Allo! Hope you enjoy! Happy reading, guys!
Makasih buat kalian yang bersedia meluangkan waktu untuk mampir dan baca ceritaku. Semoga betah sampai akhir.
Jangan lupa vote, komentar, dan bantu share cerita ini ke teman-teman kalian. Biar ramai.
Sekian ….
*****
Undangan dari Adeline?
Berkunjung ke kediaman Duke Axelo?
Chiyo menatap Fedro menelisik, matanya menyipit curiga.
"Daddy tidak tiba-tiba berubah menyukai putri Duke itu kan?" tanya Chiyo.
Aneh saja menurut Chiyo. Sekali lihat, siapapun tahu jika Fedro tidak menyukai Adeline. Tetapi kali ini? Tiba-tiba hendak berkunjung, bahkan menerima undangan makan malam bersama. Apakah Fedro telah berbalik arah menuju Adeline?
Tidak bisa dibiarkan!
Sebelum Chiyo berpikir yang tidak-tidak, Fedro lekas menjelaskan maksudnya. Tentu hal tersebut membuat Chiyo lega bukan main. Hampir saja dia hendak memukul kepala Fedro untuk menyadarkan sang Daddy, siapa tahu Fedro mengalami gegar otak atau bagaimana hingga tiba-tiba bersedia menemui Adeline. Rupanya ada udang di balik batu, toh.
Chiyo setuju-setuju saja. Dia juga tidak ingin ketinggalan momen menyenangkan untuk mengerjai Adeline. Bahkan sekalipun itu di kediaman Duke Axelo, jika ada kesempatan, Chiyo akan menjahilinya atau paling tidak membuat Adeline kesal seperti biasa.
Dan hari-hari menjelang kunjungan, Chiyo telah menyiapkan berbagai rencana. Itu semua demi Adeline.
Begitu baik hati Chiyo, rela membuang-buang waktu demi Adeline.
Ya, demi membuat Adeline kesal.
*****
Tiba di hari dimana Fedro harus datang ke kediaman Duke Axelo. Dia, Chiyo dan Alan sudah bersiap-siap menghadapi apapun yang telah disiapkan Adeline di sana nanti.
"Psstt ... Kakak!" Chiyo menarik ujung pakaian Alan.
Alan menoleh, menaikkan sebelah alisnya. Dia tidak menjawab, tapi tatapannya seolah menagih alasan panggilan dari Chiyo.
"Aku titip pedangku, oke?" Chiyo memberikan pedang yang biasa dia gunakan. Gadis bergaun ungu itu tersenyum lebar. "Hanya untuk berjaga-jaga."
Alan menatap pedang Chiyo yang kini beralih ke tangannya. "Memangnya Nona sudah bisa menggunakan pedang?" tanya Alan. Dia benar-benar bertanya, tidak ada unsur mengejek atau sebagainya. Tetapi Chiyo mendengus mendengar pertanyaan Alan, merasa sedang dibercandai.
Chiyo menggembungkan pipi, dia berkacak pinggang. "Hei, aku sudah berlatih pedang dengan Maha Guru, ya!"
Alan mengangguk saja. Padahal dia hanya bertanya. Setelah menyimpan pedang Chiyo, Alan mengajak gadis tersebut menyusul Fedro yang sudah lebih dulu masuk ke dalam kereta.
Begitu masuk, mereka mendapat tatapan tajam dari Fedro.
"Apa saja yang kalian berdua lakukan hingga baru datang kemari?"
Chiyo duduk manis, tanpa merasa bersalah telah membuat Fedro menunggu. Dengan senyum manis dia menjawab, "Hanya membahas urusan remaja, Daddy tidak perlu tau."
Alan ikut duduk di samping Fedro, dia berdehem dan mengangguk. Membenarkan ucapan Chiyo.
Mata Fedro memicing. "Chi, Alan tidak bisa lagi disebut sebagai seorang remaja. Umurnya lebih dari dua puluh tahun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Daddy, Take Me!
FantasyChiyo terbangun dari kematian. Padahal, Chiyo ingat jelas jika dirinya terjatuh dari tebing kala melakukan pendakian bersama teman-teman kampusnya. Jatuh dari tebing, seharusnya dia sudah mati. Namun ... kenapa dia justru bertransmigrasi?! Chiyo, se...