Ketiga siswi menelusuri lorong kelas, melewati gerombolan para murid lainnya yang berhamburan keluar dari kelas masing-masing. Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu tapi tetap saja ramai, membuat Lyra berdecak.
"Toh gitu tadi setengah jam kita nunggu di kelas," gerutu Lyra, menghela nafas frustasi. "Gara-gara bocah nih satu yang pengen cepat pulang," lanjutnya, menoleh ke samping.
Lah orangnya malah senyum-senyum sendiri, batinnya. Lyra merotasikan matanya merasa kesal karena sejak pagi Aurel terus mengembangkan senyumnya, sampai Lyra merasa capek sendiri melihat Aurel tersenyum seperti itu. Ada apa dengan temannya yang satu ini?
"Teman lo udah gila," bisik Lyra pada Zia.
"Udah dari dulu," sahut Zia cuek tetapi terdengar lucu di telinga Lyra.
"Kampret," ujar Lyra menyenggol bahu Zia. Lyra mengalihkan pandangannya ke depan, senyum miringnya tercetak begitu saja. Lalu menatap Aurel yang masih sibuk dengan pikirannya.
Lyra mundur selangkah seraya meraih pergelangan Zia dan menariknya ke belakang. Kedua orang itu menyingkir ke sebelah kanan karena kerumunan di depan sana berjalan semakin dekat.
"Gue nggak mau rempong bantuin lo kalo Aurel marah sama lo nantinya," ujar Zia yang hendak menarik Aurel tetapi terhenti karena Lyra melarangnya.
Lyra mengangkat tinggi jempolnya. "Lo tenang aja."
"Dia bahkan gak dengar berisik di sekitarnya," celetuk Lyra tersenyum lebar. Harapannya yang ingin Aurel bertabrakan dengan Raga kemudian cowok itu menangkap Aurel dengan sangat romantis. Gambaran itu membuat Lyra cekikikan, adegan romantis antara Aurel dan Raga yang notabenenya musuh, siapa yang menyangka? Namun, gambarannya itu hanya akan ada di kepalanya karena sapaan dari Tio.
"Halo cantik." Tio melambai-lambaikan tangan pada Aurel dengan senyum genit. Tentu saja sapaan dan suara berisik di depannya membuat Aurel tersentak kaget. Aurel menoleh ke kanan lalu ke kiri, mencari-cari kedua sahabatnya dan menghiraukan sapaan Tio.
Dasar teman laknat. Aurel menggerutu dalam hati masih sibuk celingak-celinguk.
"Aurel," panggil Tio bernada, tepat di depan wajah Aurel.
"Apaan sih?" Aurel menamplok wajah Tio.
"Garang amat sih neng," cibir Tio memegang wajahnya, mengundang tawa kecil teman-temannya.
"Lo sih, udah tau dia sensitif dekat kita," sahut Ryan menyenggol pundak Tio.
"Si penghancur mood," kata Aurel kala tak sengaja menatap Raga, padahal cowok itu tidak ada mengatakan apapun. Senyum yang sejak kemarin terbit kini terbenam hanya karena bertatapan dengan cowok yang bernama Raga.
Raga mendengus. "You too."
Aurel mendelik. "Apa maksud lo you too you too?"
"Gue pikir cuma mulut lo aja kosong ternyata otak lo juga kosong alias B-E-G-O," ejek Raga, tersenyum remeh pada gadis petakilan itu.
"WHAT!" pekik Aurel tak terima.
Melihat pertengkaran antara kedua orang itu membuat para murid yang mengikuti kelima pentolan tadi dan murid yang disekitarnya menghela nafas secara bersama-sama. Sudah menjadi rahasia umum di kalangan sekolah bahwa Aurel dan Raga merupakan tom jerry-nya sekolah candle. Tiap bertemu selalu bertengkar. Mereka bahkan belum pernah melihat mereka berbicaralah dengan tenang. Satu-persatu dari mereka bubar, tidak minat mendengar pertengkaran Aurel dan Raga.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA
Teen Fiction"Aku tunggu kamu sampai beranjak dewasa, my little girl." ~Sagara Alexander Pratama. ••••• "Eum... Nama gue? Hmm... Gimana kalau panggil sayang aja biar om bisa ingat terus sama gue." ~Rosalind Aurellia Daisha. ••••• Yuk, langsung baca dan jangan lu...