Dengan pergerakan refleks Aurel membuang muka. Tidak ingin bertemu dengan tatapan sinis itu. Selama Naura menjelaskan bagaimana mereka bertemu, Aurel hanyut dalam pikirannya. Hati dan otaknya sedang bertarung. Hatinya sejak tadi ingin membagi kerinduan pada Gara. Sementara otaknya melarang. Ada gengsi di dalam sana, ada harga diri yang harus ia pertaruhkan. Dia tidak ingin Gara menganggapnya sebagai pengganggu. Aurel ingin sekali Gara menganggapnya sebagai warna dalam kehidupan lelaki itu. Terdengar mustahil. Jika ingin hal itu nyata Aurel harus bersiap menghadapi sikap dingin dan situasi seperti lima hari yang lalu. Namun, dengan satu bentakan saja Aurel ingin menangis. Bagaimana kalau ia mendapatkan lebih banyak lagi dari lelaki itu?
Yang mana harus ia dengar? Hati, yang sudah pasti dia harus siap menerima sikap dingin sang pujaan hati dan menerima dirinya tidak dianggap oleh Gara. Atau logika, dimana tidak ada rasa sakit dalam lubuk hatinya yang mungil.
Jika ia harus menuruti logika dan egonya, maka Aurel harus siap mengubur perasaannya dan merelakan sang pujaan hati diambil perempuan lain.
Tidak, tidak, tidak. Membayangkan itu saja Aurel tidak sanggup. Gara bersama perempuan lain? Aurel sontak menggelengkan kepala mencoba menghilangkan bayangan itu di kepalanya. Melihat Gara digandeng Naura saja sudah membuat hatinya memanas.
Dia tidak ingin mengambil resiko kehilangan lelaki itu. Tidak ingin. Aurel tidak mengerti kenapa hatinya ini sudah terpaku sangat dalam pada Gara dalam waktu yang sesingkat ini. Kenapa?
Padahal Aurel hanya ingin membungkam sikap sok jual mahal Gara di hari pertama mereka bertemu. Karena harga diri dan egonya tergores saat Gara menolak gombalannya, juga perkataan-perkataan dingin itu. Tidak terpikir sama sekali oleh Aurel, perasaannya mekar begitu cepat.
Dari mencoba-coba menjadi bersungguh.
Aurel mengangguk mantap. Aurel akan mendengarkan suara hati mungilnya. Dia akan abaikan rasa sakit itu nantinya. Dia akan mengabaikan gengsinya dan siap bersaing dengan Naura merebut hati Gara, bahkan dengan perempuan lain yang mencoba merebut Gara darinya.
“Sudah, ngerti?” Naura menaikkan sebelah alisnya setelah selesai bercerita.
Leo, Altai, dan Azka mengangguk-angguk secara serentak.
“Oke, diskusi selesai,” ucap Leo menggerakkan tangan ke samping. Senyumnya mengembang lebar.
“Yang ini lo serius?” tanya Azka tiba-tiba. Pandangannya tertuju pada Luca dan gadis imut di samping.
“Emang dia bisa serius?” Naura menyahut diiringi dengan tawa kecil. Sudah umur yang cukup matang Luca belum juga bisa berkomitmen dengan satu perempuan dalam waktu lama.
Luca menatap Aurel dengan kepala miring. “Gimana, sayang? Lo mau gue seriusin?” Luca bertanya menggenggam tangan ceweknya. Jari jempol Luca mengelus lembut buku tangan Aurel.
Leo bergidik jijik melihat aura sok lembut sahabatnya itu. Dasar fuckboy.
Aurel hanya berdehem sebagai responnya dengan sebagian pikirannya masih tertuju pada Gara.
“Semua cewek lo selalu bilang mau diseriusin tapi lo gak niat sama sekali,” celetuk Azka. “Walaupun lo bilang bakal seriusin mereka,” dengus Azka kesal.
“Karena mereka juga cuma main-main,” sahut Luca santai dengan posisi tangan masih menggenggam tangan Aurel.
Leo tertawa renyah mendengar ucapan yang keluar dari mulut Luca. “Denial amat bang.”
Altair melempar tutup botol yang berada di atas meja pada Luca. “Pala lo botak! Lo doang yang main-main sama mereka,” cibik Altair sinis. Semua orang juga tahu siapa yang serius dan siapa yang main-main. Seorang Luca tidak akan pernah bisa berkomitmen dengan satu pasangan. Sejak pertama kali melihat Luca, mereka sudah menduga kalau Luca memiliki banyak cewek karena aura playboy lelaki itu sangat terpancar. Jadi hanya sedikit kemungkinan seorang playboy seperti Luca serius menjalin hubungan.
![](https://img.wattpad.com/cover/297899797-288-k431584.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA
Teen Fiction"Aku tunggu kamu sampai beranjak dewasa, my little girl." ~Sagara Alexander Pratama. ••••• "Eum... Nama gue? Hmm... Gimana kalau panggil sayang aja biar om bisa ingat terus sama gue." ~Rosalind Aurellia Daisha. ••••• Yuk, langsung baca dan jangan lu...