Allo! Hope you enjoy! Happy reading, guys!
Makasih buat kalian yang bersedia meluangkan waktu untuk mampir dan baca ceritaku. Semoga betah sampai akhir.
Jangan lupa vote, komentar, dan bantu share cerita ini ke teman-teman kalian. Biar ramai.
Sekian ....
*****
Tidak banyak yang Chiyo lakukan malam ini. Dia hanya berbaring di atas ranjang, menghabiskan waktu dan menunggu rasa kantuk datang. Pikirannya berkelana.
Dua Minggu berjalan, berbeda dengan kelas lain yang hanya seminggu sekali atau dua kali, kelas Frey ada setiap hari, dengan hari Minggu sebagai hari libur. Frey guru yang menyenangkan, benar kata Lurius, sekalipun usianya telah lanjut, Frey tidak bisa diremehkan. Seorang mantan komandan militer seperti Frey memang tidak bisa diragukan lagi kualitasnya.
Di novel asli, Frey pernah disebutkan sekali dua kali, Chiyo tidak terlalu mengingatnya. Yang pasti, Frey adalah guru terbaik bagi Fedro, dialah yang membentuk sosok Fedro yang hebat saat ini.
Chiyo mengingat bahwa cerita di novel lebih terfokus pada saat masa-masa Fedro dan Hendrick di usia dua puluh tahun, dimana saat itu Hendrick mulai berani terang-terangan terhadap perasaannya—keputusan untuk mengejar cinta lamanya.
Saat itu, bahkan Hendrick rela mengorbankan tahtanya, dia memihak Fedro sepenuhnya, menjadi tameng bagi sang pujaan hati. Sikap terang-terangan Hendrick tentu memicu sebuah masalah antara Fedro dan Adeline—tunangannya. Awalnya Adeline dengan bangganya memperjuangkan Fedro—mengingat hubungan antara dia dan Fedro sudah memiliki kejelasan, mereka bertunangan.
Adeline kerap menertawakan Hendrick yang selalu mendapat penolakan, dia sengaja memamerkan kemesraan dengan Fedro di hadapan Hendrick. Tidak tahu saja, dirinya sendiri sedang dipermainkan Fedro. Fedro sejak awal tidak benar-benar menyukai Adeline, dia terpaksa bertunangan dengan gadis itu.
Hingga akhirnya Fedro menyadari bahwa dirinya juga menyukai Hendrick, perjuangan Hendrick sudah membuatnya luluh. Jatuh cinta kepada sosok yang tidak segan mengorbankan segala yang dia punya untuk orang yang dicinta.
Mengetahui penyimpangan seksual Fedro, Adeline syok bukan main. Kenapa? Bukankah selama ini tunangannya straight?
Tiba-tiba melihat tunangan bermesraan dengan sesama gendernya, Adeline tidak terima. Adeline pikir Fedro hanya mempermainkan Hendrick, tetapi, semua ekspektasi Adeline terpatahkan setelah melihat kelanjutan hubungan dua pria itu.
Mereka kian mesra, tidak segan menunjukkan kemesraan di depan publik dan mulai menjadi gunjingan. Adeline tahu, ini bukan sebuah kepura-puraan. Pada akhirnya, dia memutuskan hubungannya dengan Fedro, jijik terhadap pria tersebut.
Cerita mereka tidak berakhir dengan kandasnya hubungan Fedro dan Adeline. Ini adalah awal dari kisah dua pria yang saling menggenggam tangan dan menghadapi tantangan terbesar di hidup mereka.
"Beginilah anak muda sekarang, hanya tau bermalas-malasan." Tiba-tiba Fedro masuk dan turut berbaring di samping Chiyo.
Chiyo menoleh dengan malas, pipinya dia tempelkan di ranjang. Pikiran Chiyo buyar seketika.
"Ada apa, hm?" Fedro berbaring menghadap Chiyo. Ada apa dengan anak gadisnya ini?
Chiyo berkedip, dia sedang malas berbicara.
Fedro mengerutkan kening. "Kau sedang malas?"
Chiyo berkedip lagi.
"Aku mendapat surat dari putri duke Axelo." Bahkan Fedro enggan menyebutkan nama Adeline.
Chiyo membulatkan bibir, mendengarnya membuat Chiyo merasa lebih malas.
"Dia akan datang ke sini, besok."
Mata Chiyo membola. Menyebalkan, pikirnya.
"Ya, dia sangat menyebalkan bukan? Banyak bicara, tidak penting pula." Fedro mengoceh. Tiba-tiba dirinya dan Chiyo bertukar peran. Fedro menjadi cerewet, sedangkan Chiyo menanggapi dengan mimik wajah—tidak sedikitpun bersuara.
Fedro seolah tiba-tiba memiliki kemampuan untuk membaca pikiran lewat mimik wajah. Dan percakapan didominasi ocehan Fedro, hingga keduanya terlelap setelah percakapan panjang.
[To be continued ….]
Next Adel bakalan muncul.
Follow for support:
Wattpad: @MeRaa-
Instagram: @jst.sweetch (Sweetcho)Next?
See you next chapter!
With love,
Me Raa
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Daddy, Take Me!
FantasyChiyo terbangun dari kematian. Padahal, Chiyo ingat jelas jika dirinya terjatuh dari tebing kala melakukan pendakian bersama teman-teman kampusnya. Jatuh dari tebing, seharusnya dia sudah mati. Namun ... kenapa dia justru bertransmigrasi?! Chiyo, se...