Allo! Hope you enjoy! Happy reading, guys!
Makasih buat kalian yang bersedia meluangkan waktu untuk mampir dan baca ceritaku. Semoga betah sampai akhir.
Jangan lupa vote, komentar, dan bantu share cerita ini ke teman-teman kalian. Biar ramai.
Sekian ….
*****
Chiyo mengerutkan kening, berpikir keras. "Bagaimana jika saya menitipkan sesuatu untuk ho— maksudku Tuan Fedro?" Chiyo mengurungkan niat menyebutkan kata hot daddy.
Hendrick menatap Jun yang dibalas kedikan bahu. "Itu terserah Tuan Muda, kenapa menatap saya?"
Chiyo mengulum senyum. "Apa Pangeran berkenan menyampaikan barang itu kepada Tuan Fedro? Bukan barang yang teramat istimewa, hanya saja cukup penting."
Hendrick menyipitkan mata, curiga. "Benda macam apa itu? Jika membuatku kerepotan, aku menolak!" Lagipula, gelandangan macam Chiyo pasti memiliki rencana tersembunyi. Wajib diwaspadai.
Hendrick sendiri tidak paham mengapa mau mengabulkan satu permintaan Chiyo. Padahal, baik hati bukanlah karakternya.
Chiyo menggeleng. "Sebuah surat."
Hendrick dan Jun manggut-manggut. Rasa penasaran menguasai benak Hendrick.
"Apa aku boleh membacanya?" tanya Hendrick.
Chiyo tetap mempertahankan senyuman. "Saya akan lebih senang jika Anda menyampaikan tanpa harus mengintip isinya."
Jun memalingkan muka, menahan tawa. Lucu saja melihat Hendrick merengut sebal karena ucapan bocah kecil seusia Chiyo.
"Aku tidak berniat membuatmu senang!" ketus Hendrick mencari alasan.
"Ah … padahal salah satu tugas seorang raja adalah memberikan kenyamanan dan menyejahterakan rakyat." Chiyo memasang muka sok serius, seolah-olah mengingat apakah ucapannya benar atau tidak. Chiyo tersenyum menyebalkan.
"Tapi sifat Anda tidak mencerminkannya."
"Pfftt—" Jun membekap mulutnya yang tidak sengaja menyemburkan tawa. Dia memalingkan wajahnya ketika Hendrick menatap tajam.
"Jun!" peringat Hendrick pada pelayan pribadinya.
Jun berdehem, namun tidak mampu menahan tawanya lebih lama. "Maaf Tuan Muda, wajah Anda sangat lucu!" ceplos Jun.
Hendrick kembali menatap Chiyo. "Aku bukan raja."
"Calon raja," sahut Chiyo dengan cepat. Benar-benar gadis yang pandai bicara.
Hendrick mendengus. "Baiklah, aku akan membantumu, Gadis Kecil," putus Hendrick menyerah untuk berdebat dengan Chiyo.
Chiyo nyengir dan mengacungkan tangan membentuk 'peace'. Jun memberikan jempol.
Hendrick geleng-geleng kepala, heran sangat dengan Chiyo. Gadis ini seolah tidak merasa sungkan, bahkan tidak ragu mendebat seorang pangeran seperti Hendrick. Dia punya keberanian besar, Hendrick mengacungkan jempol untuk Chiyo.
"Jun, darimana kau menemukan gadis ini?" tanya Hendrick kedua kalinya.
"Tadi sudah saya jelaskan, Tuan Muda." Jun tersenyum sopan.
"Dia sangat menyebalkan!" ujar Hendrick. Dia menatap Chiyo intens, yang ditatap nyengir lebar, lalu mengedipkan mata.
Chiyo tersenyum lebar. "Saya merasa tersanjung atas pujian Anda, Pangeran Hendrick."
"Aku tidak memujimu!" semprot Hendrick bersungut-sungut. Memang dasar, pangeran yang satu ini tempramental, mudah kesal.
Chiyo cekikikan. Hendrick memang menggemaskan, pikirnya. Pantas saja dia menjadi uke, upss.
Chiyo mengamati Hendrick yang menyimpan surat darinya di sebuah kantong. "Anda harus benar-benar menyampaikan surat saya, Pangeran." Chiyo berujar dengan wajah serius, seolah dirinya tidak percaya dengan Hendrick.
Hendrick mengangkat sebelah alisnya saat Chiyo mendekat dan berbisik. Mengancam.
Wajah Hendrick memerah, antara kesal dan malu. "Dasar kau—" Hendrick menggantungkan ucapan.
Chiyo tersenyum puas, kembali duduk tenang di tempatnya.
"Gelandangan tidak tahu sopan santun!" Hendrick menyeru sebal, merasa kalah dengan Chiyo.
Chiyo tersenyum puas. "Sebenarnya tidak ada guru yang bersedia mengajarkan tata krama kepada seorang gelandangan seperti saya. Dan, saya sebenarnya bukan gelandangan, tapi pengamen jalanan, Pangeran."
"Itu tidak jauh berbeda, Chiyo." Jun menyahut, dia menatap tuannya dan Chiyo bergantian. Ada sesuatu yang tidak dia pahami.
Chiyo mengedikan bahu, cuek. "Jangan lupa sampaikan salam saya untuk Tuan Fedro yang tampan, Pangeran. Saya mengharapkan balasan surat dari Tuan Fedro."
Hendrick mengangguk malas, lelah menanggapi Chiyo.
"Belum tentu dia membalasnya, Gadis Kecil."
Chiyo tersenyum misterius. "Aku yakin, dia akan membalasnya Pangeran. Berani taruhan?" tantang Chiyo dengan berani.
Hendrick dengan cepat menerima taruhan itu. Dan dia terpancing permainan Chiyo secara tidak sadar. Dia dengan mudahnya emosi, merasa kalah jika menolak tantangan anak kecil seperti Chiyo.
"Yang kalah harus mewujudkan satu permintaan pemenangnya, bagaimana?" tawar Chiyo langsung disetujui Hendrick.
Mereka berjabat tangan, Jun yang sedari tadi menyimak hanya geleng-geleng kepala.
"Ah iya, jika Tuan Fedro membalas surat saya, Anda sendiri yang harus mengantarkan pada saya, Pangeran. Anda langsung saja datang ke tempat yang saya tentukan nanti. Anda tidak keberatan, bukan?"
Hendrick mengangguk terpaksa, Jun terpana melihat Hendrick takluk dengan mudah oleh gadis kecil itu. "Menyesal aku bersedia bertemu denganmu, Gadis Kecil."
Chiyo tertawa. "Senang mendengarnya, Pangeran."
Dan benar saja, beberapa hari kemudian Hendrick datang dengan penyamarannya, tepat di hadapan Chiyo memberikan balasan surat. Dan di hari itu pula, Chiyo mengucapkan permintaannya.
"Saya hanya ingin Anda bersedia menolong saya suatu hari nanti. Tidak ada penolakan apalagi tawaran, sekalipun permintaan saya nantinya berdampak besar."
[To be continued ….]
Pangeran berasa jadi tukang pos.
Follow for support:
Wattpad: @MeRaa-
Instagram: @jst.sweetch (Sweetcho)Next?
See you next chapter!
With love,
Me Raa
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Daddy, Take Me!
FantasyChiyo terbangun dari kematian. Padahal, Chiyo ingat jelas jika dirinya terjatuh dari tebing kala melakukan pendakian bersama teman-teman kampusnya. Jatuh dari tebing, seharusnya dia sudah mati. Namun ... kenapa dia justru bertransmigrasi?! Chiyo, se...