Ini kunjungan keempat Azura dalam dua pekan terakhir. Azura ketagihan dengan roti buatan Arunika. Dia mendapatkan informasi melalui media sosial bahwa setiap harinya menu yang disajikan Arunika berubah-ubah. Tama yang memegang akun media sosial Arunika akan memberikan informasi menu yang akan dibuat oleh Arunika sehari sebelumnya. Kemarin, ketika Azura membuka akun instagramnya, Tama memberikan informasi bahwa Arunika akan menyajikan american sub.
Pada kunjungan keempat ini, Azura dikagetkan dengan antrean yang cukup panjang sampai keluar dari pintu Arunika. Berkali-kali, Azura membuka bibirnya, melihat antrean itu.
"Serius? Sepanjang ini?" gumamnya. Dia mendesah. Yang Azura ingat pertama kali dia datang ke Arunika, kafe itu sepi. Pengunjung hanya dirinya saja dan beberapa orang yang datang dan pergi. Lihatlah hari ini. Ini masih pukul setengah enam pagi dan Arunika penuh dengan pengunjung.
Dengan terpaksa, Azura melipir ke belakang seorang perempuan seumurannya, ikut mengantre. Dia menghitung, kira-kira masih ada tiga belas antrean lagi sampai dia bisa memesan sarapannya.
Azura mengintip ke dalam kafe. Di sana Tama sibuk melayani tamu. Azura menautkan kedua alisnya, ketika melihat seorang pegawai di Arunika. Yang Azura ingat, Arunika tidak memiliki pekerja lain.
Ada apa sebenarnya dengan kafe ini?
Azura mendesah. Dia berharap di dalam masih ada kursi kosong untuk sarapan. Dia tidak sabar untuk memakan roti tangkupnya.
Pertama kali ke Arunika, Azura tidak menyadari tempat memesan makanan langsung di kasir dan membayar di sana. Waktu itu, dia kebingungan dan langsung duduk. Sialnya, suami istri pemilik Arunika itu tidak menjelaskan kepada Azura mengenai aturan itu. Mereka membiarkan Azura duduk dan menghampirinya.
Satu dua orang keluar kafe dengan membawa pesanan mereka. Tampaknya, mereka memilih membawa pulang roti mereka atau memakannya sambil berjalan. Maka, antrean pun bergerak. Azura menghela napas lega. Kalau tidak ada yang sarapan di kafe, itu artinya dia bisa duduk di dalam sambil menikmati waktu.
Antrean di belakang Azura pun bertambah.
Azura melirik jam tangan di pergelangan tangan kanannya. Dia sudah berdiri lima belas menit. Dia bisa saja menyerah dengan berbalik dan pulang. Tapi, kata menyerah tidak pernah ada di kamus Azura, apalagi mengenai hal sepele semacam ini. Maka, dia tetap bertahan.
"Ramai sekali," ucapnya.
"Karena ini hari Sabtu," sahut seseorang di belakang Azura.
Azura menengok ke asal suara. Kepalanya sedikit mendongak, karena orang itu lebih tinggi darinya dan berdiri tepat di belakangnya. Tepat ketika Azura menoleh, lelaki itu juga melihat ke arahnya.
"Ini hari Sabtu," ulang lelaki itu. Azura menaikkan kedua alisnya. "Kamu baru pertama kali datang ke Arunika?" tanyanya.
"Ini keempat kalinya," sahut Azura.
"Oh," lelaki itu mengambil jeda. "Baru pertama kali datang di hari Sabtu?" tanya lelaki itu lagi.
Kerutan pada dahi Azura semakin dalam. Tapi, dia tetap menjawab, "Ya." Rasa penasarannya semakin besar. Hari Sabtu, Arunika, antrean panjang. Apa hubungannya?
Azura memasang telinga lebih tajam.
"Hari sabtu waktunya american sub. Roti tangkup andalan Arunika. Roti tangkup terbaik yang pernah ada. Arunika hanya memproduksinya di hari Sabtu. Maka, kamu lihat sekarang, orang-orang mengantre untuk mendapatkannya."
"Ah."
"Dan satu hal lagi," tambah lelaki itu. "Gratis untuk pasangan."
"Hem?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Arunika [TERBIT]
BeletrieAda sebuah kafe yang memilih buka di waktu usai subuh, ketika orang-orang masih mendekap selimut mereka, Tari - pemilik kafe - memilih menggiling kopi dan menyiapkan roti isi untuk sarapan. Arunika, sebuah kafe yang mempertemukan pekerja malam dan p...