1.8 [Nona]

3.6K 455 8
                                    

Allo! Hope you enjoy! Happy reading, guys!

Makasih buat kalian yang bersedia meluangkan waktu untuk mampir dan baca ceritaku. Semoga betah sampai akhir.

Jangan lupa vote, komentar, dan bantu share cerita ini ke teman-teman kalian. Biar ramai.

Sekian ....

*****

Alan termenung, ada sesuatu yang terlupakan. Fedro mengerutkan kening, ada apa dengan sepupunya?

"Ada masalah?" tanya Fedro.

Alan diam sejenak, lantas menggeleng pelan—agak tidak yakin. "Sepertinya aku melupakan sesuatu, Fed."

Fedro memandang kasihan Alan. "Alan, mungkin ini sudah saatnya kau mencari pendamping. Umurmu sudah tua, lihatlah, bahkan kau menjadi pujangga yang pelupa."

Alan mendengus. "Umurku baru dua puluh tahun, Fed."

Fedro mengedikan bahu. "Entah bagaimana nasibmu di umur lima puluh tahun nantinya, Alan."

"Kau meragukan ku?"

*****

Di sisi lain, Lurius sedang bertarung dengan para bandit yang tanpa segan mengeroyok secara bersamaan. Licik dan curang!

Beruntungnya Lurius ahli di bidang beladiri, ini bukan masalah besar baginya.

Dua bandit serentak menyerang dari arah depan, Lurius dengan mudah mengindari dan menepis pukulan beruntun dua bandit itu.  Di saat yang sama, satu bandit lainnya menyerang dari arah belakang, Lurius lantas berbalik cepat dan menendangnya.

Satu bandit berusaha menyusup ke belakang Lurius, tepatnya ke dalam kereta kuda dimana Chiyo berada. Lurius lekas menariknya mundur, dia dorong bandit itu hingga menabrak dua bandit tadi.

Bandit yang Lurius tendang bangkit, hendak menyerang dari belakang untuk kedua kali, tetapi lagi-lagi Lurius menggagalkan rencana. Lurius mengelak, memberikan dua pukulan beruntun di perut dan rahang si bandit.

Bandit tersebut mengerang, nyeri bukan main pukulan yang Lurius berikan. "Arghh, sialan!"

Bandit-bandit lain yang semula hanya berdiri dan diam menonton, satu per satu mendatangi Lurius dengan amarah. Mereka serentak menyerang Lurius. Sayangnya, Lurius tidak semudah itu dikalahkan.

Pukulan demi pukulan Lurius hindari, sesekali dia balas memukul, menendang, atau tidak segan menginjak tubuh bandit yang terkapar setelah dia pukul.

Teriakan, umpatan, dan suara gaduh saling memukul mengisi keheningan hutan. Semilir angin dan suara antara daun dan ranting yang bergesekan turut mengisi keheningan.

"Sialan, siapa lelaki ini, dia keras kepala!"

"Lihatlah, dia tidak terluka sedikitpun!"

"Sial, dia sangat hebat!"

Suara para bandit saling bersahutan, menunjukkan kekesalan mereka atas kehebatan Lurius yang bahkan tidak tampak terdesak sekalipun dikepung banyak orang. Pria itu tetap tenang, melawan dengan fokus, menerapkan teknik bertarung yang dia pelajari di akademi dengan sebaik-baiknya.

Tetapi, Lurius melakukan satu kesalahan. Lurius terlalu fokus pada para bandit yang serentak menyerangnya. Hingga tanpa sadar posisi Lurius menjauh dari kereta kuda tempat Chiyo berada. Dia tidak menyadari, ada seorang bandit yang diam-diam menyusup ke dalam kereta, menyandera Chiyo.

"Kakak Liu!" Fokus Lurius pecah saat mendengar suara Chiyo. Dengan brutal dia memukul empat bandit yang masih berdiri melawannya. Satu bandit terakhir dia tendang hingga terpental menabrak pohon.

Lurius membalikkan badan, matanya membola melihat seorang bandit menahan pergerakan Chiyo. Nonanya disandera!

"Nona!" pekik Lurius penuh rasa khawatir, apalagi wajah ketakutan Chiyo terasa menyakitkan bagi Lurius. Dia harus menolong nonanya.

Baru satu langkah, Lurius dihentikan oleh teriakan bandit yang menyandera Chiyo. "Berhenti, atau aku putuskan leher gadis ini!" Bandit tersebut mengeluarkan sebilah pisau dari kantong, kemudian dia arahkan ke leher Chiyo.

Mata Lurius berkilat menahan emosi. Bagaimana ini?

"Jangan sakiti Nonaku, bandit sialan! Lepaskan Nonaku!" teriak Lurius penuh emosi. Dia menginjak tubuh bandit yang terkapar di hadapannya.

"Eitss, jangan bergerak! Jangan keras kepala atau dia akan meregang nyawa!" Bandit tersebut melirik Chiyo.

Chiyo menatap memohon sekaligus ketakutan pada Lurius, "Tolong, selamatkan aku, Kakak!"

[To be continued ….]


Selamat hari raya idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin.

Maaf, saya belum terlalu jago buat adegan perkelahian, jadi feel-nya biasa aja. Semoga bisa lebih baik kedepannya.

Follow for support:
Wattpad: @MeRaa-
Instagram: @jst.sweetch (Sweetcho)

Next?

See you next chapter!

With love,
Me Raa

Hot Daddy, Take Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang