Dasha. Siapa lagi kalau bukan motor Adelard.

Gadis itu terkejut bagaimana bisa orang yang semalam demam sampai berkeringat, kini sudah pulih? Apakah dia penyihir?

"Kenapa bengong gitu?" Adelard berhenti tepat di depan Dasha dengan memakai jaket hitam favoritnya dan rambut yang masih acak-acak, wajah datar dan dingin.

"Eh? Udah enakan? Kok cepet banget--"

"Lo nggak suka gue sembuh? Lo mau gue sakit? Suka lo liat gue tersiksa?" tanya Adelard kesal.

"Enggak kak maksud aku bukan gituu, cuma cepet aja. Syukurlah kalau gitu. Aku seneng," Dasha tersenyum manis bahagia. Adelard benar-benar hebat bisa pulih secepat itu.

"Bohong."

"Kak apasih ...?"

"Hmm, naik."

Adelard memakaikan helm pada Dasha dan mengambil salah satu jaket yang sudah ada di hadapannya kemudian mengikatkannya di pinggang Dasha. Dasha sampai terkejut di buatnya, kenapa cowok itu memakaikannya? Biasanya Dasha mandiri memakainya sendiri.

"Pakai kaos kaki jangan yang pendek, gue nggak suka. Sekarang lo punya gue, gue nggak mau orang-orang liat betis lo. Nanti kita beli kaos kaki panjang sampe leher." celetuk Adelard yang langsung menyalakan motor dan pergi dari kediaman Dasha.

🌹🌹🌹

Perlakuan Adelard terhadap Dasha membuat Dasha berpikir keras sepanjang perjalanan hingga sampai ke parkiran sekolah.

Ini beneran aku pacaran sama kak Adelard? Tapi kenapa? Batin Dasha bertanya-tanya.

Apakah hidupnya akan lebih rumit lagi? Saat tidak dalam status saja hidup Dasha saja tidak tenang karena di serang gadis-gadis yang menyukai Adelard. Bagaimana jika sudah pacaran seperti ini? Entahlah Dasha tidak tahu harus berbuat apa. Dia hanya seperti follower yang harus mengikuti pinta Adelard, ia tidak bisa menolak apalagi memprotes.

"Kak, kamu udah sehat kan? Btw udah makan belum? Nanti aku bawain ke kelas kamu kalau kambuh," Dasha membuka helm yang ia kenakan dan memberikan kepada Adelard, gadis itu khawatir jika Adelard demam lagi.

"Mau gue tularin sama lo?"

"Emm enggak, emang bisa tular ya demam? ini aku kasih makanan aja, nanti dimakan–"

Perkataan Dasha terpotong ketika Adelard tiba-tiba mendekati wajahnya ke gadis di depannya.

"Cium boleh?" nafas Adelard berat dengan suara yang masih serak. Membuat Dasha membulatkan matanya lebar.

Cup

TBC

DADELARD (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang