Aurel tampak tertarik dengan tawaran Naura, tapi sebelah alisnya naik tanpa menoleh pada Naura. Jangan lupa kan dia masih kesal dengan orang di sampingnya.
Naura geleng-geleng kepala, tak habis pikir, ternyata Aurel sangat mudah kesal walau dengan hal sepele. Sepertinya dia harus pintar memilih kata-kata agar Aurel tidak tersinggung.
Bukan hanya wajahnya yang seperti bocah tapi juga tingkahnya. Bagaimana bisa Aurel mendapatkan hati Gara kalau gadis itu mudah sekali kesal? Bagiamana mereka menjalankan sebuah hubungan jika keduanya sama-sama hanya ingin mendengarkan diri masing-masing?
“Gue bisa bantu lo untuk dekat sama Gara,” ucap Naura berhasil membuat tubuh Aurel berputar menghadapnya.
Melihat senyum lebar langsung menghiasi wajah cantik imut gadis petakilan itu, membuat Naura ikut tersenyum.
“Gue bisa bantu lo untuk mengenal sedikit demi sedikit mengenai Gara, apa yang disukainya, apa yang dibencinya, apa yang bisa mengusiknya, dan banyak lagi. I will tell you what i know about him.”
Aurel mengerucutkan bibirnya dengan pandangan terharu menatap Naura. “Thank you, Naunau.”
“Naunau?” Naura mengulanginya sembari tertawa geli mendengar panggilan Aurel untuknya, seperti sudah lama kenal saja.
Aurel mengangguk-angguk, terlihat sangat menggemaskan. “Lo harus bantuin gue dekat sama dia,” ucapnya menggenggam tangan Naura, penuh harap.
“Gue pasti akan bantu lo,” ujar Naura tersenyum tulus sembari mengangguk. “Kita jadi teman nih?” tanya Naura saat Aurel menarik jauh tangannya.
Aurel mengangguk-angguk antusias. Aurel sudah sangat salah paham pada Naura. Dia mengira sahabat sang pujaan hatinya itu tampak jahat karena kesan pandangan pertama Naura mengejeknya.
“Ladies,” panggil Altair berdiri di ambang pintu, membuat kedua perempuan itu menoleh secara bersamaan. “Kita dah siap manggang. Ayo.”
Naura mengangguk. “Nanti kita nyusul,” jawabnya.
Altair mengangguk. “Keknya mereka dah akrab, gak kek tadi. Canggung.” Altair bermonolog sendiri saat kembali masuk.
“Kenapa lo mau bantu gue?” tanya Aurel pada Naura, kembali rasa penasarannya muncul. “Emangnya lo gak ada rasa sama dia?”
“Gue ada rasa sama dia?” ujar Naura menunjuk dirinya sendiri, dengan sebelah alisnya terangkat. Lalu, kepalanya menggeleng. “Dia udah anggap gue sebagai sahabatnya begitu juga sama gue. We're just friends,” lanjutnya membuat Aurel manggut-manggut.
“Gue mau nolong karena pure dari hati nurani gue sendiri.” Naura menjawab pertanyaan Aurel. Dia merangkul pundak gadis petakilan itu. Dia berdecak kasihan dengan geleng-geleng kepala. “Lagian gue kasihan sama Gara yang masih menjomblo sampai sekarang,” ucapnya ketika mereka berjalan menuju yang lainnya berada.
“Gue mau kasih tau hal yang sangat penting kalo lo pernah denger Gara udah punya calon, itu benar,” ucap Naura. “Cewek itu saingan lo sebenarnya. Lo harus siap dan ekstra sabar banget dapatin perhatian Gara karena lo harus bersaing dengan cewek itu. Cewek yang ada di hatinya.”
“Kalo lo mau dapatkan Gara, sabar gak cukup, lo juga harus turunin ego lo," saran Naura ketika mereka sudah berada di halaman belakang, setelah memberi beberapa tips agar Aurel bisa dekat dengan Gara. Para lelaki tampan itu sudah berkumpul di meja yang sudah dipenuhi dengan makanan.
“Kasih gue duduk di sampingnya,” pinta Aurel melihat tempat kosong di sebelah Gara yang sudah pasti disediakan untuk Naura.
Naura mengangguk, mengizinkan gadis petakilan tersebut. Dia akan mendukung kisah percintaan mereka. Dan, akan membantu sahabat barunya itu, Aurel, mendapatkan balasan cinta dari Gara.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA
Fiksi Remaja"Aku tunggu kamu sampai beranjak dewasa, my little girl." ~Sagara Alexander Pratama. ••••• "Eum... Nama gue? Hmm... Gimana kalau panggil sayang aja biar om bisa ingat terus sama gue." ~Rosalind Aurellia Daisha. ••••• Yuk, langsung baca dan jangan lu...