1.9 [Sacrifice]

3.6K 433 17
                                    

Allo! Hope you enjoy! Happy reading, guys!

Makasih buat kalian yang bersedia meluangkan waktu untuk mampir dan baca ceritaku. Semoga betah sampai akhir.

Jangan lupa vote, komentar, dan bantu share cerita ini ke teman-teman kalian. Biar ramai.

Sekian ....

*****

"Turuti perintahku atau nyawanya sebagai taruhan!" Sang bandit untuk sekian kali mengancam.

Lurius yang berencana untuk memberontak dan memanfaatkan celah sang bandit seketika mengurungkan niat. Lurius berusaha mengontrol diri, tetap tenang, jangan panik dan gegabah, Lurius memberi sugesti pada diri sendiri.

Sekian detik, Lurius bisa mengontrol emosi, otaknya dipaksa bekerja cepat, memikirkan solusi.

"Apa maumu?" tanya Lurius, kali ini dia lebih tenang, matanya menyorot lurus, memberikan sugesti lewat tatapan mata kepada Chiyo. Tatapannya melembut, memberi ketenangan. Dari tatapannya, seolah Lurius berkata semua akan baik-baik saja.

Chiyo yang semula bergetar ketakutan tertegun melihat tatapan lembut itu. Hei, tatapan itu tidak sesuai dengan keadaan yang tengah mereka alami saat ini.

Chiyo tidak paham, namun, seolah-olah mereka memiliki kemampuan untuk berbincang lewat tatapan mata. Chiyo pada akhirnya paham, Lurius ingin membuatnya tenang, dia akan menyelamatkan nonanya.

Chiyo dengan segenap kemampuan, berusaha menekan rasa takut, meyakinkan diri bahwa Lurius mampu mengatasi masalah yang mereka alami saat ini. Tetapi, jelas tidak mudah melakukannya, terutama ketika sebilah pisau siap menggorok lehernya kapan saja.

Bandit yang menyandera Chiyo tersenyum sinis. "Kau ingin gadis ini selamat?" tanyanya berbasa-basi.

"Cepat katakan maumu, jangan bertele-tele," ujar Lurius tidak senang membuang waktu dengan percuma.

Si bandit menyeringai, tampaknya mendapatkan solusi tepat untuk mengatasi Lurius. "Kau tidak ingin gadis ini terluka sedikitpun, bukan?"

Seringainya kian melebar, kemudian dia mengatakan keinginannya. "Mudah saja, kau cukup menyerahkan seluruh harta benda yang kalian bawa, juga—"

Bandit melirik satu per satu anak buahnya yang mulai berdiri, mereka yang tadinya tumbang kini siap melayangkan pukulan.

Lurius seolah paham, dia menghela nafas. "Ah, bandit memang selalu menyebalkan," batinnya.

Para bandit sepenuhnya mengepung Lurius, mereka menatap tajam pria tampan itu, dengan mata tajam menyiratkan keinginan balas dendam.

Lurius mempersiapkan diri, memantapkan hati. Ya, tidak masalah, demi sang nona, dia akan menanggung rasa sakit yang sebenarnya bisa dengan mudahnya dia hindari.

Lurius menatap Chiyo dalam, dia tahu sang nona berusaha mengontrol diri, menenangkan hati. Gadis manis yang wajib diapresiasi, setidaknya Chiyo mau berusaha mengatasi ketakutannya.

Untuk alasan sederhana, Lurius tersenyum tipis. Lurius mengucapkan sesuatu tanpa suara kepada Chiyo. Chiyo menatap serius dan berusaha mengartikan mimik Lurius.

Ketika paham maksudnya, Chiyo membelalakkan mata. Alarm bahayanya berbunyi nyaring. Bahaya, Lurius dalam bahaya!

Belum sempat Chiyo mencegah, sang bandit lebih dahulu menginterupsi.

"Diam dan nikmati pukulan dari mereka semua!" Sang bandit memberikan komando terhadap anak buahnya. Mereka serentak berlari ke arah Lurius, menyerang secara brutal.

Lurius diam di tempat, satu, dua, tiga, bahkan sampai tonjokan ke enam yang diberikan para bandit tidak membuatnya bergeser dari tempat, hingga dua orang bandit menyeruduk dari arah belakang, masing-masing mencengkeram satu lengan Lurius, mendorongnya hingga maju beberapa langkah. Lurius tidak sekalipun mengelak, menerima pukulan demi pukulan dengan sukarela. Lain halnya dengan Chiyo yang seperti orang kesetanan, memberontak dan menangis kencang, meneriakkan nama Lurius.

"BERHENTI, JANGAN PUKUL KAKAK LIU!"

"KAKAK LIU, JANGAN SEPERTI INI!"

"KAKAK!"

Teriakan Chiyo menggila dengan bertambah kejamnya para bandit yang tidak segan menghajar Lurius tanpa ampun. Pukulan, tendangan, tamparan, dan segala macam kekerasan yang bisa mereka lakukan dipraktekkan pada Lurius.

Selama kurang lebih sepuluh menit Lurius mampu berdiri walau tubuhnya terhuyung-huyung, jangan tanyakan bagaimana rupanya saat ini. Sudah jelas, tubuhnya dipenuhi lebam, darah mengucur dari sudut bibirnya. Matanya tanpa emosi, memandang lurus Chiyo yang memberontak ingin dilepaskan oleh bandit yang mencekalnya.

Seorang bandit memukulkan sebongkah batu pada pelipis Lurius, sontak saja membuat pria itu tumbang untuk pertama kalinya. Tumbangnya Lurius menambah sorak-sorai para bandit, kian bersemangat menghajar Lurius.

"TIDAK, JANGAN SAKITI KAKAK LIU!" mohon Chiyo dengan bercucuran air mata.

Bandit yang menyanderanya terkekeh, senang melihat kejadian di hadapannya. "Itu balasan karena dia terlalu sombong, Nak."

Chiyo memukul-mukul tangan bandit, sayang itu tidak ada apa-apanya bagi bandit tersebut. Dia dengan mudah mengatasi Chiyo.

"Kak Liu tidak sombong! Kau yang tidak memiliki hati, jangan sakiti dia!"

"Heh? Itu pilihannya, dan seorang pria tidak suka ketika pilihannya diragukan, apalagi oleh seorang gadis lemah sepertimu," ujar bandit.

Sang bandit mencengkeram dagu Chiyo, memaksa gadis itu menatap langsung bagaimana ketika Lurius disiksa, dikeroyok habis-habisan oleh para bandit.

Memberontak pun percuma, tenaga Chiyo seolah meluap, entah hilang kemana. Yang dia bisa hanya menangisi Lurius yang tidak sedikitpun melakukan perlawanan.

Satu-dua bandit menyingkir, sudah merasa puas menghajar Lurius, sisanya masih asik memukul, bahkan menginjak tubuh Lurius yang terbaring lemah di tanah.

Salah seorang dari mereka meminta dua temannya memegangi kedua tangan Lurius, memaksanya berdiri. Setelahnya, dia menonjok perut Lurius habis-habisan, tidak lupa wajah Lurius juga menjadi samsak tinjunya. Dia, tampaknya yang paling bersemangat di antara teman-temannya.

Dia berteriak memaki teman sesama bandit yang hendak ikut campur dalam permainannya, tidak ingin diganggu.

"Biarkan aku bermain dengan mainanku sampai puas, jangan ada yang berani mengganggu!" titahnya bak pemimpin. Semua menurut.

Chiyo kian tersedu-sedu, kondisi Lurius terlampau menyedihkan. Parahnya lagi itu gara-gara Chiyo, dan dia tidak mampu berbuat apa-apa untuk menolong Lurius.

"Kakak …."


[To be continued ….]

Kasian Kakak Liu :(

Follow for support:
Wattpad: @MeRaa-
Instagram: @jst.sweetch (Sweetcho)

Next?

See you next chapter!

With love,
Me Raa

Hot Daddy, Take Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang