3.1 [Sick]

2.2K 289 29
                                    

Allo! Hope you enjoy! Happy reading, guys!

Makasih buat kalian yang bersedia meluangkan waktu untuk mampir dan baca ceritaku. Semoga betah sampai akhir.

Jangan lupa vote, komentar, dan bantu share cerita ini ke teman-teman kalian. Biar ramai.

Sekian ....

*****

Hari ini Fedro datang ke ibu kota untuk menemui Frey, dirinya meminta ijin libur latihan selama beberapa hari untuk Chiyo. Gadis itu sedang sakit, demam tinggi.

Sebenarnya Fedro bisa saja menyuruh Alan atau Lurius untuk menemui Frey, tetapi dirinya lebih memilih untuk menemui langsung sang guru—yang kini sedang mengajar putrinya juga.

"Begitukah? Semoga dia lekas sembuh." Frey menyahuti perkataan Fedro yang menjelaskan kondisi Chiyo.

Frey mengingat-ingat, tiga hari berturut-turut turun hujan ketika mereka sedang latihan di siang hari. Oh begitu, ternyata Chiyo ditumbangkan oleh guyuran hujan selama latihan.

Kurang lebih seminggu ini memasuki musim penghujan. Dan selama tiga hari berturut-turut hujan selalu turun ketika Chiyo sedang melakukan latihan bela diri.

Frey menepuk-nepuk pundak Fedro. "Jaga dia baik-baik, dia anak yang mungkin menarik perhatian banyak pria. Jangan terlalu membatasi, tetapi tetap awasi, pastikan dia merasa aman dan nyaman di dekatmu. Bagaimanapun dia sekarang putrimu, bukan?"

Fedro mengangguk, dia menatap serius sang guru. "Baik Guru Frey."

Frey menyandarkan punggungnya, dia tersenyum kepada Fedro. "Sebenarnya aku ingin tau alasan apa yang membuatmu tiba-tiba mengadopsi seorang anak gadis, Fed. Apalagi, sepertinya Chiyo bukanlah gadis biasa." Dahi Frey berkerut. "Lihatlah baik-baik rambut peraknya, warna langka yang hanya dimiliki beberapa penduduk di seberang benua. Bagaimana bisa dia memilikinya?"

Frey menerawang, setahunya tidak banyak pemilik rambut perak di dunia ini, hanya ada puluhan. Benar-benar langka dan pemiliknya semakin sedikit. Salah seorang kenalannya juga pemilik rambut perak, dia adalah orang hebat yang mampu merangkul rakyat dengan skala besar-tidak main jumlahnya, ditengah-tengah kontrasnya perbedaan antara mereka.

Dia raja di benua seberang. Mungkinkah Chiyo berasal dari sana?

Fedro tertegun, benar juga. Fedro selama ini tidak kunjung menemukan petunjuk tentang masa lalu Chiyo. Yang dia tahu hanya sebatas penjelasan langsung dari Chiyo, entah itu kebenaran atau kebohongan belaka. Informasi yang paling pasti adalah, Chiyo merupakan pengamen jalanan favorit penduduk ibu kota. Setidaknya mereka menyempatkan untuk singgah sejenak mendengarkan nyanyian suara emas yang dipadukan dengan alunan biola. Perpaduan sempurna yang memikat siapapun yang mendengarnya.

Sejak awal Chiyo memang semenarik itu.

Tangan Fedro terkepal. Memikirkannya saja membuat Fedro kesal, membayangkan Chiyo dikerubungi oleh banyak orang, apalagi jika itu para pria yang memiliki niat lain terhadap gadis tersebut.

Fedro menghela nafas, berusaha mengontrol emosinya, dan itu tidak luput dari perhatian Frey. Frey tersenyum kecil, seolah tahu apa yang dipikirkan muridnya.

"Aku tidak memaksamu untuk menjelaskan alasan kau mengadopsinya, itu hakmu. Kau tidak memiliki kewajiban untuk memberi penjelasan padaku." Frey kembali bersuara setelah diam beberapa saat.

"Yang aku tau, sekarang anak angkatmu itu adalah murid ku, murid perempuan pertamaku. Dan ya ... bisa dibilang murid paling menarik yang pernah aku ajar."

Fedro menatap Frey, lalu mengangguk. Dia bingung harus mengatakan apa sebagai jawaban, alhasil hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Aku harus segera pulang, Chi pasti menungguku di rumah." Fedro berpamitan, Frey mempersilahkan. Frey mengantar Fedro sampai ke halaman depan kediamannya.

Sejenak sebelum Fedro menaiki kudanya, Frey membuka suara.

"Fed, jangan terlalu menahan diri. Berusahalah untuk terbuka, jangan takut memulai hal baru."

Fedro tertegun, dia mengangguk lamat-lamat, agaknya tidak menyangka dengan kata-kata yang keluar dari mulut gurunya. Fedro tidak terlalu paham dengan apa yang sebenarnya dibicarakan oleh Frey, tetapi dia yakin akan mengetahuinya nanti, entah kapan hari nanti itu tiba.

*****

Lurius pamit undur diri setelah mendapati kedatangan Fedro di kamar Chiyo. "Saya pamit undur diri, Tuan Fedro."

Fedro mengangkat tangan, menghentikan pergerakan Lurius yang hendak berbalik pergi. "Tunggu, aku ingin bicara denganmu."

Langkah Lurius tertahan, dirinya kembali mendekat kepada Fedro. "Ya, ada yang bisa saya lakukan?"

Fedro diam sejenak, kemudian matanya beralih memandang Chiyo yang terlelap. Fedro mengelus rambut Chiyo pelan, penuh kehati-hatian, takut jika anak tersebut bangun dari tidurnya.

"Riu … bagaimana menurutmu?"

Lurius memfokuskan perhatian pada Fedro. "Maaf, apa yang Anda maksudkan, Tuan?"

"Chi, bagaimana dia menurutmu?" Fedro mengulang pertanyaan, sadar jika pertanyaannya tadi membuat Lurius kebingungan.

Lurius menyunggingkan senyum khasnya. "Nona sangat ceria dan baik hati."

Tangan Fedro beralih mengelus pipi Chiyo, pipi itu sekarang terlihat lebih chubby. "Dia … cantik bukan?" Fedro melirik Lurius lewat ekor matanya. Tidak ditatap secara langsung, cukup lewat lirikan mata, Lurius merasakan sebuah tekanan kuat dari Fedro.

Lurius menundukkan kepala, menahan senyumnya yang kian melebar entah untuk alasan apa. "Iya, Nona cantik dan manis."

Fedro mendengus. "Ya, Chi yang terbaik." Entah mengapa dirinya kesal mendengar pernyataan Lurius, padahal dia yang bertanya dan memulainya.

Fedro jadi ingin menghajar Lurius karena dia tidak berhenti tersenyum. Senyum itu, apa maksudnya?

Sebelah tangan Fedro menggenggam tangan mungil Chiyo, gadis itu menggeliatkan tubuhnya, tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda terbangun dari tidur nyamannya.

"Lalu, apa kau memiliki sebuah ketertarikan kepada Chi, Riu?"

Dan pertanyaan terakhir yang cukup mengejutkan itu sanggup membuat Lurius mendongak. Pria itu tersenyum canggung kala menyadari wajah datar sang tuan muda. Nampak sekali ketidaksukaan terpancar dari wajah tampannya.

Lantas, harus menjawab apa Lurius agar tidak menyinggung perasaan Fedro?

Rasa-rasanya, Fedro siap menerkam Lurius kapan pun jika saja dia salah memilih jawaban.

Lurius memaksakan senyum, walau dalam hati ketar-ketir setengah mati. Ya Tuhan, harus menjawab apa Lurius?

[To be continued ....]

Hallo! Chiyo update!

Setelah sekian bulan hiatus. Mumpung lagi pulang aku update sebisanya. Sekenanya aja.

Enggak yakin bisa update lebih dari 5 chapter mengingat waktu pulang singkat banget.

Pulang kali ini enggak lama-lama soalnya. Habis itu hiatus lagi, liburan depan baru update lagi.

Follow for support:
Wattpad: @MeRaa-
Instagram: @jst.sweetch (Sweetcho)

Next?

See you next chapter!

With love,
Me Raa

Hot Daddy, Take Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang