Allo! Hope you enjoy! Happy reading, guys!
Makasih buat kalian yang bersedia meluangkan waktu untuk mampir dan baca ceritaku. Semoga betah sampai akhir.
Jangan lupa vote, komentar, dan bantu share cerita ini ke teman-teman kalian. Biar ramai.
Sekian ….
*****
Hari ini Bibi Tal membebastugaskan Chiyo, jadi gadis itu jalan-jalan mengunjungi setiap sudut kota. Hitung-hitung menghafal jalanan ibu kota kerajaan.
Lelah jalan-jalan, Chiyo mampir untuk membeli teh di sebuah kedai.
Chiyo bertopang dagu, menatap bosan anak-anak yang berebut antrean membeli minuman yang entah apa itu namanya. Chiyo menyebutnya sirup, karena itu warna-warni dan memiliki rasa yang berbeda-beda setiap warnanya. Mirip sirup!
Chiyo kali ini kembali fokus pada secangkir teh yang dia pesan. Matanya menatap serius koran dengan berita terbaru. Dia tidak terlihat seperti anak seusianya yang sibuk bermain, sedangkan dirinya berkutat dengan koran.
Saking fokusnya dengan koran yang dia bawa, Chiyo sampai-sampai tidak menyadari kehadiran seorang pria berjas hitam yang duduk di sampingnya.
"Apa koran itu terlihat lebih menggiurkan daripada secangkir teh milikmu, Nona?" tanya orang itu.
Chiyo tersentak. Dia menoleh ragu-ragu, kemudian memundurkan wajahnya cepat begitu menyadari jarak wajahnya dan pria itu sangat dekat.
Chiyo menggeser posisi duduknya, kelakuan yang tanpa sadar membuat pria tersebut terkekeh geli. Lucu saja menurutnya ekspresi gadis kecil yang tampak gugup dan salah tingkah.
"Jadi, bagaimana Nona?" tanyanya lagi.
Chiyo mengerjap. Wajahnya berubah datar, dia tidak menyukai orang yang sok dekat kepadanya. "Bagaimana apanya?"
Pria itu berkacak pinggang, memasang wajah sok kesal. Namun, sebuah senyum penuh arti dia sunggingkan. "Apa yang menarik dari koran itu? Mungkin kau bisa sedikit berbagi isinya?"
Chiyo melipat korannya, matanya memicing. "Kau tidak terlihat seperti orang yang kekurangan uang sampai tidak bisa membeli koran seharga sekeping koin perak ini. Atau jangan-jangan … kau berniat mendekatiku?" tanya Chiyo penuh selidik.
Mata pria itu mengerling, tidak tersinggung. "Tentu, kau sangat menarik untuk diabaikan, Nona manis." Tangannya terulur, meraih rambut perak Chiyo. Dengan segera tangan itu ditepis.
"Kau!" Chiyo menunjuk wajah pria itu. Kurang ajar! Jangan mentang-mentang dia anak kecil sehingga bisa dilecehkan siapa saja. Chiyo punya harga diri tinggi walau dia hanya seorang pengamen jalanan.
Wajah galak Chiyo terlihat menggemaskan dimatanya.
"Kau semakin terlihat menggemaskan ketika marah, Nona," ujar pria berjas itu jujur.
Chiyo yang sudah merasa risi bukan main meraih kasar tehnya, lalu diminum dengan cepat, tanpa memperhatikan etika atau sopan santun. Dia ingin lekas pergi dari pria sok kenal dan sok dekat ini.
Wajahnya memang tampan, tapi sikapnya itu loh … menyebalkan! Chiyo paling tidak suka dengan manusia sok akrab. Jujur saja, Chiyo dulunya introvert, tetapi di dunia ini dia berusaha untuk menjadi gadis ekstrovert. Tapi bukan berarti Chiyo mau didekati siapa saja, Chiyo hanya menginginkan hot daddy-nya.
Apalagi … jika pria itu mendekati Chiyo yang berfisik anak gadis, jangan-jangan pria itu pedofil? Dan Chiyo adalah incarannya?
Oh tidak! Chiyo semakin ketar-ketir. Sifat tersembunyi Chiyo lainnya, dia parnoan.
Dengan buru-buru Chiyo turun dari kursi, kemudian berjalan cepat keluar dari kedai. Itu semua tidak luput dari perhatian si pria berjas yang tentunya semakin merasa gemas.
"Gadis kecil yang menarik." Senyum misterius terbit di bibirnya.
"Sepanjang hidupku, baru kali ini aku melihat anak gadis tertarik dengan koran yang bahkan tidak pernah terjamah oleh orang dewasa sepertiku."
*****
Chiyo menatap was-was ke belakang, takut-takut orang aneh tadi mengikutinya. Jika benar pria tadi pedofil, Chiyo tidak akan segan-segan melawan.
Chiyo bernafas lega. Untung saja pria tadi tidak mengikutinya. Bisa repot urusannya jika dia diikuti pria tadi.
Wajah Chiyo kembali cerah, dia berhenti di sebuah bangku taman. Lagi-lagi, dia membuka koran dan fokus membaca.
Ada berita yang sangat menarik perhatian Chiyo.
Putra mahkota, Hendrick Emanuele akan mengunjungi alun-alun kota esok hari. Wah, jelas ini merupakan kesempatan emas yang tidak boleh dilewatkan oleh Chiyo.
Sebenarnya Chiyo sudah membuat rencana agar bisa melihat live streaming hubungan duo hot daddy kesayangannya dari jarak dekat. Membayangkannya saja membuat Chiyo senyum-senyum tidak jelas.
Katakan saja Chiyo gila karena bisa-bisanya bersemangat membayangkan kisah romantis dua pria tersebut. Ingin pun menghujat, tetapi jiwa fujoshi Chiyo sudah kebal hujatan.
Jadi, Chiyo berniat menjadi pekerja di kediaman Fedro, hot daddy kesayangannya—dengan dua tingkat lebih tinggi dibandingkan rasa sayangnya kepada Hendrick.
Fedro yang merupakan seorang seme dalam alur novel 'Love of Hendrick' jelas memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan Hendrick yang memiliki peran sebagai seorang uke. Membayangkan adegan dua pria hot itu membuat Chiyo panas dingin.
Chiyo tersenyum, yang jelas senyum itu tidak cocok dengan tampang imutnya. Mana ada seorang gadis manis yang memasang senyum mesum seperti yang dilakukan Chiyo saat ini?
Ya, mungkin hanya Chiyo seorang yang berlaku demikian. Seorang fujoshi garis keras yang pemikirannya terkadang tidak bisa didefinisikan, saking anehnya!
Lamunan Chiyo buyar kala seseorang menepuk pundaknya dan berkata, "Senyum itu tidak cocok dengan wajah manis Anda, Nona."
Mata Chiyo membelalak begitu melihat pria tadi tepat di sampingnya. Mampus!
Chiyo harus apa?
[To be continued ….]
Fujo ketemu pedo, gimana jadinya?
Follow for support:
Wattpad : @MeRaa-Instagram: @jst.sweetch (Sweetcho)
Next?
See you next chapter!
With love,
Me Raa
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Daddy, Take Me!
FantasíaChiyo terbangun dari kematian. Padahal, Chiyo ingat jelas jika dirinya terjatuh dari tebing kala melakukan pendakian bersama teman-teman kampusnya. Jatuh dari tebing, seharusnya dia sudah mati. Namun ... kenapa dia justru bertransmigrasi?! Chiyo, se...