“Om?” pekik Aurel tertahan dengan wajah cemberut. Kakinya yang pendek melangkah maju pada kedua orang itu, lebih tepatnya pada Gara.
Gara menghela nafas berat. Kedua matanya terpejam sejenak ketika gadis centil itu mulai dekat. Gara baru menyadari kalau beberapa hari terakhir dia selalu dipertemukan dengan Aurel baik sengaja maupun tidak sengaja. Dan sekarang gadis itu berdiri tepat di depannya, di rumah sang mama. Apa lagi tujuan Aurel datang ke sini setelah date dengan lelaki lain kemarin?
Senyum miring tercetak di sudut bibirnya, mengingat momen di restoran kemarin. Ck.
“Om selingkuh?” tanya Aurel dengan mata melotot pada perempuan yang berdiri di samping Gara. Kemudian beralih menatap lelaki yang menjulang tinggi di hadapannya.
Mendengar itu, Gara mengernyitkan keningnya. Apa yang sedang dibicarakan gadis centil itu? Siapa yang selingkuh?
“Apaan sih?” hardik Gara tak suka.
Naura tampak bingung dengan sahabatnya dan satu cewek yang terlihat seperti anak-anak. Dia hanya bisa menatap bergantian kedua orang itu, dengan kening berkerut. Selingkuh? Gara selingkuh? Naura bergumam dalam hati.
“Apaan apa?” kesal Aurel. “Gue gak suka ya kalo om main cewek di belakang, a-k-a selingkuh,” lanjut Aurel dengan sengaja menekan kata terakhir, sembari melirik sinis sekilas pada Naura. Membuat Naura menaikkan sebelah alisnya, tampak tersinggung dengan tuduhan Aurel.
“Kamu jangan ngasal bicara,” geram Gara.
Namun, satu kata yang keluar dari mulut Gara membuat Naura terkejut. Naura menoleh pada Gara dengan mata membulat.
“Yang asal bicara siapa? Buktinya om mesra-mesraan sama cewek lain,” kata Aurel menunjuk Naura menggunakan dagu, yang juga menatapnya dengan raut tersinggung.
“Itu terserah saya mau mesra-mesraan sama siapa. Kamu gak ada hak sama sekali!” dengus Gara tidak suka dengan keposesifan Aurel yang tidak mendasar. Gadis centil itu bukan siapa-siapanya apalagi tidak ada ikatan diantara mereka.
Jadi apa yang dikatakan Gara barusan tidak salah, kan?
“Berhenti ikut campur dalam urusan saya,” lanjut Gara sangat serius.
“Who? Siapa bocah ingusan ini?” Naura bertanya yang sejak tadi hanya diam mendengarkan, menatap pada Gara dengan alis satu terangkat.
Aurel tertawa sinis. Wah, berani sekali perempuan itu memanggilnya dengan bocah ingusan. Aurel tidak terima!
“Gue?” Aurel menunjuk dirinya sendiri tak melepaskan pandangannya dari Naura. “Gue pacarnya sekaligus calon istrinya,” lanjutnya dengan tersenyum remeh, membalas perempuan itu.
“Gak, dia cuma orang asing,” sangkal Gara langsung membenarkan status gadis centil itu di sini. Gara tidak lagi kaget mendengar pengakuan Aurel yang seenak jidatnya.
Aurel mencoba mengabaikan perkataan yang keluar dari mulut Gara. Matanya masih fokus pada Naura. “Seharusnya gue yang nanya begitu, lo siapa berani-beraninya gandeng cowok orang? Dasar perebut pacar!” sindir Aurel menarik kasar tangan Naura yang memegang lengan kekar lelaki pujaan hatinya.
“Aurel!” bentak Gara. Dia tak bisa lagi membendung emosinya sehingga meluap begitu saja. Tatapan tajam dilayangkan pada Aurel yang tampak terkejut. Wajah gadis centil itu seperti tidak terima mendapat bentakan.
“Kamu jangan buat keributan di rumah orang. Ingat ini bukan rumahmu! Jangan suka-suka hati!” peringat Gara dengan pelan tapi menusuk.
Aurel menggigit bibir bawahnya, menahan sesuatu yang ingin keluar. Tidak, Aurel tidak akan mengeluarkannya di depan kedua orang di depannya. Apalagi di depan perempuan yang menatapnya dengan datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA
Teen Fiction"Aku tunggu kamu sampai beranjak dewasa, my little girl." ~Sagara Alexander Pratama. ••••• "Eum... Nama gue? Hmm... Gimana kalau panggil sayang aja biar om bisa ingat terus sama gue." ~Rosalind Aurellia Daisha. ••••• Yuk, langsung baca dan jangan lu...