20. Dapat Nomor Cogan & Elang

784 62 8
                                    

"Bagi nomor abang semalam dong."

Raga terkekeh sinis dalam hati. Seharusnya ia tidak lupa bagaimana gadis di depannya ini. Seharusnya ia sadar dengan perbuatan baik yang dilakukan gadis petakilan itu hanya sebagai manisan awal untuk mendapatkan keinginannya.

"Mau ya." Aurel menampilkan wajah berharap dengan mengerjap-ngerjapkan matanya.

Raga membuka mata, menunduk agar bisa melihat Aurel. Jika melihat wajah Aurel seperti ini terlihat sangat gemas diusianya sekarang.

"Nggak mau!"

Aurel memberhentikan kegiatan kipas-kipasnya mendengar penolakan cowok itu. Bola matanya membesar.

Refleks Aurel mengubah raut wajahnya dengan memelas. "Mau dong," bujuknya sekali lagi.

Raga menggeleng dengan tegas.

"Kenapa?"

"Privasi."

Aurel mendengkus kesal mendengarnya.

"Jangan nyebelin deh."

"Lo yang nyebelin. Lo rayu gue pake ngelap keringat sama kipasin segala." Raga membalasnya dengan tatapan sinis.

Aurel bungkam. Emang susah banget membujuk cowok yang menyebalkan seperti Saraga Akalanka Pratama. Apa yang harus Aurel lakukan? Masa beliin dia permen kapas? Emangnya cowok menyebalkan itu masih anak-anak.

Sekali lagi. Aurel akan coba.

Aurel mengangkat kepala, menatap lekat mata cowok itu dengan puppy eyes. Jurusan andalannya keluar.

"Mau ya kasih nomornya?"

"Jawaban gue tetap kayak tadi." Raga kekeuh dengan jawabannya. Namun jurusan andalan Aurel tidak mempan sama sekali pada Raga.

"Pelit amat sih lo! Kalau enggak karena dia telpon, gue ogah bujuk-bujuk lo," dumel Aurel kesal. Dia menyilangkan tangan di depan dada. Sudah. Aurel yang hanya punya kesabaran sebesar butiran pasir meluapkan kekesalannya.

"Ya udah lo tunggu aja dia sampai nelepon."

Raga menghadapkan diri ke tiang bendera lalu menghormat bendera. Tidak ingin menatap Aurel.

Aurel mengerucutkan bibirnya kesal. Ingin sekali dirinya mengumpat dan berteriak keras di telinga Raga agar cowok itu kesakitan tetapi... Mulutnya berkata lain.

"Raga," Aurel memanggil Raga bernada.

Raga melihat Aurel dari sudut matanya.

"Bagi nomor abang semalam dong. Bagi, bagi, bagi." Dengan keras kepalanya Aurel tetap meminta dengan membujuk Raga yang pasti ditolak oleh cowok itu. Aurel tetaplah Aurel. Jangan lupakan slogan yang selalu berkibar untuknya yaitu: Ada cogan, disitu ada Aurel. Pantang mundur kalau nggak dapat cogan.

Raga menghiraukannya, tak peduli. Tetapi...

Raga merasakan telinganya berdenyut karena suara cempreng Aurel yang terus memanggilnya dan mengatakan bagi, bagi, bagi berkali-kali.

SAGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang