Setiap orang memiliki bahasa cintanya masing-masing. Membuatmu bahagia adalah bahasa cintaku yang terdalam. Walaupun, pada akhirnya kau tidak bersamaku.
Bagaimana perasaanmu, jika atasan hampir tidak pernah berbicara denganmu, kemudian tiba-tiba memanggilmu ke kantornya? Bas tahu, cepat atau lambat Adrian akan berbicara kepadanya. Hanya saja, dia tidak menyangka Adrian akan melakukannya di kantor, di jam kantor seperti sekarang.
Adrian sedang sibuk dengan iPad-nya, ketika Bas mengetuk pintu kaca itu. Setelah berkata 'masuk', Bas membuka pintu dan menghadap bosnya itu. Adrian menengadahkan kepalanya melihat ke arah Bas. Lalu, dia mempersilakan Bas duduk.
Bas mengangguk, berkata terima kasih, dan menarik kursi.
"Bagaimana pendapatmu bekerja di agensi ini?" tanya Adrian, begitu Bas duduk di hadapannya. Lelaki itu memberikan perhatian penuh kepada Bas. Dia sudah meletakkan dan iPad-nya di atas meja.
"Kau merasa nyaman? Atau ada sesuatu yang ingin kau sampaikan?" lanjut Adrian. Hal ini di luar dugaan Bas. Bas pikir, Adrian akan menanyakan mengenai Azura. Tapi, Adrian tidak melakukan itu. Atau mungkin, Adrian belum melakukannya.
"Saya nyaman bekerja di sini," jawab Bas. Lalu, dia menambahkan, "Rekan kerja juga, ehm, membantu saya dengan baik."
Adrian mengangguk. Lalu, dia menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. "Baiklah, kau boleh kembali bekerja."
Bas mengangkat kedua alisnya. Itu saja?
"Ada yang ingin kau katakan?" tanya Adrian.
Bas mengulum senyum, kemudian pamit pada atasannya itu. Namun, sebelum dia sampai ke pintu keluar, Bas berbalik.
"Pak Adrian tidak menanyakan mengenai Azura?"
Adrian yang tadinya sudah memegang iPad-nya, akhirnya melihat ke arah Bas. "Memangnya, ada apa dengan Azura?"
Bas tidak menjawab. Keduanya sama-sama tahu apa yang dimaksud Bas. Dia tidak menerima kepura-puraan Adrian yang bertanya seperti itu.
Adrian mendesah. Lalu, dia berkata, "Tenang saja. Kau tidak akan dipecat karena masalah pribadi. Lagi pula, Azura akan tetap bersamaku, apa pun yang terjadi."
***
Di sisa hari itu, Bas memikirkan kalimat yang dilontarkan Adrian kepadanya. Bukan mengenai bahwa Bas tidak akan dipecat hanya karena masalah pribadi. Tapi, kalimat terakhir Adrian.
Bas memusatkan matanya pada layar laptop di depan. Tapi, pikirannya terbang jauh melewati bangunan-bangunan yang memadati Bandung. Pada perbincangannya dengan Adrian, dia menerka-nerka. Apa yang telah terjadi?
"Bas!" panggil Ndari. Dia menjentik-jentikan ibu jari dan jari tengahnya ke hadapan Bas. Lelaki itu terkesiap dan menyahut beberapa detik kemudian. "Melamun, ya?"
"Sedikit," sahut Bas. Lalu, pikiran Bas kembali lagi pada kalimat yang dilontarkan Adrian. Pada detik itu, Bas mengerti. Bas melihat ke arah jam yang menempel di dinding. "Sudah waktunya pulang, ya?"
"Hem? Ya ... kenapa?"
"Enggak apa-apa." Bas meraih ranselnya dan memasukan komputer jinjing miliknya ke dalam tas beserta benda lainnya. "Aku duluan."
"Eh?"
Ndari melihat punggung Bas menjauh dengan kedua alis saling bertaut.
***
Bas melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Dia mengejar waktu untuk mencari Azura. Bukan mencari, dia mendatangi rumah Azura. Sepertinya Tuhan mendengarkan doanya, Azura baru saja keluar dari gang rumahnya lengkap dengan motor, helm, dan jaket ketika Bas sampai di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arunika [TERBIT]
Ficção GeralAda sebuah kafe yang memilih buka di waktu usai subuh, ketika orang-orang masih mendekap selimut mereka, Tari - pemilik kafe - memilih menggiling kopi dan menyiapkan roti isi untuk sarapan. Arunika, sebuah kafe yang mempertemukan pekerja malam dan p...