Allo! Hope you enjoy! Happy reading, guys!
Makasih buat kalian yang bersedia meluangkan waktu untuk mampir dan baca ceritaku. Semoga betah sampai akhir.
Jangan lupa vote, komentar, dan bantu share cerita ini ke teman-teman kalian. Biar ramai.
Sekian ….
*****
Kurang lebih sudah berselang seminggu semenjak hari kebangkitannya, hari dimana jiwanya nyasar menempati tubuh gadis kecil yang pekerjaan sehari-harinya menjadi pengamen jalanan.
Chiyo mulai menikmati pekerjaannya, sedikit banyaknya kagum dengan suara yang kini dipunya, juga ketrampilan dalam bermain biola. Sungguh, Chiyo dengan mudah menggaet hati orang-orang di sekitarnya cukup dengan nyanyian diiringi permainan biolanya.
Demi apa, pekerjaan itu sangat menyenangkan bagi Chiyo!
Chiyo mengganti pakaiannya menjadi lebih baik, dia membeli sebuah dress simpel se-tumit. Dress itu murah karena dia beli di salah satu toko di pasar. Dia juga membeli sebuah topi baru, tentu tidak lusuh seperti miliknya dulu. Rambut peraknya sengaja digerai bebas, dia memakai sepatu kulit yang diberikan ibu-ibu baik hati yang bahkan bersedia menampung dan memberi pekerjaan tambahan untuknya.
Perubahan penampilan Chiyo jelas menarik perhatian, terutama suara dan bakat biolanya tidak bisa dilewatkan begitu saja. Semuanya beradu menjadi satu, membius siapapun yang berani menginjak panggung Chiyo.
Chiyo membuat gerakan seirama dengan lagu dan iringan biolanya. Tentu saja itu semua dia lakukan dengan anggun. Tidak sia-sia dulu Chiyo mengikuti kelas balerina. Kemampuannya sangat berguna saat ini.
Kerumunan orang kian padat seiring memuncaknya penampilan Chiyo. Chiyo yang manis berdiri elegan di tengah-tengahnya. Chiyo memukau dengan kesederhanaannya.
"Rasakan serangan nada dariku, para orang kaya!" kata Chiyo penuh semangat, tentunya dalam hati.
Tepuk tangan saling bersautan mengakhiri penampilan Chiyo.
Chiyo memberi hormat dengan anggun, lalu tersenyum manis dan melambai pada orang-orang yang mengerubunginya. "Terimakasih atas perhatiannya!" kata Chiyo disambut sorakan mereka.
Pujian demi pujian Chiyo dapatkan dari orang-orang yang silih berganti maju mengisi koin ke dalam kaleng. Chiyo menanggapi dengan riang, mengekpresikan rasa bahagianya.
Kini, Chiyo dalam perjalanan menuju pasar. Tepatnya menuju salah satu kedai makanan yang menjadi tempatnya bekerja sekaligus tinggal selama seminggu belakangan.
"Bibi Tal!" sapa Chiyo kelewat riang. Orang yang dia panggil 'Bibi Tal' berkacak pinggang mendapati Chiyo lagi-lagi datang terlambat.
"Kau terlambat lagi, Chi!" Bibi Tal memarahi. Tapi selanjutnya, senyuman simpul terukir di wajahnya yang mulai keriput. "Maka dari itu jangan membuang waktu dan segera bekerja, atau aku akan menendang pantat mu!" lanjutnya membuat Chiyo berlari-lari kecil menghampiri Bibi Tal.
Chiyo nyengir lebar. "Jangan marah-marah, nanti Bibi cepat tua."
Bibi Tal menyentil dahi Chiyo. "Kau yang membuatku marah setiap hari, Chi!" Kemudian bibi Tal mendorong Chiyo untuk masuk ke dalam, mengganti pakaian dan menaruh barang bawaannya.
"Kerjakan tugasmu dengan benar , Chi! Atau akan ku tendang pantatmu!" Bibi Tal menggunakan ancaman yang sama.
Chiyo berbalik dan menjulurkan lidah. "Aku akan balas menendang pantatmu, jika kau macam-macam Bibi Tal."
Bibi Tal menggeram. "Beraninya kau mengancam bosmu, Chi?!"
Chiyo tertawa, sedangkan bibi Tal menggeleng heran dan kembali melayani pembeli.
*****
Chiyo sudah memutuskan untuk menyiapkan segala sesuatunya sebelum menampakkan diri di hadapan duo hot daddy-nya. Uang miliknya sudah terkumpul lumayan banyak. Akhir-akhir ini, semakin banyak penonton yang menghadiri penampilannya di dekat air mancur pusat kota.
Bekerja selama kurang lebih dua Minggu bersama Bibi Tal juga menambah tabungannya.
Chiyo sudah menghitungnya. Kira-kira, uang yang dia kumpulkan dalam dua Minggu ini bisa digunakan untuk bertahan hidup selama dua bulan, asalkan tidak boros.
Tetapi, untuk alasan yang tidak bibi Tal pahami, Chiyo justru menitipkan sebagian besar penghasilan kepadanya. Hanya membawa sebagian kecil sebagai pegangan. Kemudian, dengan seenaknya gadis kecil itu berkata akan berhenti bekerja secara sementara waktu untuk menemui hot daddy-nya.
"Bibi Tal tenang saja, aku hanya pergi sebentar untuk menemui hot daddy-ku," kata Chiyo yang sedang berdandan rapi. Dia memakai dress se-tumit berwarna tosca yang baru dia beli.
Bibi Tal menatap cemas. "Sebenarnya, siapa dan apa itu hot daddy? Sejak kemarin kau terus meracaukan nama itu."
Chiyo terkekeh melihat raut cemas itu. Chiyo tahu, sejauh ini … orang yang baik dan tulus padanya hanya bibi Tal. Maka dari itu, Chiyo menjauhinya agar bibi yang baik hati itu tidak ikut terkena masalah yang mungkin sebentar lagi akan Chiyo terima.
Chiyo baru saja bermain-main dengan dua serigala liar yang siap menghabisinya kapanpun. Tapi, itu tidak membuat Chiyo gentar akan tujuan yang hendak dia capai. Hot daddy! Chiyo pasti mendapatkan hot daddy-nya!
"Apa kau tidak bisa membatalkan acaramu? Tinggallah di sini menemani Bibi." Bibi Tal memohon. Dalam waktu sekejap, sikap Chiyo mampu mengambil hatinya. Membuatnya menganggap Chiyo seperti putri sendiri.
Keputusan Chiyo membuatnya sedikit sedih. Ya … sedikit.
Chiyo menggeleng. Tentu tidak, mana mungkin dia melewatkan kesempatan emas ini. Kesempatan yang dia usahakan mati-matian sepuluh hari belakangan.
Ya, itu dimulai dengan pertemuan tidak sengaja antara Chiyo dan Jun, pelayan pribadi Hendrick.
[To be continued ….]
The power of fujo, nekat, trobos!
Next?
See you next chapter!
With love,
Me Raa
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Daddy, Take Me!
FantasyChiyo terbangun dari kematian. Padahal, Chiyo ingat jelas jika dirinya terjatuh dari tebing kala melakukan pendakian bersama teman-teman kampusnya. Jatuh dari tebing, seharusnya dia sudah mati. Namun ... kenapa dia justru bertransmigrasi?! Chiyo, se...