BAB 1: Keajaiban Dalam Setangkup Roti

2.6K 432 28
                                    


Azura menghela napas berat, kemudian mengeluarkannya. Dia baru saja mematikan sambungan telepon dengan customer yang mengkomplain jaringan internet yang terputus selama satu jam. Kalau saja pelanggan itu komplain baik-baik, Azura tidak akan merasakan sesak di dadanya seperti sekarang. Rasanya melelahkan bekerja sebagai orang pertama yang harus menghadapi pelanggan. Apalagi kata-kata kasar keluar itu didengar oleh Azura.

Azura tahu, kata-kata kasar itu tidak ditujukan kepadanya, tetapi kepada layanan internet perusahaan tempatnya bekerja. Namun, tetap saja hal itu membuat Azura sesak. Dia menghela napas sekali lagi, kemudian mengeluarkannya. Dia melakukan itu berkali-kali sampai hatinya tenang. Lalu, Azura kembali menerima telepon. Pelanggan mereka masih banyak. Azura harus kembali bekerja.

Omong-omong, sekarang pukul setengah tiga pagi. Azura bekerja sebagai customer service dan masuk shift malam.

Di sela-sela dia melayani pelanggan, sebuah pesan masuk dalam ponselnya. Pesan itu dari Laura, gadis yang akan menggantikannya shift berikutnya. Laura mengirim permintaan maaf karena akan datang terlambat. Akhirnya, dia meminta Azura untuk lembur sampai pukul empat pagi.

Azura mendesah. Laura tidak sekali dua kali melakukan ini. Dia seringkali membuat Azura lembur, padahal dia sudah sangat mengantuk. Subuh adalah waktu yang tepat untuk pulang dan tidur.

Namun, Azura tidak bisa menolak. Laura sudah berkeluarga. Itu alasan yang selalu dipakai Laura ketika datang terlambat, dia harus mengurus putri kembarnya dan suaminya.

Satu setengah jam setelahnya, Azura bersiap-siap untuk pulang. Dia merasa sangat lelah dan mata mengantuk. Perempuan itu mulai berjalan ke arah tempat parkir. Berkali-kali Azura merapatkan jaketnya, karena udara begitu dingin. Setelah menemukan motornya, Azura melajukan benda itu dan membela udara Bandung yang dingin.

Seringkali, Azura ingin mencari pekerjaan lain. Tapi, tak banyak pekerjaan yang cocok dengannya. Dia memiliki alasan tersendiri kenapa memilih bekerja di malam hari, alih-alih siang seperti kebanyakan orang. Maka, keinginan mencari pekerjaan lain diabaikannya, walaupun pekerjaan menjadi customer service bukan pekerjaan terpandang dan seringkali direndahkan.

Azura menghidu aroma pagi itu. Sesaat pikirannya kembali tenang. Saat ini, dia hanya perlu fokus pada perjalanannya, lalu sampai rumah, mandi air hangat, sarapan, kemudian tidur. Itu saja.

Namun, sepertinya hari ini merupakan hari yang sial baginya. Tiba-tiba saja pergerakan motornya terasa aneh, sedikit oleng, dan berat. Azura menautkan kedua alisnya, lalu menepikan motor. Dia turun, kemudian memeriksa ban depan. Sial. Ban motornya bocor.

Azura mendesah. Sepertinya, hari ini benar-benar tidak berpihak kepada Azura. Dia melepaskan helm-nya, lalu meletakkannya ke stang motor. Dengan terpaksa, Azura mendorong motornya mencari tambal ban terdekat. Lalu, dia ingat, saat ini masih pukul lima pagi. Sepagi ini, apakah ada tukang tambal ban yang buka? Lagi-lagi, Azura mendesah.

Kaki Azura terasa berat, tubuhnya meremang karena merasakan kantuk. Dia terus berjalan melawan hawa dingin dan otot-ototnya harus bekerja lebih keras. Tak banyak kendaraan yang lewat di waktu subuh. Hanya beberapa mobil dan motor. Mungkin, mereka baru pulang kerja seperti dirinya atau baru berangkat kerja dengan lokasi yang cukup jauh.

Beberapa menit kemudian, Azura menghentikan langkah dan menstandarkan motor. Dia merasa kelelahan. Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling, barangkali ada tambal ban di sekitarnya. Sayangnya, tidak ada. Alih-alih tukang tambal ban, Azura justru melihat sebuah bangunan kecil yang menyala kekuningan. Perempuan itu merasa tertarik dengan bangunan kecil itu. Dia kembali mendorong motornya hingga mendekati trotoar mendekati bangunan itu dan kembali memarkirnya.

Arunika [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang