10.00
Kamar seorang lelaki yang hanya diterangi oleh sinar matahari yang menyelinap masuk. Si pemilik kamar tak kunjung bangun dari mimpinya, tampaknya dia enggan membuka mata. Lelaki yang terkenal disiplin tersebut, tidur kesiangan seperti ini. Bagaimana tidak, dia mengobrol sampai subuh dengan Naura.
Gara menggeliat bersamaan ketukan pintu terdengar berulang kali. Matanya mengerjap-ngerjap, mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk. Lalu mendudukkan tubuhnya.
Gara merenggangkan otot-ototnya yang kaku. Sudah berapa lama dia tidak bangun kesiangan seperti ini? Kala mengingat alasannya lama bangun, dengan pergerakan cepat dia menoleh ke laptop yang layarnya menampakkan seorang perempuan tertidur pulas. Gara mengembangkan senyum tipis kala perkataan Naura terlintas di kepalanya; kita taruhan, lo tidur lebih dulu dari gue. Nyatanya Naura lah tidur lebih dulu.
"Lo gak dengar gue gedur-gedur pintu?" tanya Raga kesal, menyelonoh masuk setelah mendapatkan kunci cadangan dari sang bunda. Karena abangnya itu tidak kunjung membuka pintu.
Gara tersentak, sontak menatap Raga yang berpakaian santai. "Lo gak sekolah?"
"Malas," sahut Raga enteng. Dia menjatuhkan tubuhnya ke kasur, yang langsung ditepis oleh Gara. Namun, Raga menghiraukannya. Senyum Raga mekar saat matanya menatap layar laptop.
"Cie ada yang sleepcall nih," kata Raga menaik-turunkan alisnya. "Owh, jadi ini alasan lo bangun lama, bolos kerja lagi." Raga menggeleng-geleng.
Gara menaplok muka menyebalkan itu. "Berisik!"
Raga mengubah posisinya menjadi duduk, tangannya mengusap-usap wajah. Raga melirik sinis abangnya.
"Apa?"
Mendengar itu, Raga membuang muka. Dia memandangi layar laptop, di sana tidur Naura tidak terganggu sama sekali. Naura tampak sangat damai. Naura, satu-satunya perempuan asing yang bisa berdekatan dengan Gara dan memiliki status sebagai sahabat. Perlu diingat, Gara tidak suka berdekatan dengan perempuan lain semenjak di hari kelulusan, puncaknya ketika kedua orang tuanya sering menjodohkannya.
Raga penasaran apa yang dilakukan Naura dan seberapa besar usaha perempuan itu mendapatkan posisi seperti saat ini?
Raga menoleh ke samping tiba-tiba. "Kenapa lo gak pacaran aja sama Naura? Daripada nganggur tuh hati di umur segini," ujarnya, "gue udah nunggu lama kalian punya hubungan lebih dari sahabat."
"Gue juga udah nunggu lo sama tuh gadis centil," ujar Gara datar.
Bibir Raga bergerak mengejek sang abang. "Kalo gue jadian sama dia, lo mau pacaran sama-" Raga menunjuk layar laptop menggunakan dagunya. Kemudian Raga menoleh ke Gara yang sedang menatap perempuan yang dianggap sebagai sahabatnya.
Gara cukup lama menatap layar laptop membuat Raga pengen tau apa yang sedang dipikirkan abangnya itu. Apakah begitu susah bagi Gara menjawab pernyataannya? Bahkan Raga pernah menanyakan hal yang sama beberapa kali tapi hanya kediaman yang didapatkan. Apa kali ini Gara juga diam, tidak menjawab?
🍭🍭🍭
Naura menatap kagum dirinya di depan cermin besar. Dia menelisik penampilannya yang tak pernah gagal. Dengan sentuhan terakhir, dia mengoleskan lip tint di bibirnya.
"Beautiful," gumamnya, mengedipkan sebelah mata. Naura keluar dari kamar, dan langsung berjalan menuju halaman rumah, menunggu sahabatnya di sana.
Naura sudah tak sabar bertemu dengan sahabatnya. Perempuan bersurai biru gelap tersebut akan berlari dalam pelukan hangat orang itu, dan akan memeluknya sangat erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA
Teen Fiction"Aku tunggu kamu sampai beranjak dewasa, my little girl." ~Sagara Alexander Pratama. ••••• "Eum... Nama gue? Hmm... Gimana kalau panggil sayang aja biar om bisa ingat terus sama gue." ~Rosalind Aurellia Daisha. ••••• Yuk, langsung baca dan jangan lu...