2.6 [Desire]

3.7K 453 9
                                    

Allo! Hope you enjoy! Happy reading, guys!

Makasih buat kalian yang bersedia meluangkan waktu untuk mampir dan baca ceritaku. Semoga betah sampai akhir.

Jangan lupa vote, komentar, dan bantu share cerita ini ke teman-teman kalian. Biar ramai.

Sekian ....

*****

Chiyo menyenggol lengan Alan. Ketika Alan menoleh, yang dia dapati adalah Chiyo tengah menaik-turunkan alis, menggodanya. Alan mendengus pelan, lalu memalingkan muka dengan keadaan telinga memerah karena malu.

"Kakak … siapa gadis tadi? Orang yang Kakak suka?" tanya Chiyo sambil cekikikan tidak jelas.

Saat ini Chiyo menunggu Fedro di ruangannya bersama Alan. Chiyo baru saja selesai menghadiri kelas.

"Pentingkah Nona mengetahuinya?" Alan balas bertanya.

Chiyo mengangguk semangat. "Tentu!" jawabnya tanpa ragu.

Alan menghela nafas. Dia teringat kejadian beberapa jam lalu, tepat ketika Alan mendengar suara yang amat dia kenali di pasar.

"Kakak Alan, hei!" Chiyo melangkah riang menghampiri Alan yang bergeming di tempat. Lurius mengekor pada Chiyo.

Di saat Chiyo tepat berada di samping Alan dan hendak menanyakan perihal kehadiran Alan di pasar yang jelas merupakan kejadian langka, suara lembut lebih dulu mengalun, menyapa Alan.

"Hai Alan, ingin membeli bunga lagi?"

Seorang gadis berpenampilan sederhana keluar dari toko, turut menghampiri Alan. Gadis itu tersenyum ramah, menyapa Chiyo dan Lurius pula.

"Kali ini kau membawa teman, Alan? Ku pikir kau masih suka menyendiri seperti dulu," kata gadis itu diiringi tawa merdu. Gadis itu cantik tanpa sedikitpun polesan make up, rambutnya cokelat bergelombang, dia tidak terlalu tinggi, terpaut beberapa centimeter dengan Chiyo.

Alan menghela nafas, mengangguk sambil melirik Chiyo dengan raut aneh.

Chiyo menatap gadis penjual bunga dan Alan bergantian. Sungguh mencurigakan!

Jangan-jangan ….

Mata Chiyo membelalakkan, namun dalam sekejap dia merubah ekspresi. Chiyo kembali mendalami peran sebagai bocah jahil.

"Maaf, saya adiknya Kakak Alan. Nama Kakak siapa?" tanya Chiyo sembari tersenyum manis, suaranya pun dibuat seimut mungkin.

Gadis itu mengulurkan tangan, disambut ramah oleh Chiyo. "Razeya," jawabnya.

"Saya Chiyo." Tautan tangan mereka terlepas.

Razeya memandang Lurius yang mengangguk sopan. "Lurius, teman satu akademi dengan Alan." Lurius yang peka turut mengenalkan diri, dia tidak berbohong karena dirinya dan Alan dulunya memang satu akademi.

Razeya mengangguk. "Aku baru tau Alan punya seorang adik." Lagi-lagi pandangan Razeya jatuh kepada Chiyo.

Pandangan Razeya beralih ke Alan yang tampaknya salah tingkah, lelaki itu memalingkan muka, memandangi bunga yang tertata rapi di depan toko—seolah itu merupakan objek menarik.

Chiyo nyengir lebar. "Bukan adik kandung, tapi saya sudah menganggap Kakak Alan seperti kakak sendiri. Benar bukan, Kak?" Chiyo menyenggol lengan Alan.

Alan yang kurang lebih paham dengan watak anak angkat dari sepupunya hanya mengangguk. "Ya, begitulah. Aku membeli bunga lili seperti biasa, Razeya."

Alan akhirnya angkat bicara. Jika tidak, Chiyo pasti akan menjadi-jadi. Gadis itu, sekalinya bertingkah susah dihentikan.

Razeya berbalik, mengambil bunga yang diinginkan Alan, lalu membungkusnya. Setelah membayar dan berbasa-basi, Alan menyeret Chiyo pergi. Lagi-lagi Lurius mengekor dan tidak banyak bicara.

Begitulah awal dari godaan-godaan yang dilayangkan Chiyo. Gadis itu penasaran siapa Razeya, ada hubungan apa dia dengan Alan?

Chiyo mengibaskan tangan, terlalu lama menunggu jawaban Alan yang justru saat ini melamun. "Ya, aku tau sulitnya mengutarakan rasa, terutama untuk seseorang yang kaku dan super sibuk seperti Kakak Alan."

Tiba-tiba Chiyo teringat Hendrick. Pria itu, dia tidak seganas seperti dulu saat bersama Chiyo. Walau ucapannya tetap pedas, tidak jarang julid terhadap Chiyo, setidaknya dia tidak keberatan dengan kehadiran Chiyo.

Alan membola mata, jengah. Nonanya super ingin tahu dan sering menyimpulkan sesuatu sesuka hati.

Alan yang malas mendebat memilih diam.

"Ah iya, jangan-jangan bunga-bunga di taman belakang adalah Kakak yang menanamnya?" Chiyo bertanya. Alan mengangguk.

Chiyo yang sudah main ambil kesimpulan tidak lagi bertanya-tanya mengenai Razeya. Ya, kesimpulan Chiyo, Razeya adalah seseorang yang disukai Alan.

*****

"Kau …." Fedro menatap Chiyo tidak percaya setelah mendengar permintaan anak gadisnya. Chiyo ingin belajar seni bela diri, dia ingin berguru pada Frey.

Fedro menarik tangan Chiyo, memintanya mendekat. Chiyo menurut, dia memelas. "Tidak boleh?"

Fedro menggeleng. "Bukannya tidak boleh, hanya saja mengejutkan mendengar permintaan ini dari bocah pemalas sepertimu, Chi."

Chiyo mendelik, tidak terima dikatai pemalas. "Chiyo bukan pemalas, walau tidak serajin Daddy!"

Fedro tersenyum. "Baiklah. Anak gadisku bukan seorang pemalas." Fedro mencubit hidung Chiyo. "Kenapa kau tiba-tiba ingin berlatih, apa Riu tidak menyenangkan dijadikan sebagai pengawal pribadi?"

Chiyo menggeleng, menyangkal dengan tegas. "Tidak! Kakak Liu sangat baik, dia juga tampan. Kehadirannya menyejukkan mata dan hati, jangankan pengawal pribadi, dia lebih dari menyenangkan untuk dijadikan pengantin pria untukku." Chiyo melantur.

Fedro mencubit pipi Chiyo, gemas. Anak ini, pemikirannya memang tidak wajar. "Tidak Daddy ijinkan, kau masih di bawah umur," kata Fedro.

Chiyo mengerjap, tangannya meraih sebelah tangan Fedro. "Jika tidak diijinkan berlatih, setidaknya ijinkan Chi menjalin hubungan dengan kakak Liu, dia adalah lelaki ida—aw! Daddy, berhenti mencubit pipiku!" Chiyo merengek.

Fedro menggeleng, gemas bukan main. Anaknya sangat suka berpikir yang tidak-tidak, ya? Apakah anak di luaran sana juga seperti Chiyo?

"Aku ijinkan berlatih, tapi tidak dengan menjadi pengantin wanita Riu."

Chiyo mendesah kecewa. "Padahal Chiyo sangat mengharap padanya."

Fedro tersenyum. "Tidak setelah kau cukup umur, Chi. Lagipula, kau belum tentu benar-benar menyukainya, mungkin saja itu sebatas rasa kagum. Anak kecil sepertimu belum waktunya memikirkan percintaan."

Chiyo membola mata. Rasa kesalnya karena tidak direstui Fedro dengan alasan belum cukup umur dalam sekejap sirna mengingat dirinya mendapat ijin berlatih bersama Frey.

Tetapi, ucapan Fedro ada benarnya.

Chiyo terkekeh, permintaan tentang Lurius memang cukup menggelikan. "Ya … sesuka apapun aku kepada kakak Liu, tetap saja Chi lebih menyukai Daddy!" Chiyo memeluk Fedro, membenamkan wajahnya di dada Fedro.

Fedro melebarkan senyum, dia sangat senang mendengar ungkapan Chiyo. "Ya, Daddy juga menyayangimu."

[To be continued ….]

Yaaaa … aku juga sayang Fedro. (Peluk sayang dari author buat Daddy Fedro yang tampan.) 🤗

Follow for support:
Wattpad: @MeRaa-
Instagram: @jst.sweetch (Sweetcho)

Next?

See you next chapter!

With love,
Me Raa

Hot Daddy, Take Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang