2. Gadis Petakilan

11.2K 826 100
                                    

Hai

JANGAN LUPA VOTE & KOMEN YA:)

Enjoy Guys🤗

-
-
-

Gadis berseragam rapi itu berjalan dengan senangnya hingga rambut panjangnya bergoyang mengikuti irama badannya. Ia menelusuri koridor tak lupa menyapa dan tersenyum lebar kepada murid lain yang bahkan tak dikenalnya.

Pagi yang cerah harus diawali dengan hati yang cerah juga, bukan?

Sebuah kerumunan siswi memenuhi jalan utama yang menghambat murid lain untuk lewat. Mata Aurel memandang lurus di depan sana. Ia menghela napas panjang merasa bosan melihat pemandangan itu setiap paginya. Suara nyaring dari para siswi yang terus berteriak memekik telinganya.

Brak!

"Eh maaf ya," kata seorang siswi yang menabrak tubuh Aurel dari belakang, hampir membuatnya terjatuh.

Aurel hanya mengangguk.

Siswi itu meminta maaf sekali lagi lalu berpamitan pada Aurel.

"RAGA."

Mata Aurel membulat sempurna seketika mendengar teriakan orang itu. Ia mendengus kasar.

"Dasar."

Kakinya yang kecil melangkah menuju koridor yang menghubungkan arah ke kelasnya karena dirinya malas jika berdesakan di antara kerumunan itu. Tanpa diketahui, sepasang mata elang menatap tajam ke Aurel.

Kelas berplang XII MIPA 3 yang bergantungan di atas pintu menjadi buruannya. Kakinya melangkah, menarik perhatian seisi kelas. Mata mereka mengikuti gadis itu berjalan dan berhenti di depan papa tulis. Sontak mereka menutup telinga.

"PAGI, PAGI, PAGI, PARA JOMBLO YANG MEMENUHI PLANET TERCINTA INI."

Kebiasaan yang tak akan pernah terlepas dari seorang gadis petakilan itu yakni berteriak. Energinya selalu saja full.

"Sebentar, gue ada saran-" Aurel berhenti berbicara lalu bersiap untuk berdiri di kursi guru. "Gue akan traktir kalian naik pesawat bertujuan ke mars berharap supaya lo semua para jomblo tidak bisa liat keuwuan lagi di bumi. Apalagi yang phobia. Ada yang mau?" Ucapnya saat melihat sepasang kekasih yang sedang bermesraan di bangku belakang.

"Kampret."

"Tapi gue enggak ada paspor."

"Aurel bego."

"Ntar, biar gue suruh orang rumah bawa keperluan gue."

"Dasar petikilan."

"Kurang masam lo Rel."

"Prik.

"Gue, gue, gue mau, kesal njir tiap hari liat orang uwu-uwuan."

"Shit."

"Gue, alergi gue tiap hari liat keuwuan. Enggak di sekolah enggak di rumah sama aja.

"Kapan berangkatnya, Rel? Biar siap-siap gue."

"Untung gue ada yang punya."

"Muat enggak kira-kira kalo gue bawa semua keluarga gue?"

Beberapa makian terlontak begitu saja dari mulut mereka dan ada juga yang menerima candaan Aurel.

"Rel dah lo turun cepatan! Bel bentar lagi bunyi," pinta cewek yang kerap dipanggil Zia itu.

Aurel menatap sahabat cantik jelitanya yang duduk di pojok sana lalu ia mengangguk dan melompat dari kursi itu.

SAGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang