3. First Meet

8.1K 686 70
                                    

Hai, kembali lagi👋

Dukungan kalian sangat berarti untuk seorang penulis maka dari itu jangan lupa vote dan komennya 😉

Jangan lupa share juga ya

Enjoy Guys

-
-
-

"Tungguuu..."

Seorang gadis yang dipenuhi peluk keringat di wajahnya berlari dengan cepat di seberang sana. Ia memegang erat-erat tali tasnya seraya menerpa dalam doa.

Tetapi satpam sepertinya menulikan pendengarannya dan tidak peduli akan teriakan gadis itu. Ia terus menutup gerbang.

Ohhh tidakkk. Jeritnya dalam hati seraya menambahkan kelajuan pada larinya.

Terlambat. Lelaki berpakaian satpam itu sudah menutup rapat pagar sekolah padahal tinggal beberapa langkah lagi ia bisa masuk ke dalam.

Ia menarik nafas, menetralkan detak jantungnya yang kencang.

"Pak," protes Aurel saat detak jantungnya normal.

Pak satpam itu menggeleng. "Tidak bisa, Rel," sela Pak satpam tahu maksud Aurel.

Pak satpam itu mengenal dengan baik siswi yang berdiri di depannya. Murid yang sering masuk dalam daftar bk.

Aurel menghela napas gusar. "Pak, enggak kasian apa gadis cantik kayak Aurel dibiarin berdiri panas-panasan di sini?"

Pak satpam tertegun melihat puppy eyes milik Aurel. "Maaf ya Rel tapi bapak lebih kasian kalau bapak kehilangan pekerjaan," ucap Pak satpam tak enak hati.

Aurel mengangguk pasrah. Bibirnya melengkung ke bawah dengan wajah sedih.

Ia melihat ke belakang sadar tidak ada murid lain yang terlambat. Hanya ia sendiri yang berada di luar.

"Cuma gue yang terlambat?" Gumamnya.

Paru baya itu mengangguk. "Makanya jangan terlambat."

Aurel cengar-cengir membalas ucapan dari paru baya itu. "Hehehe, enggak bisa pak, kasur Aurel enggak izinin Aurel jauh-jauh darinya."

Disela tawanya, tak sengaja matanya melihat guru bk itu berjalan ke arah sini. Ia menelan ludah, suasana berubah menjadi horor sekarang walau masih pagi.

"Bu Ranti datang," gumamnya lalu menggigit bibirnya.

"Pak mau dengar gombalan Aurel enggak sebelum dieksekusi sama bu Ranti?"

Pak satpam lantas menoleh ke belakang lalu kembali menatap Aurel.

"Boleh."

"Dunia ini pahit, bapak tau enggak yang manis itu cuma ada di mana?"

Pak satpam tampak berpikir, mencoba menerka jawaban. "Gula?"

Aurel menggoyang-goyangkan jari telunjuk. "Bukan."

"Tebu?"

"Bukan."

"Jawabannya gampang lho, semua orang pasti tau."

"Hmm... Pak Haikal deh jawabannya."

Aurel memasang wajah geli mendengar jawaban dari pak satpam itu.

"Bukan."

"Bukan? Masa sih?"

Aurel menahan kedutan di sudut bibirnya, melihat laki-laki paru baya itu menyisir rambut menggunakan sela-sela jarinya agar terlihat keran.

SAGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang